Menu

Kembangkan Bakat dengan ReSkills Charity Learning Festival 2.0: Berdayakan Masyarakat bersama Generasi Muda

06 Desember 2021 20:10 WIB

Konferensi pers dan pembukaan Charity Learning 2.0 (Press Release)

HerStory, Sukabumi —

ReSkills EdTech (ReSkills), sebuah startup global dari Malaysia dan juga platform edukasi yang menghubungkan calon pelajar dengan master coach melalui kelas daring interaktif dan realtime, akan menggelar Charity Learning Festival 2.0 (CLF 2.0). 

Kegiatan ini akan berlangsung dari 12 Desember 2021 sampai 12 Februari 2022 secara virtual di Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam dan juga India. CLF 2.0 ini merupakan program kedua yang diadakan oleh ReSkills sejak pertama kali diadakan pada tahun 2020. 

CLF 2.0 tahun ini mengajak masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda, untuk mengembangkan diri sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar yang membutuhkan dan berbagi kesadaran pentingnya membantu sesama dengan para pengajar dan organisasi amal non pemerintah (NGO).

Melalui CLF 2.0, para pengajar akan berbagi ilmunya di bidang masing-masing, masyarakat akan belajar dari mereka, dan NGO yang terlibat dalam festival ini akan menjadi penerima manfaat dari dana yang terkumpul melalui rangkaian acara festival nanti.

Dana tersebut diharapkan bisa membantu masyarakat yang kurang mampu untuk meningkatkan keterampilan dirinya serta taraf hidupnya.

CLF 2.0 hadir karena adanya pandemi Covid-19, meskipun saat ini kondisi Indonesia secara keseluruhan sudah cukup membaik. Chief Executive Officer ReSkills, Jin Tan mengatakan, ada banyak industri yang terdampak karena pandemi Covid-19 seperti bidang instalasi dan pemeliharaan, konstruksi, hiburan, kesenian, manufaktur, perkantoran, hingga pariwisata.

"Kami percaya bahwa pendidikan layak untuk seluruh lapisan masyarakat, bisa membantu membangkitkan perekonomian mereka masing-masing yang nantinya juga berdampak pada ekonomi nasional,”ujarnya melalui konferensi pers dan pembukaan CLF 2.0, (06/12/2021).

Pendidikan menjadi kunci penting bagi Indonesia dalam mengatasi gejolak ekonomi dalam negeri dan tentunya, hal tersebut tergantung pada seperti apa antisipasi dan respon pemerintah.

Menurut World Economic Forum, pelatihan ulang (reskilling) dan peningkatan keterampilan (upskilling) sangat dituntut dan merupakan tren yang sedang berlangsung untuk membangun dunia yang lebih baik dengan tersedianya pendidikan yang lebih layak, keterampilan yang lebih maju, dan juga beragam pekerjaan untuk 1 miliar orang pada tahun 2030. 

Hal tersebut juga sejalan dan didukung oleh pemerintah kita dalam membangun Indonesia yang lebih baik melalui pendidikan. 

Country Manager ReSkills Indonesia, Ari Yuda Laksmana menjelaskan, pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) berencana menjalankan konsep triple skilling terdiri dari skilling, up-skilling dan re-skilling guna mengatasi ketimpangan keterampilan angkatan kerja Indonesia sehingga bisa masuk pasar kerja atau berwirausaha, tepatnya melalui proses link and match pasar kerja melalui pelatihan vokasi yang dilakukan. 

"Disanalah kami hadir membantu pemerintah mencapai cita-cita jangka panjang tersebut.” Pendidikan vokasi memainkan peran sangat strategis dalam memenuhi kebutuhan akan sumber daya manusia (SDM) sesuai kualifikasi industri. Para pelaku industri, termasuk ReSkills, diharapkan ikut terlibat langsung dalam pengembangan kompetensi para calon tenaga kerja terampil melalui program-program yang inovatif," imbuhnya Ari.

Menurut Bappenas, bonus demografi Indonesia diperkirakan terjadi di tahun 2030 dimana jumlah penduduk usia produktif bisa mencapai 64i total jumlah penduduk sekitar 297 juta jiwa. Di satu sisi, pembelajaran daring terintegrasi dengan teknologi digital merupakan masa depan dunia pendidikan yang mengadopsi konsep Learn, Games, and Rewards.

“Di era digital, generasi muda tidak asing dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi digital serta adanya akses informasi tanpa batas, apalagi dengan hadirnya 5G. Itu merupakan peluang besar bagi kita. Hanya saja, menurut Kemendikbudristek, tantangannya yakni ketimpangan teknologi antara sekolah di kota besar dan daerah-daerah tertentu," tambah Ari.

Hal ini dikarenakan masih banyak infrastruktur yang belum 5G, bisa dikatakan masih 3G, 2G, bahkan 1G. Menurut laporan Badan Pusat Statistik tahun 2020, sebanyak 9.7% mahasiswa di Indonesia tidak memiliki akses internet. 

"Karena itu, apa yang kami inisiasikan ini diharapkan bisa menjadi langkah kecil yang bisa menjadi inspirasi besar tidak hanya untuk generasi muda kita yang melek digital, tetapi juga pemerintah kita untuk mendukung cita-cita baik tersebut. Bagaimanapun juga, jika masyarakat semakin pintar di beragam hal, itu akan berdampak positif pada negara”, jelas Ari.

CLF 2.0 merupakan inisiatif Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dari ReSkills. Tahun ini, CLF 2.0 di Indonesia mengundang Aliansi Pemberdayaan Generasi Muda (APGM) serta BenihBaik.com untuk bercerita pentingnya berbagi antar sesama untuk masyarakat Indonesia yang lebih berdaya dan lebih unggul. T

entunya, masih banyak lagi narasumber lain yang akan berbagi keahliannya kepada masyarakat dalam kelas-kelas yang diselenggarakan oleh ReSkills pada platform ReSkills.com.

Untuk setiap orang yang berhasil mendaftar kelas pembelajaran daring selama periode CLF 2.0 ini berjalan, ReSkills akan memberikan 6 bulan gratis akses kepada seluruh kelas pembelajaran yang tersedia dan akan mendonasikan 1 dolar Amerika (USD) dari setiap pendaftaran yang terkumpul.

Jumlah akan terus diperbarui secara langsung dari waktu ke waktu di situs CLF. Total donasi akhir akan disalurkan melalui APGM dan BenihBaik.com untuk digunakan dalam proyek-proyek pemberdayaannya.

Artikel Pilihan