Menu

Moms, Edukasi Seksual pada Anak Gak Tabu! Simak Tips dari Psikolog Ini Baik-baik

07 April 2022 10:15 WIB

Ilustrasi Ibu dan Anak sedang Selfie (Pinterest/Reader's Digest)

HerStory, Bogor —

Moms, mengajarkan pendidikan seks sejak dini pada anak merupakan benteng agar anak jauh dari risiko kekerasan atau pelecehan seksual. Namun, tak sedikit orang tua yang menghindari perbincangan mengenai seks dengan anak-anaknya karena masih menganggap topik itu tabu.

Padahal, dengan mereka mengetahui ada bagian tubuh yang tak bisa dipegang orang lain, itu bisa mencegah pelaku kekerasan seksual beraksi. Lantas, kapan ya waktu yang tepat orang tua mengajarkan pendidikan seks pada anak?

Psikolog Anak dan Keluarga, Samanta Elsener, M.Psi., mengatakan, mengajarkan pendidikan seksual ke anak sangat penting dilakukan sejak ini. Dia bilang, edukasi seksual sendiri bukan semata mengenai hubungan seks saja. Orang tua dapat memulainya dengan menjelaskan mengenai perbedaan tubuh laki-laki dan perempuan secara umum.

“Kemudian orang tua juga perlu menjelaskan tentang perubahan tubuh ketika puber, bagaimana kehamilan terjadi, risiko hamil di usia remaja, serta area-area tubuh yang gak boleh disentuh orang asing. Tak lupa, ajarkan pula anak untuk berani menolak atau melarikan diri ketika ada orang asing yang menyentuh area-area tersebut,” beber Samanta, kepada HerStory, beberapa waktu lalu.

Samanta menuturkan, salah satu cara paling mudah yang bisa dilakukan orang tua adalah dengan memberitahu anak tentang privasi ketika akan masuk ke kamar mandi. Ya, orang tua harus memberitahu anak bahwa semua orang di kamar mandi itu melakukan aktivitas apa saja, dan harus mengingatkan anak agar tak membicaralam aktivitas tersebebut ke sembarang orang, karena hal itu sangat private. 

“Privasi itu perlu kita tanamkan ke dalam diri anak-anak. Bagaimana anak mengenal rasa malu, bagaimana anak mengenal pentingnya kebersihan diri, pentingnya kebersihan organ vital, bagaimana kita membiasakan bahwa ketika kita menjaga itu semua, merawat diri kita, kita tentunya akan memiliih bagaimana kita menjalin perilaku seksual, kapan itu layak kita lakukan, dan resiko-resikonya apa. Ini hal-hal yang harus kita tanamkan ke dalam diri anak, terutama jika anak-anak masih di bawah usia 20 tahun,” papar Samanta.

Samanta melanjutjan, tanpa pola asuh dan pengawasan orang tua yang tepat, maka anak rentan mengalami pergaulan bebas. Tentunya, kejadian itu bukan sesuatu yang diharapkan karena akan berakibat pada trauma dan masalah mental lainnya.

“Kepedulian kita pada anak-anak dengan cara yang tepatlah yang dapat melindungi anak dari ancaman,” ujarnya.

Samanta pun mengingatkan, jangan sampai anak terjerumus hal-hal buruk akibat kurangnya perhatian dan pengawasan dari orang tuanya.

“Kalau kita gak mulai membicarakannya dengan anak kita, kita akan semakin merasa kita pun jadi orang tua yang gagal. Kalau kita bingung bagaimana cara memulainya, coba diskusikan dengan seorang pakar, dengan dokter, dengan konselor sekolah. Jadi, kita mulai dari diri kita sendiri dahulu bahwa kita membicarakan pendidikan seksual itu bukan hal yang tabu, melainkan kita mengajarkan tentang privasi, harga diri, dan juga  bagaimana melindungi dan merawat diri kita dengan baik dan tepat,” pungkas Samanta.