Menu

Moms...3 Kalimat Ini Perlu Kamu Hindari saat Berbicara dengan Buah Hati, Catat Baik-Baik Ya!

01 September 2020 15:45 WIB

Ilustrasi seorang ibu yang memarahi anaknya (Pinterest/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Sebagai orang tua, tentu kamu tahu betul betapa pentingnya memberi nasihat kepada buah hati. Menasihati anak juga ada tekniknya lho, Beauty. Mungkin kamu sering mendengar peribahasa 'mulutmu harimaumu', bukan?

Ungkapan ini seringkali menjadi nasihat untuk selalu berhat-hati dalam berucap. Karena kalau salah berucap, bisa fatal akibatnya dan merugikan diri sendiri. Peribahasa tersebut rasanya juga berlaku dalam dunia parenting.

Seperti yang sudah disebutkan di awal, ada teknik tersendiri saat memberikan nasihat kepada buah hati. Salah satunya dengan menjaga perkataan saat menasehati atau berbicara dengannya. Kalau kamu salah berucap, hal ini bisa berdampak pada psikisnya.

Beauty, anak itu peniru yang ulung. Ia bisa saja mengikuti perkataanmu di lain waktu atau justru akan berkata lebih buruk dari apa yang kamu ucapkan.

Untuk itu, hindari tiga kalimat berikut saat sedang menasihati buah hati, seperti dikutip dari laman sindikasi Muslimah DailySelasa (1/9/2020).

"Kenapa kamu enggak bisa seperti kakak/adikmu?"

Beauty, mungkin kamu mengira dengan membandingkan anak dengan saudara atau temannya dapat memotivasinya. Misal dengan kata-kata, “Lihat, adikmu aja sudah bisa mengancing bajunya sendiri!” atau “Temanmu saja sudah bisa ke kamar mandi sendiri, kenapa kamu enggak bisa?”

Para psikolog mengatakan kalau hal ini merupakan sifat alami bagi orangtua untuk membanding-bandingkan anak-anaknya, namun jangan sampai anak tahu mengenai hal itu.

Tiap anak memiliki fase perkembangan yang berbeda-beda. Membandingkan anak kepada orang lain menyiratkan kalau kamu enggak menginginkan dia sebagai anakmu. Selain itu, kalau anak dipaksa untuk berkembang lebih cepat dari seharusnya, anak akan merasa bingung dan enggak berdaya. Hal itu akan melemahkan rasa percaya dirinya.

Beauty, alangkh baiknya puji anak sesuai dengan prestasi yang sudah  ia capa, misalnya ketika anak sudah bisa menyuap makanannya sendiri tanpa bantuan, kamu bisa puji dia dengan mengatakan, “Wah, anak mama sudah bisa makan sendiri tanpa disuapi, hebat!”. 

Dibanding-bandingin itu enggak enak lho!

"Jangan nangis!"

Hmm... mungkin hingga saat ini banyak di antara kamu yang kerap berucap seperti itu ketika anak sedang menangis. Dengan alasan agar ia berhenti dari tangisaanya itu, bukan?

Debbie Glasser, Ph.D., direktur Family Support Services di Mailman Segal Institute for Early Childhood Studies, Nova Southeastern University, Fort Lauderdale, AS, mengatakan kalau menangis adalah hal yang wajar dan wajar pula kalau kamu melindungi anak dari perasaannya itu.

Debbie menegaskan, mengatakan 'jangan' ketika anak menangis itu enggak membuatnya merasa lebih baik. Hal itu seakan mengirimkan pesan kalau menunjukkan emosinya merupakan hal yang dilarang.

Oleh karena itu, kamu seharusnya menunjukan rasa empati ketika anak menangis. Dengan begitu, anak akan belajar untuk mengekspresikan dirinya dan juga mengajarkannya untuk berempati.

"Kalau kamu mengulanginya sekali lagi, Mama pukul!"

Niatnya mendisiplinkan anak, tapi teknik ancaman seperti ini jarang efektif lho. Cepat atau lambat anak akan belajar kalau ancaman itu enggak akan pernah terjadi. Akhirnya, dia enggak akan takut lagi dengan segala ancaman yang kamu berikan.

"Hasil studi membuktikan kalau terdapat 80% kecenderungan anak berumur 2 tahun akan mengulangi kesalahannya walau bagaimana pun cara anda mendisiplikannya,” jelas Murray straus, Ph,D, pakar sosiologis di Universitas New Hampshire's Family Research Lab.

Bahkan, pada anak yang lebih besar, akan lebih efektif  mendisiplikan anak dengan melakukan pengalihan, atau mengajak anak pergi dari situasi tersebut.

Misalnya ketika anak enggak berhenti mengganggu ayahnya yang sedang bekerja, daripada membentak atau memarahi anak, akan lebih efektif kalau kamu mampu mengalihkan perhatiannya.

Semoga bermanfaat!