Menu

4 Mitos dan Fakta Tentang Speech Delay Menurut Psikolog, Jangan Keliru Lagi Ya Moms!

24 November 2021 15:05 WIB

Ilustrasi anak mengalami speech delay (Getty Images/Edited By HerStory)

HerStory, Bogor —

Dewasa ini, tak sedikit para Moms yang mengeluhkan anaknya tak secerewet anak-anak seusianya. Di usia satu tahun bahkan ada yang masih menggunakan semacam bahasa isyarat untuk mendapat yang dia inginkan. Malah terkadang, bahasa isyaratnya pun tak terbaca sehingga dia jadi tantrum.

Nah, jika si kecil mengalami masalah dalam komunikasinya, waspada dia mengalami speech delay, Moms. Speech delay adalah keterlambatan kemampuan anak dalam berbicara anak yang berdampak pada gangguan berkomunikasi. Nah, kurangnya interaksi dan aktivitas menjadi sebab dari fenomena ini. Kurangnya interaksi juga dapat disebabkan oleh konsumsi gawai atau gadget yang berlebihan pada anak

Dikutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), speech delay terjadi pada 5-8 persen anak usia prasekolah. Speech delay ini dapat disebabkan oleh gangguan pendengaran, gangguan oragan mulut, hingga gangguan pada otak.

Terkait masalah perkembangan bicara dan bahasa pada anak ini, ada yang bilang bahwa anak laki-laki perkembangan bicaranya lebih lambat dibanding anak perempuan. Ada juga yang bilang mengajarkan dua bahasa alias bilingual bisa menyebabkan speech delay. Apa iya benar?

Nah, daripada bingung. Yuk, kupas mitos dan fakta seputar speech delay pada anak yang dipaparkan oleh Psikolog Anak dari Tiga Generasi, Saskhya Aulia Prima, M.Psi. Siapa tahu beberapa mitos ini juga sering Moms dengar kan.

1. Anak laki-laki memerlukan waktu lebih lama untuk bisa bicara dibanding anak perempuan

Faktanya, anak laki-laki dan perempuan punya kesempatan yang sama dalam perkembangan bicara.

“Memang, saat ini ada semacam pendapat bahwa anak laki-laki itu emang ngomongnya lebih lama untuk bisa berbicara, kalau anak perempuan tuh lebih cepat, yang akhirnya ini kadang-kadang membuat Moms and Dads yang punya anak laki-laki walaupun sudah tahu mungkin tahapan perkembangannya ‘oh tapi kayaknya masih di apa-apa soalnya kalau anak laki-laki itu lebih cepat geraknya daripada ngomongnya’. Nah faktanya dari beberapa riset yang saya baca pun gitu ya bahkan yang sampai 5 tahun terakhir itu, sebetulnya kesempatan anak laki-laki dan perempuan itu sama, jadi milestone-nya tetap sama atau tahap perkembangannya. Gak ada perbedaan secara umum setelah diteliti itu berkali-kali anak laki-laki itu lebih lama atau yang perempuan tuh lebih cepat dan lain sebagainya. Jadi balik lagi kita mesti ngeh kapan sih anak bisa paham kata-kata, instruksi paham sesuatu lingkungannya dia sendiri seperti apa,” tutur Saskhya, saat sesi Webinar Baby Happy Diapers x Sekar Indonesia dengan tema ‘Kupas Tuntas Tahapan Perkembangan Bicara pada Anak & Solusi Tepat Atasi Speech Delay’, sebagaimana dipantau HerStory, baru-baru ini.

2. Speech delay terjadi ada anak bilingual

Faktanya, pemaparan bahasa kedua memiliki banyak manfaat bagi perkembangan anak.

“Mitos yang kedua, speech delay terjadi pada anak bilingual. Sebenarnya ini jawabannya tidak semua, dan bilingual bukan satu-satunya penyebab. Memang bilingual ini kalau dari beberapa riset yang terakhir, sekitar 5 tahun terakhir dikatakan memiliki banyak manfaat, terutama kalau misalnya mau anaknya tuh bahasa keduanya itu lebih lebih lancar gitu ya, lebih seperti itu native, itu memang diajarkannya emang semakin kecil semakin baik. Tapi saya di sini juga situasi di praktek itu biasanya saya lihat dulu, kalau kita mau ngomong itu kita memang pertamanya adalah bahasa yang sering kita bicarakan sehari-hari atau bahasa ibu kita. Ya kalau orang tuanya memang 2 bahasa itu, ditentukan dulu anak nanti ngomongnya harus apa, dan kemudian yang lebih dulu mau diajarkan itu yang mana,” terang Saskhya.

3. Menonton video membantu anak belajar berbahasa dan kosa kata

Faktanya, interaksi secara langsung adalah cara terbaik untuk mengembangkan kemampuan bicara.

“Kemudian ini juga miskonsepsi yang seringkali terjadi sering banget kalau kita tentang gadget, terkait batasan waktu baik dari WHO itu udah kasih tahu bahwa anak usia 18 bulan ke bawah itu no gadget at all. Tapi kalau 18 sampai 2 tahun kalau bisa video call, karena ada interaksi langsungnya. Kita ngomong, direspon, berbeda dengan video-video di YouTube yang cuma 1 arah. Mungkin ada beberapa Moms yang bilang ‘kok anak saya dari kecil dikasih video malah pinter-pinter aja bahasa inggrisnya, malah jadi lebih banyak kosa kata yang ia ketahui’, tapi sebetulnya apa yang menentukan anak bisa berbicara, bisa berbahasa itu bukan dari videonya, tapi dari interaksi secara langsung ketika dilakukan di eye level yang sama. Jadi mata kita menatap anak, trus duduknya juga disetarakan. Dan kita ada pembicaraan bolak-baliknya. Jadi bukan videonya, tapi sebetulnya interaksi langsung yang perlu kita lakukan,” sambung Saskhya.

4. Anak yang terlambat bicara nantinya juga akan bisa menyusul dengan sendirinya seperti Einstein

Faktanya, keterlambatan bicara perlu segera ditangani agar membantu perkembangan anak.

“Nah yang terakhir soal Einstein Syndrom ya. Jadi katanya Einstein juga waktu kecil gak ngomong, tahu-tahu pas umur 8 tahun itu dia jenius banget. Sebetulnya lagi-lagi miskonsepsi seperti ini perlu kita perhatikan ya Moms. Kenapa? Karena kalau kita tahu dari awal bahwa anak ada masalah perkembangan bicara, maka kita bisa memaksimalkan penanganannya juga lebih cepat dan lebih baik,” pungkas Saskhya.

Semoga informasinya bermanfaat ya, Moms!