Menu

5 Tips Jitu Menangani Anak yang Mulai Pacaran, Jangan Emosi Dulu Ya Moms!

02 Januari 2021 11:50 WIB

Ilustrasi seorang ibu yang berseteru dengan anaknya (Erabaru.com/Edited by Herstory)

HerStory, Jakarta —

Moms, saat mengetahui si kecil yang sudah beranjak remaja, mungkin enggak sedikit di antara kamu yang mulai menaruh kekhawatiran padanya. Terutama dalam lingkup pergaulannya. Walau tampak masih imut dan polos, di usia muda anak mulai mengenal lawan jenis dan terkadang menganggapnya lebih dari sekadar teman.

Belum lagi lingkup pergaulannya yang seakan mendorongnya untuk mulai mengenal berpacaran. Orang tua mana sih yang enggak merasa was-was saat mendengar atau mengetahui anak yang mulai berpacaran? Saking was-was dan khawatirnya, bisa saja kamu menjadi emosi dan berbuntut dengan memarahinya.

Moms, saat menangkap gelagat anak yang mulai berpacaran, kamu harus hati-hati dalam memberikan respon yang tepat. Jangan sampai membuatnya justru membangkan dan melawan semua aturan yang sudah kamu berikan.

Untuk itu, yuk intip tips jitu yang bisa kamu lakukan saat mengetahui anak yang mulai pacaran seperti dikutip dari laman sindikasi Muslimah Daily:

Jangan tunjukkan emosi yang berlebihan

Moms, siapa sih yang enggak terkejut saat tahu anak mulai membicarakan hal-hal berbau cinta, apalagi sampai memutuskan untuk pacaran. Ketimbang menanggapinya dengan berlebihan seperti marah-marah dan langsung mencecarnya dengan berbagai pertanyaan, sebaiknya tanggapi dengan biasa saja.

Tanyakan saat momen santai dan dengan nada yang bercanda supaya ia mau bercerita. Jangan lupa untuk memperhatikan suasana hatinya, agar ia mau membuka diri.

Hindari menyepelekan masalahnya

Walau terdengar sepele, ada baiknya kamu enggak menyepelekan perasaannya. Hal ini akan berpengaruh pada komunikasi dua arah yang penting untuk menjalin kedekatan dengannya.

Awali dengan menanyakan mengapa anak ingin pacaran. Di usianya, ketertarikan secara fisik pada lawan jenisnya memang merupakan naluri alamiah yang enggak bisa dihindari.

Tapi kalau alasannya cuma ikut-ikutan dengan teman-teman lainnya, ajak anak untuk berdiskusi. Ingatkan kalau dia enggak harus mengikuti apa yang terjadi di sekelilingnya. Jelaskan tentang bagaimana ia harus menghargai dirinya sendiri, memahami hubungan perempuan dan laki-laki, berani mengatakan “enggak”, dan mengerti konsekuensi yang dapat terjadi.

Bicara dengan sudut pandangnya

Bisa saja bercerita tentang bagaimana orangtua berpacaran hingga akhirnya menikah dan membentuk keluarga. Tapi tekankan hal-hal positif seperti memprioritaskan kuliah, pekerjaan, bertemu di usia yang cukup, dan tetap mandiri.

Namun, jangan berlebihan saat menceritakannya hingga terkesan menguliahi. Masukkan juga sudut pandang yang penting baginya. Misalnya keinginannya untuk melanjutkan kuliah di universitas ternama atau ingin mencapai cita-cita dapat terwujud tanpa terganggu pacaran, yang tentunya dapat menyita waktu, tenaga, biaya, maupun pikiran.

Bekali dengan pengetahuan agama dan pendidikan seks usia dini

Banyak anak usia sekolah yang mengalami kehamilan dini karena kurangnya pemahaman akan seks. Orangtua mana pun tentu juga akan mengkhawatirkan masa depan anak saat ia mulai mengenal dan menyukai lawan jenis. Biar dia enggak risih membicarakan tentang seks, posisikan diri sebagai teman sehingga bisa membangun diskusi dari hati ke hati.

Tunjukkan dari sudut pandangnya, misalnya keinginannya untuk mengejar cita-citanya akan terbagi dua saat hadirnya seorang bayi. Selain itu, yang paling penting adalah membekalinya dengan pengetahuan agama yang kuat, sehingga dapat membentenginya dari pengaruh yang buruk.

Pantau sosial medianya

Perkembangan teknologi dan komunikasi saat ini bagaikan dua mata pisau. Selain banyak pengaruh buruk yang bisa diterima oleh anak-anak, enggak sedikit kasus yang melibatkan media sosial dan tentunya membuat orangtua mana pun khawatir.

Untuk saat ini, lindungi anak dari sisi negatifnya dengan meminta izin memantau media sosialnya. Kalau enggak ada yang disembunyikan, tentunya sah-sah saja menerima permintaan menjadi teman atau mengikuti akun media sosial yang kamu buat. Dengan cara ini, kamu bisa mencoba mengenal teman-teman, terutama lawan jenisnya, dan bagaimana anak mengisi media sosialnya.

Semoga bermanfaat!

Share Artikel:

Oleh: Witri Nasuha