Ilustrasi wanita obesitas yang menjadi pelupa. (Freepik/phanuwatnandee)
Obesitas tak cuma bisa menyebabkan komplikasi pada penyakit kronis seperti kardiovaskular atau diabetes. Namun berisiko mempengaruhi kinerja pada kesehatan otak seperti dapat menyebabkan pikun.
Obesitas merupakan kondisi dimana seseorang memiliki nilai massa indeks tubuh diatas 27 kg/m2. Selain memicu penyakit kronis yang mematikan, obesitas dapat menyebabkan kerusakan pada otak.
Sebagai contoh, seseorang yang mengalami obesitas akan sulit merasakan kenyang lantaran melemahnya respon otak terhadap sinyal yang diberikan oleh tubuh.
Bahkan yang lebih parah, otak tak bisa memproses berbagai sinyal atau respon yang diberikan oleh tubuh secara optimal. Akibatnya, penderita obesitas pun mengalami penurunan fungsi kognitif otak yang disebabkan rusaknya saraf otak.
Seperti dilansir dari berbagai sumber (29/10/2021), berikut ini dampak obesitas yang tak bisa dianggap sepele karena dapat merusak fungsi otak.
Ciri umum dari menurunnya fungsi kognitif pada otak ialah dimana seseorang menjadi impulsif atau tak sabaran dan berpikir panjang. Ini dikarenakan, ukuran bagian otak orbifrontal cortex pada seseorang yang mengalami obesitas cenderung lebih kecil.
Tingginya lemak jenuh bisa mempengaruhi penurunan volume otak dan kerusakan otak yang berdampak pada demensia atau pikun pada seseorang yang mengalami obesitas.
Hal ini dikarenakan, beratnya lemak dalam tubuh membuat otak mengalami beban kerja yang sangat berat untuk menyeimbangkan berbagai hormon yang tak stabil.
Seseorang yang mengalami obesitas bisa menyebabkan ketidaksesuaian otak dalam merespon stres dengan cara yang tak sesuai. Alhasil ketika stres, otak justru memberikan respon untuk selalu makan sebagai upaya meredakan stres.
Dampaknya, tentu saja berat badan yang semakin tak terkendali dan meningkatkan risiko berbagai penyakit mematikan.
Wanita hamil dengan tubuh obesitas berisiko melahirkan bayi dengan kemampuan IQ dan kognitif yang rendah bahkan gangguan spektrum autisme. Kendati begitu Moms enggak perlu panik, yang terpenting selalu berkonsultasi bersama dokter dan penuhi nutrisi juga gizi seimbang nan sehat demi kesehatan ibu dan janin.