Menu

Perjuangan Feriani Chung, CMO ZAP Clinic Menjadi Garda Depan Bisnis Kecantikan di Masa Pandemi

02 November 2021 18:30 WIB

Feriani Chung, Chief Marketing Officer ZAP Clinic. (Arsip Pribadi/Zap Clinic)

HerStory, Jakarta —

Pandemi COVID-19 sudah berlangsung lebih dari satu tahun. Tak bisa dipungkiri bahwa pandemi memberikan pukulan dahsyat bagi para pejuang usaha di berbagai sektor.

Salah satu sektor yang sangat berdampak akibat pandemi COVID-19 adalah bisnis kecantikan, seperti ZAP Clinic. Berjuang untuk terus melayani masyarakat dan juga beradaptasi dengan keadaan agar bisa terus bertahan di masa pandemi COVID-19.

Kesuksesan ZAP tentu tak luput dari peran Feriani Chung selaku Chief Marketing Officer ZAP Clinic. Sebagai pemimpin tim pemasaran, Feriani pun harus terus memutar otak untuk membuat eksistensi ZAP tak menurun meski adanya pandemi.

"Lagi covid langsung berpikir 'tim harus ngapain nih, harus ambil keputusan apa. Dan harus menciptakan tren lah'. ZAP harus berpikir gimana caranya jadi kompas. Seperti sudah diketahui bahwa ZAP jadi pioner hair removal hingga kini digandrungi masyarakat luas," ujar Feriani kepada HerStory beberapa saat lalu.

Selain itu Feriani juga mengatakan bahwa ZAP telah melakukan strategi marketing dan juga edukasi yang baik sehingga market terus bertumbuh dan timbul pesaing. Itu membuktikan bahwa ZAP telah menjadi trendsetter di industri kecantikan.

Meski begitu, Feriani dan tim juga terus melakukan inovasi karena sejak awal pandemi mengalami penurunan client sebesar 30%. Namun, kini berangsur-angsur naik secara perlahan dengan gebrakan yang dilakukan oleh tim ZAP.

"Penurunan terjadi karena di masa pandemi siapa sih yang memikirkan kecantikan gitu ya karena memikirkan kebutuhan primernya dulu. Oleh sebab itu, tantangan ZAP adalah bagaimana tetap dipilih diantara banyaknya pilihan dan kebutuhan setiap individu," tutur Feriani.

Sebagai pemimpin di bagian pemasaran, Feriani pun memaparkan tantangan yang dialami. Ia mengatakan bahwa tantangan terbesarnya adalah adaptasi serba digital dan virtual.

Kemudian Feriani juga mengatakan bahwa, "Hal yang paling challenging itu karena menjual produk yang sebenarnya bukan kebutuhan primer. Jadi harus balikin motivasi client untuk membeli produk atau treatment di ZAP."

Feriani juga menjelaskan hal-hal yang bisa membuat ZAP bertahan meskipun beberapa waktu lalu sempat menutup semua outlet ZAP.

"Contohnya kita mengembangkan e-commerce dengan menjual treatment. Misalnya mengeluarkan promo saat PPKM. Promo tersebut hanya bisa dibeli ketika PPKM berlangsung. Selain itu, ada inovasi lainnya kayak ZAP Health meskipun sudah diluncurkan dari tahun lalu. Mau gak mau kita harus adaptasi ke kesehatan juga, karena beauty belum tentu bisa bertahan," tutur Feriani.

"Kekuatan ZAP ada di digital. Supaya dicintai masyarakat, kita bikin campaign besar. Kita edukasi ke market mengenai industri kecantikan. Selain itu, kalo datang ke ZAP mau treatment melalui protokol kesehatan yang ketat, dengan melakukan swab dan sudah enggak pakai sprei lagi, tapi, pakai bedsheet satu orang itu ganti. Itu juga bisa menarik pelanggan karena keamanan sudah terjaga," sambungnya.

Share Artikel:

Oleh: Nada Saffana