Menu

Kasus Covid Anak Kembali Meningkat, Dokter Imbau Orang Tua Tak Ragu Tes SWAB si Kecil, Alasannya…

30 Juni 2022 16:07 WIB

Ilustrasi anak sakit terpapar Covid-19. (Pinterest/Freepik)

HerStory, Bogor —

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Yogi Prawira, SpA (K)., menuturkan bahwa dalam 2-3 minggu terakhir juga terjadi peningkatan kasus anak, baik yang membutuhkan perawatan di ruang biasa atau di ICU.

Tak hanya itu, kasus juga diikuti peningkatan kondisi peradangan hebat di berbagai sistem organ usai Covid-19. Kasus ini dinamakan dengan Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C). Oleh sebab itu langkah pencegahan perlu dilakukan oleh orang tua. Apalagi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 ini bisa menular lebih cepat.

Terkait hal itu, dr. Yogi pun mengingatkan orang tua agar tak ragu untuk melakukan tes PCR jika anak nampak mengalami gejala atau potensi terpapar Covid-19.

Menurut dr. Yogi, sejak awal pandemi, memang tak sedikit orang tua yang enggan mengajak anaknya PCR. Padahal, tes PCR bukan hanya dijadikan patokan sebagai konfirmasi infeksi Covid-19, tapi juga diperlukan untuk mengetahui perjalanan penyakit tersebut

“Banyak orang tua yang beranggapan, ‘aduh (anak) gak usah diswab lah’, atau mungkin sebagian menganggap Covid sudah tidak ada. Nah ini jangan beranggapan begitu. Jadi sangat penting untuk kita tahu status anak kita memang dia kontak erat atau bergejala masuk dalam suspect probable untuk pastikan apakah dia confirm,” kata dr. Yogi, dalam sesi talkshow virtual bertajuk 'Liburan Sehat, Anak Aman Covid-19' oleh BNPB Indonesia, Rabu (29/6/2022).

“Karena timeline penting sekali, perjalanan penyakit ini penting sekali untuk Covid-19. Pada saat dua minggu pertama itu fase akut. Mungkin pada anak, 70 persen gejalanya ringan. Tetapi setelah 2 minggu fase akut, maka kita harus hati-hati dengan kondisi MIS-C," sambung dr. Yogi.

Lebih lanjut, kata dr. Yogi, anak memang sebaiknya melakukan tes swab PCR karena positif rate-nya lebih tinggi. Namun antigen juga efektifitasnya di atas 90 persen untuk bisa mendeteksi virus Corona. Jadi jika memang ingin tes antigen, boleh-boleh saja, Moms.

Tapi, jika saat antigen negatif tapi gejala semakin berat, lebih baik konfirmasi menggunakan PCR. Jika seandainya antigen sudah positif dengan situasi transmisi lokal seperti sekarang, mungkin tidak perlu dikonfirmasi.

“Kita sudah bisa masuk ke kriteria diagnosis, yakni minimal dia probable Covid atau bahkan Covid-19 terkonfirmasi,” ujarnya.

Sebagai upaya untuk mengurangi potensi penularan Covid-19 ke anak berkurang, dr. Yogi lantas menyarankan orang tua untuk mencoba metode cocooning atau kepompong pada anak.

"Dengan memastikan setiap orang yang berinteraksi dengan anak di bawah 5 tahun itu sudah vaksin dua kali dan booster,” kata dr. Yogi. 

Terkait perbedaam gejala Omicron pada anak dan juga dewasa sendiri, dr. Yogi mengatakan bahwa yang harus dipahami itu infeksi Covid ini adalah infeksi sistemik. Jadi Covid-19 ini tak melulu menyerang sistem saluran pernapasan saja, melainkan juga bisa menyerang saluran pencernaan.

“Karena ada beberapa anak yang ternyata gejalanya lebih dominan di saluran cerna, misalnya tadi ada muntah diare sakit perut, nggak ada sama sekali gitu. Tapi tadi pada saat fase akut memang 70% anak-anak itu mungkin gejalanya ringan ya, bahkan sebagian tanpa gejala. Tapi kita tetap harus waspada sesudah itu kalau misalnya timbul gejala-gejala peradangan maka sekali lagi, harus segera diperiksakan ke dokter,” pungkas dr. Yogi.

Artikel Pilihan