Menu

Pejuang Kanker Merapat! Ini Kebutuhan Nutrisi dan Tips Atasi Mual Pasca-Kemoterapi

21 Oktober 2021 11:35 WIB

Ilustrasi pasien kanker (Shutterstock/Edited By HerStory)

HerStory, Jakarta —

Tak bisa dipungkiri, pasien atau survivor kanker umumnya mengalami penurunan nafsu makan lantaran efek samping pengobatan atau terapi yang dijalani. Meski begitu, pasien kanker tetap harus mendapatkan nutrisi yang cukup karena tubuh butuh energi yang besar untuk melawan sel kanker itu sendiri.

Medical Nutritionist, dr. Dedyanto Henky S, M.Gizi, juga menuturkan, sel kanker dapat memicu tubuh untuk meredakan peradangan. Nah, salah satu cara meredakan peradangan itu adalah tubuh mengeluarkan badai sitokin. Badai sitokin yang dilakukan tubuh ini menekan otak untuk menurunkan nafsu makan.

"Di sisi lain sitokin yang banyak itu menekan nafsu makan di otak. Di otak ada bagian yang namanya hipotalamus. Kalau sitokinnya tinggi, hipotalamus itu ditekan, sehingga keinginan makan hilang," ujar dr. Dedyanto, menjawab pertanyaan HerStory, saat sesi webinar Kanker Payudara bersama Kalbe,belum lama ini.

Adapun, menyoal nutrisi dan makanan yang baik untuk pasien kanker sendiri, dr. Deddy bilang, makanan tersebut haruslah mengandung makro dan mikro nutrien yang beragam.

“Makro nutrien itu adalah karbohidrat, protein, lemak, secara umum dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang relatif besar. Sementara, mikro nutrien itu vitamin dan mineral. Jadi baiknya untuk warrior, survivor, atau orang biasapun harus bisa hidup sehat jangan dari karbohidrat saja, atau makan buah saja, daging doang, jangan. Karena keberagaman itu harus dipenuhi. Mikro dan makro nutirien harus ada tiap hari dalam konsep ‘piring makanku’,” papar dr. Deddy.

Lantas, seberapa banyak kebutuhan gizi penderita kanker? Apakah kebutuhan gizinya sama dengan orang normal?

Terkait hal ini, dr. Deddy bilang, pasien kanker punya rincian kebutuhan gizi yang harus diperhatikan

Dari sisi kalori, pasien kanker membutuhkan peningkatan kebutuhan asupan kalori menjadi 30-35 kkal/kbBB/hari. Lalu untuk kebutuhan proteinnya, pasien kanker seharusnya melakukan peningkatan kebutuhan protein menjadi 1,2 - 2 gram/kkBB/hari bahkan sampai 2,5 gram/kkBB/hari.

Selain itu, pasien kanker juga membutuhkan peningkatan kebutuhan BCAA (Ile, Val, Leu). Lalu, kebutuhan lemak energi dari lemak yang dibutuhkan pasien kanker yaitu 30-50 persen dari total kebutuhan harian. Terutama, diharuskan untuk meingkatkan kebutuhan asam lemak omega-3.

"Malnutrisi pada penderita kanker itu menurunkan efektivitas terapi dan meningkatkan komplikasi. Makanya pemberian nutrisi dengan jumlah, jenis dan cara yang tepat akan menunjang keberhasilan terapi kanker," kata dr. Deddy.

Lebih jauh, dr. Deddy pun memberikan tips untuk mengatasi mual pasca-pasien kanker melakukan kemoterapi. Pertama, agar pasien kanker bisa tetap makan meski ada efek mual pasca-kemoterapi, maka disarankan untuk memilih makanan yang disukainya,

“Pertama dan paling penting, sebaiknya pasien kanker memilih jenis makanan yang paling disukanya. Karena makanan yang disukai cenderung secara umum akan masuk lebih banyak. Jadi, efek psikologisnya lebih kuat,” terangnya.

Kemudian tips kedua, pasien kanker disarankan untuk mengonsumi makanan dalam kondisi hangat, karena makanan dingin cenderung akan membuat mual.

“Ketiga, porsinya juga jangan banyak-banyak, tapi bobot kalori makanan harus tinggi. Keempat, frekuensi makannya juga disarankan harus sering, jadi jangan tunda keinginan makan. Dan terakhir, pasien sebaiknya menghindari makanan yang kalau kita makan lama dicernanya. Misalnya, makanan yang mengandung lemak tinggi dan diprosesnya digoreng. Itu resiko muntahnya lebih besar dan keluar semua,” jelas dr. Deddy.

Tak hanya itu, kata dr. Deddy,   menu yang disajikan juga sebaiknya berganti-ganti dan beragam agar pasien tak merasa bosan. Dan juga usahakan untuk tak mengolah makanan yang digoreng maupun dibakar.

“Disarankan juga untuk kurangi makanan yang tinggi gula, tepung, makan makanan kaya serat, dan pastikan makanannya harus beragam. Kemudian dari segi mengolah juga penting, makanan yang direbus itu lebih sehat,” pungkas dr. Deddy.