Menu

Mengenal Natasha Sondakh, Penulis Asal Indonesia yang Sukses Harumkan Nama Bangsa di Kancah Internasional

14 Juli 2021 12:30 WIB

Penulis Natasha Sondakh. (Arsip Pribadi/Natasha Sondakh)

HerStory, Jakarta —

Banyak sekali anak-anak bangsa yang membanggakan Indonesia. Salah satunya adalah seorang penulis muda bernama Natasha Sondakh yang namanya sudah mendunia.

Kepiawaiannya dalam menulis sudah enggak perlu diragukan lagi. Wanita asal Jakarta ini sudah suka menulis sejak usia 6 tahun. Enggak heran jika ia sudah meraih penghargaan yang karya-karyanya diterbitkan di berbagai majalah sastra, serta diakui oleh University of Iowa, Columbia University dan The Alliance for Young Artists & Writers.

"Saya mulai hobi menulis sejak umur 6 tahun. Ketika masuk SD kelas 1, orang tua saya tak memperbolehkan saya untuk main game atau gadget pada hari kerja. Oleh karena itu, setelah menyelesaikan tugas sekolah, saya hanya bisa membuang waktu di dunia sastra, membaca buku atau menulis sebuah cerita," kata Natasha saat wawancara eksklusif deng HerStory beberapa waktu lalu.

"Dengan latihan menulis berhari-hari dan menerima dukungan dari keluarga dan teman-teman, saya jadi semangat untuk mengembangkan hobi menulis ini untuk menjadi sesuatu yang lebih serius," sambungnya lagi.

Pada bulan April 2021, Natasha menerbitkan novel perdananya bertajuk She Smells of Turmeric di Amerika Serikat. Selain fiksi, Natasha juga memiliki pengalaman di aliran sastra yang lain seperti penerjemahan, puisi, dan jurnalistik 

Natasha pun membagikan ceritanya dalam proses menulis. Menurut mahahsiswa tingkat akhir di Northwestern University itu menulis adalah tindakan yang sulit. Hal itu disebabkan karena penulis mulai dari sebuah halaman kosong. Supaya bisa mengembangkan tokoh, latar, imaji, alur, dan lain-lain untuk menjadi naskah berkualitas, penulis perlu mengerjakan riset komprehensif sebelumnya.

"Dari pengalaman saya, riset tersebut menguatkan kerangka ceritanya.  Banyak orang berpikir bahwa proses menulis buku itu proses yang bebas, dimana alur dan tokoh cerita bisa mengalir ke dalam imajinasi si penulis," imbuh Natasha. 

Berbicara soal buku terbaru yang bertajuk She Smells of Turmeric, Natasha menulis She Smells of Turmeric karena ingin Indonesia memiliki perwakilan di sastra barat. 

"Orang barat tak bisa mengenali budaya Indonesia kalau enggak ada yang menceritakannya. Menurut saya, novel fiksi adalah kendaraan yang bisa membangkitkan empati pembaca," ujar Natasha.

Buku She Smells of Turmeric menjadi salah satu langkah Natasha untuk memperkenalkan Indonesia ke dunia. Natasha merasa alami tantangan ketika mulai menulis bab buku She Smells of Turmeric bergantung pada data riset.

"Penelitian untuk menulis buku ini dilakhkan saat PSBB sehingga saya harus menggunakan imajinasi dan memori saya untuk mendeskripsikan tempat-tempat ini pada keadaan normal (sebelum COVID-19)," ucap Natasha.

Selain itu, Natasha juga membagikan ceritanya selama berkarir menjadi penulis, baik saat masih di Indonesia ataupun ketika sudah berada di Amerika Serikat.

"Tantangan terbesar itu sebenarnya melawan mindset dan ketakutan. Pada proses penulisan buku She Smells of Turmeric, saya sering berpikir, 'Kalau orang suka ceritanya bagaimana?' atau 'Apakah orang akan tertarik dengan buku ini?'. Akan tetapi, saya lama-lama punya kesadaran. Perang aslinya bukan menyelesaikan tugas yang diperlukan untuk mencapai tujuan saya, tapi mengingatkan diri bahwa ketakutan itu hanya pikiran dan tidak mencerminkan kenyataan," terangnya.

"Dari pengalaman ini saya mempelajari betapa pentingnya mindset positif untuk mencapai tujuan. Kita harus lawan ketidaknyamanan dan kemalasan. If there is a will, there is a way. Kalau kita niat, pasti ada jalannya," lanjutnya.

Sebagai salah satu anak bangsa yang mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia, menurut Natasha skill apa saja yang harus dimiliki untuk menjadi seorang penulis?

"Masing-masing orang memiliki proses menulis dan gaya tulisan yang berbeda. Contohnya, gaya tulisan saya belum tentu cocok dengan kepribadian Anda. Demikian pula, proses menulis saya belum tentu berhasil dengan Anda. Semua orang bisa menjadi penulis. Akan tetapi, supaya bisa mencari gaya tulisan dan unik, kita harus sering membaca, sering menulis, dan sering belajar dari penulis lain. Walaupun susah, tetap enggak boleh menyerah.

Adakah kiat-kiat yang harus dilakukan agar bisa sukses menjadi penulis yang dikenal di dunia internasional?

"Orang lain tak pernah lihat kerja keras dan perjuangan setiap pencipta seni di belakang layar. Untuk membuat buku ini, saya mengorbankan tidur, waktu sosialisasi dengan teman, dan lain-lain," ungkap Natasha.

"Berkarya itu tindakan yang susah. Di dunia sastra enggak ada rumus untuk sukses. Saya percaya bahwa sukses sangat tergantung dari kerja keras dan keberuntungan penulis. Saran saya adalah untuk terus berjuang, terus berlatih, dan terus berkarya, karena sukses tidak akan dikhianati oleh kerja keras," timpalnya lagi.

Apakah langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh Natasha?

"Sebetulnya impian saya sejak umur 6 tahun untuk menjadi penulis novel sudah tercapai. Dan tujuan saya ketika menerbitkan buku She Smells of Turmeric untuk menjadi bestseller dan #1 New Release di Amazon juga sudah tercapai. Saat ini, saya sangat bersyukur oleh karena Tuhan sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk menulis dan menerbitkan She Smells of Turmeric. Saya akan terus berkarya, berlatihan, dan belajar dari feedback yang telah disediakan tentang novel ini. Untuk ke depan, saya akan menyambut kesempatan berikutnya yang akan datang," tutupnya.

Share Artikel:

Oleh: Nada Saffana