Menu

Yuk Kenali Mental Block, Rentan Dialami Moms Juga Lho! Kalau Disepelein Bisa-bisa…

04 Oktober 2021 13:50 WIB

Ilustrasi kesehatan mental (Unsplash/Priscilla Du Preez)

HerStory, Jakarta —

Mental block, pernahkah kamu mendengar istilah tersebut? Salah satu tanda yang khas adalah kamu tiba-tiba gak bisa berpikir, dan s gak tahu bagaimana harus mengatasinya pada saat hal ini sedang terjadi. Jika dibiarkan, kondisi ini tentu akan mengganggu aktivitas dan produktivitas sehari-hari, lho.

Lantas sebenarnya, bagaimana mental block ini dapat terjadi?

Menurut Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga dari KLEE, Debora Basaria, M.Psi, Psikolog., mental block sendiri adalah suatu kondisi psikologis yang menghambat seseorang untuk melakukan keterampilan atau performa kerja tertentu. Mental block juga bisa dibilang sebagai sebuah hambatan psikologis yang ada dalam diri seseorang yang menghalangi untuk meraih apa yang diinginkan atau dibutuhkannya. Tentunya, akibat dari mental block sendiri bisa mempengaruhi kinerja juga, lho Moms.

“Jadi mental block ini adalah kondisi dimana kita gak bisa melakukan perfoma kerja tertentu. Jadi apa yang biasa dia lakukan, rutinitasnya sehari-hari, secara tiba-tiba malah dia merasa gak mampu melakukan hal tersebut, begitu,” tutur Debora, saat sesi Instalive "Menangani Mental Block dengan Tepat", sebagaimana dipantau HerStory, baru-baru ini.

Debora melanjutkan, jika kita melihat tentang mental block, maka di sini jelas ada peran dari otak kita sendiri. Jadi orang yang mengalami mental block, maka artinya otak orang tersebut terhalang untuk melakukan kreativitas, motivasi, ataupun produktivitas.

“Karena segala sesuatu yang kita kerjakan itu kan butuh kinerja otak. Nah kenapa sih otak itu gak mampu melakukan aktivitas yang biasa kita lakukan, padahal sebelumnya dia mampu melakukan hal-hal tersebut? Nah ini bisa jadi karena ada kelelahan yang sifatnya itu akumulatif. Jadi pada saat lelah itu kita gak melakukan resting atau istirahat. Sehingga ada satu titik katakanlah si otak itu gak berdaya lagi, makanya itulah pentingnya kita butuh istrihat,,” jelasa Debora.

Debora juga bilang, jika seseorang mengalami mental block, akibatnya orang tersebut jadi tak bisa melakukan hal-hal yang seharusnya dia sendiri bisa atau mampu melakukannya secara santai, secara mudah, seperti sebelum-sebelumnya.

“Jadi ibaratnya ‘ada korsleting sedikit gitu lho’. Akibat itu tadi, terlalu di-push abis-abisan. Jadi memang kalau kita bicara mental block ada beberapa yang memang harus kita stop dulu, gitu. Tapi bagi mereka yang gak aware atau gak alert dengan kondisi sendiri, dan itu dilakukan terus menerus, akhirnya bakal ada protes dari tubuhnya sendiri. Jadi gak mampu berpikir dan berproduksi sebagaimana biasanya, seperti itu,” jelas Debora.

Adapun kata Debora, seseorang yang sedang mengalami mental block akan menunjukkan beberapa gejala yang umumnya ditandai dengan kondisi seperti individu itu merasa gak berdaya dalam melakukan tugas-tugas tertentu. Lalu, orang tersebut pun menjadi sangat sensitif terhadap sesuatu.

“Dia pun akan merasa, ‘kok aku kayaknya gak bisa’, atau malah ada orang lain yang nanya ‘kok gitu aja gak bisa’. Jadi ada perubahan mood menjadi lebih sensitive .Ketiga, orang itu pun jadi susah memusatkan atensi dan konsentrasi pada pekerjaan tertentu. Jadi dia susah fokus. Selain itu ada kecemasan juga terkait dengan peran dan harapan-harapan orang atas dirinya. Jadi, poin utamanya, orang yang mengalami mental block ini, dia akan kesulitan mengakses pikirannya untuk bisa mengeluarkan ide, kreativitas, dan hal-hal yang sebtulnya  dia mampu untuk lakukan,” papar Debora.

Lalu, apakah stress yang berlebihan itu bisa membuat mental blocking? Jawaban Debora, jelas bisa. Dan kata dia, kondisi tersebut pun bisa dialami oleh para Moms. Malah kata dia, sangat rentan dialami para Moms karena para Moms ini punya banyak peran dalam kesehariannya.

“Ya, ini juga rentan dialami Moms. Jadi gini, kadang-kadang Moms itu lupa bahwa dia harus juga melihat dirinya sebagai indvidu yang mempunyai banyak peran. Tapi diri mereka cuma satu nih dengan banyak peran. Dan setiap peran ini punya stressor-nya sendiri-sendiri. Seperti tuntutan, harapan, yang harus diakomodir. Nah penting bagi kita tuh sehat mental juga dulu dengan mengenal diri sendiri. Kita punya limit batasan itu segimana sih? Batas toleransi kita itu segimana sih? Itu penting, kiat harus me-recharge diri kita sendiri, Moms,” saran Debora.

Debora melanjutkan, sebagai seorang wanita yang multiperan, jelas para Moms harus melakukan me time dan aware dengan kondisi mentalnya, terlepas dari peran-peran yang ada di pundaknya dia.

“Inget ya, jadi Moms itu jangan merasa super woman, wonder woman. Hei kalian juga perlu lho me time, dan jangan lupa kenali batasanmu sendiri, Moms. Nah, ini nih yang kadang-kadang perlu dilakukan untuk menghindari mental blocking atau burn out khususnya parenting, jadi yuk Moms libatkan pasangan dalam pengasuhan si kecil. Itu penting banget, lho!,” tutur Debora.

Tak lupa, kata Debora, ketika ingin melibatkan pasangan dalam hal pengasuhan, terlebih dulu para Moms harus menanamkan lower of expectation juga, jangan terlalu berharap sempurna kepada pasangan saat mengurus anak.

“Nah biasanya kan para Moms itu punya standar yang tinggi dalam mengurus si kecil. Misal kalau ngeliat Dads pakein popok si kecil gak rapi, santai aja, jangan komentar atau malah jadi emosi ya, lihat aja si kecilnya juga, dia happy gak meski mungkin popok yang dipakainya sedkit melenceng dan gak rapi, jadi santai ajam begitu,” tutur Debora seraya tertawa.

Lebih lanjut, Debora pun mengingatkan para Moms bahwa pola asuh yang otoriter juga bisa  menyebabkan si kecil mengalami mental block, lho!

“Yes, betul banget. Karena dengan pola asuh tersebut si anak bisa tertekan. Apa-apa salah, dia jadi takut, dan terhalang untuk fell free mengeluarkan kreativitas, ide. Bisa saja performa anak di sekolah itu bisa saja terganggu. Karena tadi ada kecemasan dan kekhawatiran dari anak dalam melakukan performa,” pesan Debora.