Menu

The Power of #BacaSampai Tuntas VOL. 1, Chandra Audrey: Latih Diri untuk Pahami Satu Bacaan dengan Bacaan yang Lain

21 Juni 2021 16:55 WIB

Chandra Aundrey (Instagram/chandraaudrey)

HerStory, Jakarta —

Miris memang, ketika melihat budaya membaca di Indonesia masih begitu memprihatinkan. Bahkan, sudah banyak data-data tentang literasi yang menujukkan minimnya minat membaca di Indonesia.

Seperti halnya dalam penelitian yang dilakukan oleh PISA rilisan OECD (2015), Indonesia menduduki peringkat 62 dari 70 negara yang disurvei. UNESCO juga menyebut, Indonesia berada di urutan kedua dari bawah dalam hal literasi.

Berbicara soal literasi, erat kaitannya dengan minat membaca. Tingginya minat membaca, bisa dikatakan menjadi pondasi dasar bagi pendidikan suatu bangsa. Tingginya budaya membaca dapat membuat seseorang lebih memahami dan menguasai suatu ilmu pengetahuan.

Namun, menjadi kegagalan tersendiri bagi bangsa tersebut yang tak berhasil menciptakan sebuah generasi yang mengedepankan budaya membaca. 

Hal senada juga dikatakan oleh salah seorang jurnalis wanita, Chandra Audrey. News Anchor Kompas TV ini beranggapan, literasi dan minat membaca adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan.

"Mungkin sebelumnya sudah ada isu mengenai literasi dan minat baca namun tidak se-booming sekarang. Ini bisa terjadi karena saat ini banyak informasi yang sudah beredar dan kita pun mungkin akan senang menyebarkannya tanpa melihat apakah hoax atau bukan," ujar Chandra Audrey dalam pembahasan "The Power of #BacaSampaiTuntas" bersama Warta Ekonomi Group, Kamis (17/6/2021).

Menurut jurnalis kelahiran 9 Juli ini, masih banyak orang di luar sana menyebarkan informasi tanpa mencaritahu kebenarannya terlebih dahulu. Mereka selalu ingin menjadi nomor satu menjadi penyebar informasi, tanpa membaca secara keseluruhan isi dari informasi yang didapati.

Untuk meningkatkan budaya membaca di Indonesia, Chandra Audrey beranggapan, menahan diri untuk selalu menjadi nomor satu sebagai penyebar informasi perlu dilakukan.

Tentunya, hal ini juga akan membantu menekan angka penyebaran berita hoaks yang juga dinilai tinggi di Indonesia.

"Kita tentu saja ingin menjadi yang terdepan. Tapi sebelum itu, kita harus melihat informasi yang beredar di Instagram atau TikTok," tutur chandra.

Rendahnya minat membaca dengan penyebaran hoaks sangat berkaitan satu sama lain. Bila minat dalam membaca saja kurang, itu artinya akan dengan mudah pula termakan berita hoaks.

"Tahan dulu dan gali informasi lebih dalam, dengan berdiskusi misalnya. Artinya, dengan kita tidak langsung termakan perkataan orang bisa melatih diri kita untuk memahami bacaan satu dengan bacaan lainnya, kemudian kita kaitkan, sehingga kita bisa terasah dalam mendalami suatu berita," terang Chandra Audrey.

Tak bisa dipungkiri, budaya membaca Indonesia memang tergolong masih sangat rendah. Namun, percaya atau enggak, di era pandemi saat ini justru tingkat minat membaca di Indonesia cukup meningkat pesat lho, Beauty.

The Digital Readers yang didukung oleh Amazon pada 10 November 2020 lalu, merilis infografik Kebiasaan Membaca Dunia 2020 di tengah pandemi COVID-19.

Terdapat 22 negara yang diikutsertakan dalam survei yang dilakukan. India menempati posisi urutan pertama dengan masyarakat yang minat bacanya paling tinggi. 

Selama pandemi, mereka menghabiskan waktu membaca buku selama 10 jam 42 menit per minggu. Disusul oleh Thailand, China, Philipina, dan Egypt, diurutan kedua sampai kelima. 

Lalu, bagaimana dengan Indonesia?

Dari hasil survei yang tertera, Indonesia diketahui menghabiskan waktu 6 jam per minggu untuk membaca buku. Indonesia menduduki peringkat ke-16 mengungguli Jerman dan Amerika Serikat. 

Jerman dan Amerika Serikat menduduki posisi ke-21 dan 22, dengan lama menghabiskan waktu untuk membaca selama 5 jam 42 menit per minggu. 

Perlu ditekankan lagi, terdapat beragam aspek yang menjadi penilaian dalam infografis tersebut. Salah satunya ialah soal waktu yang dihabiskan untuk membaca per minggu.

Lantas, apakah kondisi ini akan tetap berlangsung meski nantinya pandemi COVID-19 akan berakhir?

Melihat membaca menjadi suatu kebiasaan 'baru' di era pandemi COVID-19, Chandra Audrey beranggapan, kebiasaan ini bisa saja tetap dipertahankan. Sama halnya, seperti kebiasaan menggunakan masker hingga saat ini.

"Jadi sepertinya kita sudah terbiasa dengan hal-hal yang mulai tumbuh saat kita di rumah saja selama pandemi. Karena kebiasaan di rumah kita mungkin akan selalu pegang gadget untuk membaca lewat media sosial," tandas Chandra Audrey.

Akan tetapi, kondisi meningkat atau enggaknya minat membaca, balik lagi tergantung diri sendiri. Kalau kamu haus akan ilmu dan pengetahuan, membaca menjadi salah satu jurus jitu yang bisa kamu lakukan.