Menu

Berantas Dominasi Laki-laki di Dunia Kerja Ala Nenden Sekar Arum

06 Desember 2021 16:05 WIB

Nenden Sekar Arum hadiri diskusi virtual She Loves Data (She Loves Data/Edited by Herstory)

HerStory, Medan —

Kesetaraan gender merupakan isu yang sedang marak diperjuangkan. Perempuan tak ada hentinya memperjuangkan kesetaraan dan melawan diskriminasi khususnya di dunia kerja yang didominasi oleh laki-laki.

Belum lama ini She Loves Data mengadakan diskusi virtual bertemakan The Data Journey: What happens behind the scene. Acara ini membahas soal pemberdayaan perempuan khususnya di bidang data.

Diketahui bahwa dalam dunia kerja terjadi male dominated atau dominasi oleh pria. Hal ini disetujui oleh salah satu narasumber yaitu Nenden Sekar Arum, Data Automation Manager di Sonar Platform.

“Di dunia nyata masih banyak laki-laki, male dominated. Iklim kerja jadi maskulin, dari obrolan, cara kerja, dan jam kerja jadi berbeda (dari perempuan). Mereka hobi kerja malam-malam atau tengah malam,” ungkap Nenden Sekar Arum  dalam acara diskusi virtual She Loves Data pada Sabtu (4/12/2021).

Menurutnya iklim kerja yang maskulin itu belum ramah terhadap parempuan. Apalagi, perempuan memiliki beban ganda selain karier yaitu mengurus rumah tangga.

“Jadi hal ini kurang ramah buat perempuan khususnya di Indonesia karena punya beban ganda. Selain jika wanita karier kita harus dituntut mengurus rumah tangga juga,” ungkapnya.

“Apalagi buat yang sudah berkeluarga dan punya anak. Padahal waktu yang dibangun atau iklim kerja laki-laki jadi tidak fit buat perempuan,” lanjutnya.

Menurut Nenden ketimpangan ini terjadi bukan semata karena banyaknya pria melainkan kurang aktifnya perempuan dalam meramaikan dunia pekerjaan. Apabila perempuan berkumpul maka iklim ramah perempuan pasti akan mulai dibangun.

“Hal ini kemudian menjadi susah karena tidak banyak perempuan di situ (tempat kerja). Kalau banyak perempuan bisa saling memahami. Misal ada yang sedang PMS bisa cuti sehari dan kerjaannya di take over,” ungkap Nenden.

Laki-laki diyakini belum sepenuhnya menyadari tentang kebutuhan perempuan. Hal tersebut terjadi karena kaum adam gak merasakan beban yang ditanggung oleh perempuan.

“Tapi gak bisa dipahami kalau industri kerjanya semuanya laki-laki karena mereka ga paham kita alami masalah itu dan mereka gak ngeh kalau kita harus ngurus rumah,” terangnya.

Nenden megeskan bahwa lingkungan kerja ideal bagi perempuan akan tercapai jika perempuan sendiri ikut aktif dan meramaikan posisi yang ada di industri pekerjaan. Ia mendorong pergerakan perempuan untuk membangun kesetaraan yang sudah dicita-citakan tersebut.