Menu

Aritmia Rentan Menyerang Ibu Hamil, Seberapa Bahayakah?

27 September 2021 14:20 WIB

Ilustrasi penyakit jantung. (pinterest/freepik)

HerStory, Bogor —

Moms, tahukah kamu bahwa saat merasakan atau mendengar detak jantung, maka sebenarnya yang kita rasakan adalah tanda bahwa jantung sedang memompa darah. Sayangnya, ada kemungkinan detak jantung kita tak normal lho, kondisi ini dikenal dengan aritmia.

Nah, aritmia atau detak jantung tak beraturan ini tak boleh disepelekan, terutama pada ibu hamil. Hal ini karena jantung berdebar saat hamil bisa saja berakibat fatal, lho.

Menurut dr. Muhammad Ikhsan, Sp.PD-KKV, FINASIM, selaku Internist Konsultan Kardio Vaskular dari OMNI Hospital Pulomas, sebagian besar kasus aritmia ini tak memerlukan intervensi medis dan tak menyebabkan kerusakan, tapi pada kasus tertentu bisa mempengaruhi tubuh dan juga bayi yang dikandung.

Namanya hamil pasti berdampak pada 2 orang ya, buat ibu dan si janin. Untuk ibunya tentu kalau aritmianya ringan ya, tidak akan berdampak apa-apa. Tapi kalau aritmianya berat bakal menyebabkan gangguan dari perubahan dan struktur jantung, kemudian gangguan dari aliran atau pasokan darah ke janin, sehingga menyebabkan kondisi janin jadi terganggu. Tapi sekali lagi bahwa dengan deteksi dini, dengn pemeriksaan yang teliti dan cermat, dan aware terhadap kondisi pribadi, apalagi yang sudah punya riwayat aritmia maka tentu harus punya awareness yang lebih tinggi untuk dilakukan pengecekan untuk evaluasi,” papar dr.Ikhsan, menajawab pertanyaan HerStory, belum lama ini.

dr. Ikhsan menambahkan, untuk pengobatan aritmia pada ibu hamil sendiri, utamanya kasus aritmia ringan, tak memerlukan obat-obatan.

“Yang paling umum itu berdasarkan data penelitian sebagian besar itu tak berbahaya bahkan seringkali tak memerlukan obat-obatan yang spesifik. Apabila memamg bumil itu aritmianya ringan. Itu bisa kita dapatkan dari gambaran rekam listrik jantung misalnya ada gelombang abnormal tapi munculnya sangat jarang, itu biasanya tak serta merta kita berikan obat. Tentu kita sekali lagi kita harus lihat faktor pencetusnya apa.  jadi yang paling penting adalah aware terhadap pemantauan. Jadi tadi seperti disampaikan juga kalau tidak berhati-hati, bisa mengganggu aliran darah ke janin sehingga menghambat perkembangan janin ke depannya,” lanjut dr. Ikhsan.

Lalu perlukah kita khawatir dengan penyakit ini?

Dikatakan dr. Ikhsan, sebagian besar aritmia tak mengancam jiwa ibu atau janin, namun tetap harus diwaspadai. Dalam keadaan yang tak biasa dan lebih parah, bisa jadi bayi yang mengalami aritmia ini mungkin dilahirkan dengan ketidakteraturan jantung yang akan dirasakan sepanjang hidupnya.

“Oleh karena itu menjadi penting bagi ibu hamil untuk selalu berkomunikasi dengan dokter dan memantau denyut jantung janin. Yang bisa dikontrol adalah ya pemicu aritmia itu sendiri pada ibu hamil itu apa, bisa stress juga emosi. Kalau bisa jangan banyak konflik, stress, itu sifatnya psikis dan bisa memicu aritmia,” tutur dr. Ikhsan.

dr. Ikhsan menuturkan, aritmia yang dialami ibu hamil masih terkontrol, ibu masih bisa melahirkan secara normal, tetapi pada kasus yang berat, dianjurkan untuk melahirkan melalui operasi. Jika tidak dilakukan tindakan yang sifatnya permanen, aritmia biasanya akan terjadi kembali pada kehamilan berikutnya.

“Bisa (melahirkan) normal. Karena secara garis besar tak banyak yang sampai fatal. Dan itu sama sekali tak menghambat bila ingin melakukan persalinan normal. Lalu biar aritmia gak berulang di kehamilan berikutnya, lagi-lagi saya bilang perlu evaluasi, konsultasi, terutama hal apa yang men-trigger bumil. Perlu penanganan dan intervensi yang berbeda-beda,” paparnya.

Lantas, bagaimana agar ibu hamil tak mengalami aritmia? Terkait hal ini, dr. Ikhsan pun memberikan tipsnya.

“Yang perlu diingat sebelumnya, aritmia pada ibu hamil memang sering ditemukan, tapi seringkali tak menyebabkan kondisi fatal, kemudian bisa diatasi tanpa obat-obatan sekalipun. Untuk tipsnya, jangan lupa untuk selalu happy, perhatikan asupan makan, beraktivitas fisik juga jangan berlebihan, tapi juga jangan mager. Apalagi kalau punya penyakit jantung bahkan keturunan, misalnya orang tuanya mengidap jantung juga, lalu punya penyakti penyerta yang bisa memicu artimia, jangun lupa konsultasi, itu yang penting,” pungkas dr. Ikhsan.