Menu

Terkait Hipertensi, Begini Kata Pakar Soal Penyebab Hasil Tekanan Darah Berbeda saat di Rumah dan Klinik, Simak Beauty!

18 Mei 2022 10:20 WIB

Ilustrasi memeriksa tekanan darah. (pinterest/freepik)

HerStory, Bogor —

Beauty, apakah kamu salah satu penderita hipertensi? Perlu kamu ketahui Beauty, bahwa prevalensi hipertensi di dunia termasuk di Indonesia sampai saat ini tetap tinggi atau belum mengalami perubahan selama 3 dekade terakhir.

Adapun, penyebabnya adalah tingginya kasus baru hipertensi akibat tingginya faktor risiko hipertensi seperti diabetes mellitus (kencing manis), kegemukan, konsumsi garam yang tinggi dan merokok.

dr. Erwinanto, Sp.JP (K), FIHA, FAsCC, selaku Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH), pun mengimbau masyarakat untuk bisa mengendalikan tekanan darah, baik bagi pasien hipertensi maupun individu yang tidak menderita hipertensi.

Pasalnya, menurut bukti penelitian yang ada secara konsisten memperlihatkan bahwa penurunan tekanan darah bagi pasien hipertensi menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, stroke dan gagal ginjal yang selain berhubungan dengan tingkat kematian tinggi juga menghabiskan biaya terbesar dari penyakit katastropik di Indonesia.

“Sedangkan bagi individu yang bukan penyandang hipertensi, tekanan darah juga perlu dikendalikan untuk mencegah terjadinya hipertensi. Setiap peningkatan tekanan darah sebesar 20/10 mm Hg, dimulai dari tekanan darah 115/75 mm Hg, berhubungan dengan peningkatan kematian akibat penyakit jantung koroner dan stroke sebesar 2 kali. Peningkatan tekanan darah juga meningkatkan kejadian penyakit ginjal secara bermakna. Di tingkat masyarakat, pencegahan hipertensi diharapkan dapat menurunkan prevalensi hipertensi,” tutur dr. Erwinanto, saat virtual Press Conference World Hypertension Day 2022, yang digelar virtual, kemarin.

Lebih jauh, dr Erwinanto pun mengimbau masyarakat untuk mengukur tekanan darah secara akurat, untuk mengetahui apakah mereka menderita hipertensi atau tidak.

"Jika menderita hipertensi, kendalikan tekanan darah melalui usaha menurunkannya dengan cara terapi perubahan gaya hidup dengan atau tanpa terapi obat. Jika tidak menderita hipertensi, kendalikan tekanan darah melalui usaha pencegahan agar tekanan darah tidak naik melalui terapi perubahan gaya hidup," sarannya. 

"Pengendalian tekanan darah yang dilakukan akan berdampak hidup lebih lama, karena peningkatan tekanan darah merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular), stroke dan ginjal," imbuh dr. Erwinanto.

Selanjutnya, dr. Erwinanto juga mengatakan bahwa ketidaknyamanan seseorang dapat memengaruhi hasil tekanan darah, lho Beauty. Misalnya, tekanan darah kita di klinik bisa saja naik, tapi saat kita memeriksakannya di rumah, hasilnya normal. Kok bisa begitu?

"Biasanya di klinik tekanan darah naik akibat ketidaknyamanan, dibanding melakukan pemeriksaan tekanan darah di rumah. Inilah yang disebut dengan hipertensi terselubung, yang hasilnya membuat dokter kesulitan menentukan kondisi pasien yang sesungguhnya. Kondisi ini berbahaya, karena adanya tekanan darah tinggi yang tidak terdeteksi,” bebernya.

Dikatakan dr. Erwinanto, hipertensi terselubung ini sulit ditemukan saat tes tensi di klinik. Untuk menemukannya harus beberapa kali kunjungan baru bisa terdeteksi, bahkan harus sampai 5 kali.

Dan dr. Erwinanto bilang, jika kita hendak mengukur tekanan darah di rumah, sebaiknya tidak dilakukan secara asal-asalan. Setidaknya, pengukuran tensi ini harus dilakukan setiap hari atau selama 3 hingga 4 hari di waktu yang sama. Dan, waktu terbaik yaitu saat pagi dan sore hari. Tiap pengukuran lakukan 2 kali dengan jeda 1 hingga 2 menit.

“Pertama, ukur tekanan darah setiap hari setidaknya tiga sampai empat hari berurutan, lebih baik tujuh hari berurutan, setiap pagi dan sore hari. Kedua, setiap mengukur tensi, lakukan setidaknya dua kali dengan jeda satu sampai dua menit. Ketiga, tingkat tekanan darah ditentukan oleh rerata semua pengukuran kecuali pengukuran hari pertama,” tandasnya.

"Dan ingat, seseorang dikatakan hipertensi atau tekanan darah tinggi apabila hasil menunjukkan angka lebih dari 140 per mmHg,” pungkasnya.

Artikel Pilihan