Menu

Jangan Sampai Berkepanjangan, Begini Cara Mengenali Stres pada Dirimu, Catat Ya!

12 Oktober 2021 19:35 WIB

Ilustrasi anak yang sedang stres. (Pinterest/Freepik)

HerStory, Jakarta —

Kondisi yang enggak menentu seperti saat ini tentu membuat banyak orang merasa stres dan enggak tahu harus melakukan apa. Namun, rasa stres enggak boleh dibiarkan begitu saja dan harus ditangani dengan benar supaya enggak berdampak buruk pada kesehatan mental.

Stres merupakan sebuah respons terhadap penyebab eksternal atau berada di luar diri seseorang. Banyak yang beranggapan kalau stres hanya akan membawa dampak negatif, tapi sebenarnya stres juga bisa membawa pengaruh positif, lho.

Stres yang positif disebut dengan eustress, artinya stres ini bisa membawa seseorang menjadi lebih produktif dan termotivasi untuk melakukan suatu hal yang bermanfaat. Sementara itu, stres yang negatif disebut dengan distress dan membuat seseorang kesulitan dalam melakukan suatu hal yang akhirnya berdampak pada kesehatan mentalnya.

Menurut Psikolog Klinis Ellyana Dwi, M.Psi, ada beberapa penyebab seseorang bisa mengalami stres, yaitu karena frustrasi, adanya konflik, adanya tekanan, dan adanya sebuah perubahan.

“Yang pertama adalah frustrasi, yaitu ketika harapan enggak sesuai dengan kenyataan, kedua konflik yang berarti ada dua atau lebih pilihan yang membuat kita harus memilih,” kata Ellyana Dwi saat diwawancarai HerStory.co.id.

“Ketiga adalah pressure atau tekanan, di mana ada sesuatu yang membuat kita harus memaksimalkan usaha kita. Terakhir ada change atau perubahan, di mana kita harus beradaptasi lagi dengan sesuatu yang baru,” lanjutnya.

Lantas, bagaimana cara mengenali ciri-ciri seseorang sedang mengalami stres?

Kepada HerStory, Psikolog Klinis Ellyana Dwi, M.Psi, menjelaskan cari mengenali ciri-ciri stres. Pertama, ada stressful life event atau ada suatu kejadian yang berpotensi membuat seseorang menjadi stres.

Selanjutnya, lihat apa yang terjadi dalam diri kita, misalnya kalau dari emosi atau perasaan, kita merasa marah, kecewa, frustrasi, ataupun sedih. Lalu, dari respons fisik, kita merasa enggak tenang, tangan berkeringat dingin, atau sering juga terjadi psikosomatik (respons psikologis yang berdampak pada fisiologis individu), seperti sakit kepala, diare, pusing, konstipasi, migrain, dan sebagainya.

Selain itu, ada juga dampak yang memengaruhi perilaku, misalnya perubahan pola tidur, ada perubahan pola makan, jadi sulit berkonsentrasi, mudah lupa, cepat lelah secara mental, dan jadi lebih sensitif.

Lebih lanjut, Ellyana Dwi menjelaskan bahwa seseorang yang mengalami stres, dampaknya bisa berlangsung jangka pendek dan juga jangka panjang.

“Dampaknya itu enggak hanya ke short term, tapi juga ke long term. Di mana bisa saja muncul gejala psikosimatik yang bisa menjadi jangka panjang,” tutur Ellyana Dwi.

Kalau stres sudah berkepanjangan, maka akan banyak risiko penyakit yang akan muncul. Ellyana Dwi juga memaparkan beberapa risiko penyakit yang bisa mengintai seseorang jika sudah stres berkepanjangan.

“Stres yang sudah berdampak pada long term, bisa meningkatkan risiko penyakit diabetes, jerawat, lalu sakit kepala yang berkepanjangan, bisa juga terkena serangan jantung, bisa berkaitan dengan sesak napas, dan berisiko mengalami gangguan psikologis,” ungkapnya.

Artikel Pilihan