Menu

Became Reliable Womenpreneur, WIN Berdayakan Wanita Pengusaha di Tengah Ketidakpastian Ekonomi yang Ada

11 Juli 2022 16:49 WIB

Diah Yusuf, selaku Chaiwoman Womenpreneurs Indonesia Networks (WIN). (Riana/HerStory)

HerStory, Jakarta —

Beauty, menurut data, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki kontribusi yang besar bagi perekonomian Indonesia. UMKM sendiri menyumbang 60 persen dari total ekonomi nasional dan 97 persen dari sisi penciptaan dan penyerapan kesempatan kerja. Pernyataan tersebut didukung data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) yang menunjukkan bahwa mayoritas pelaku UMKM adalah wanita. Terkait hal itu, Womenpreneurs Indonesia Networks (WIN) pun melihat bahwa kaum wanita di Indonesia memegang peran yang sangat penting, terutama melalui kiprah mereka yang terjun sebagai pelaku usaha (womenpreneur).

Fyi Beauty, WIN sendiri adalah platform bersama untuk pemberdayaan dan penguatan jaringan kewirausahaan wanita Indonesia yang diinisiasi oleh Indonesia Council for Small Business (ICSB), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Indonesia Healthcare Corporation (IHC) yang bertujuan untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals khususnya point ke 5, 8, 10 dan 17, yang selaras dan berjejaring aktif dengan lembaga internasional sebagai bagian dari komunitas global.

Adapun, WIN sendiri beranggotakan dari berbagai unsur profesional dan keahlian wanita dari berbagai bidang. Antara lain logistik, digital, e-commerce, transportasi serta korporasi akan bersinergi untuk menyukseskan setiap program yang diinisiatifkan. Latar belakang yang dimiliki para anggota diharapkan mampu membawa kontribusi yang lebih optimal bagi para womenpreneur di Indonesia.

Dan menurut Chaiwoman WIN, Diah Yusuf, peranan WIN di sini adalah menciptakan kesadaran womenpreneur Indonesia melalui pendidikan dan inspirasi kewirausahaan sehingga mereka bisa melakukan serangkaian aksi dan siap berubah menjadi womenpreneur yang tangguh, didukung dengan kesehatan mentalitas dan fisik yang baik serta dalam lingkungan keluarga yang harmonis.

Jadi sesuai namanya, WINI ingin menyatukan temen-temen pengusaha wanita di Indonesia. Kita pengen mereka ready to transform, siap untuk berubah, dimana kita sendiri punya tagline itu ready to transform and became realiable womenpreneur Indonesia. Jadi mereka harus bisa bertransformasi, udah siap untuk melakukan itu, menjadi wanita pengusaha yang tangguh,” tutur Diah Yusuf, saat ditemui HerStory di sela acara Womenpreneurs Gathering bersama G100, yang digelar di Philip Kotler Theatre, MarkPlus Institute, Jakarta, belum lama ini.

Tak hanya berkomitmen memajukan ‘kesehatan bisnisnya’ saja, kata Diah Yusuf, WIN juga memperhatikan keseimbangan peran wanita baik secara individu, di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat.

Jadi, selain menumbuhkan kapabilitas dalam kewirausahaan dan kepemimpinan di kalangan wanita, mereka pun perlu untuk tetap memerhatikan pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental serta keharmonisan dalam keluarga. Dikatakan Diah Yusuf, inilah bentuk keseimbangan yang ingin disuarakan oleh WIN.

“Jadi kita gak hanya fokus ke kesehatan bisnisnya aja yang harus dipikirkan, tapi juga kesehatan keluarganya, kesehatan dirinya sendiri karena kadang-kadang wanita suka lupa merhatiin itu semua. Kemudian harmonisasi keluarga juga harus mereka perhatikan. Jadi WIN mengingatkan akan pentingnya hal itu,” imbuh Diah Yusuf.

Lebih lanjut, Diah Yusuf pun menuturkan, berdasarkan penelitian, leadership wanita perlu dibangkitkan, karena ini menjadi potensi dalam pengembangan UMKM. Terlebih nanti di tahun 2030 pasar ASEAN akan mengambil 1/3 pasar dunia, dan secara populasi Indonesia merupakan negara terbesar di ASEAN.

"Kalau hanya sebagai penonton, sayang sekali. Padahal Indonesia ini sangat kaya. Ke depannya, potensi kita sangat besar dalam bersaing di dunia Internasional," tegasnya.

Karenanya, mengembangkan UMKM ini, menurut Diah Yusuf, pola pikir (mindset) harus diarahkan untuk mendapat alasan kenapa harus maju dan berkembang. Kemudian dicari cara untuk menuju kesuksesannya.

Jadi WIN itu role-nya adalah bagaimana kita bisa mengisnpirasi, mengedukasi, sehingga wanita wirasusaha ini punya awareness, bahwa mereka itu harus berubah. Jadi mindset-nya kita coba buka, bukan ke arah technical, tapi lebih ke mindset bahwa global itu di depan mata lhoKarena Indonesia ini sangat kaya. Kalau Indonesia ini sangat kaya dan tidak di-manage dengan baik oleh kita, trus kalau ada dari luar yang me-manage trus kita dapat apa?,” tutur Diah Yusuf.

“Kalau kitanya sendiri gak aware dengan hal-hal seperti itu, nanti kita menyahkan orang lain, padahal yang salah kan kita sendiri. Jadi itu yang ingin diingatkan terus kepada temen-temen pelaku bisnis ini. Jadi bukan hanya sekedar uang maksudnya, tapi lebih dari itu kita bisa membawa impact full termasuk juga ke negara kita,” sambung Diah Yusuf.

Diah Yusuf lantas tak menampik bahwa womenpreneur Indonesia juga kerap menghadapi tantangan yang tak mudah, tak terkecuali selama pandemi ini. Skala bisnis mereka yang umumnya masih berskala mikro dan bahkan ultra mikro menciptakan keterbatasan untuk bisa melakukan inisiatif-inisiatif yang lebih besar.

Kata Diah Yusuf, setidaknya ada beberapa hambatan yang akan menjadi tantangan para pelaku usaha wanita, yaitu tak adanya dukungan dari keluarga, ketatnya persaingan pasar, kurangnya jumlah pekerja, menajemen waktu, akses permodalan terbatas, dan lainnya. Namun, terlepas dai hambatan itu, maka yang perlu dilakukan adalah menguatkan ekosistem pendukung kewirausahaan.

“Kita kan mengedukasi ya, even ke ibu-ibu, saya bilang bahwa gak semua oang bisa jadi entrepreneur sebetulnya. Tapi yang perlu dilakukan adalah menguatkan ekosistem kita. Jadi misalnya yang di daerah itu jago di produksi, dia gak jago di marketing. Maka marketing itu harus diambil dari yang melek teknologi, jadi ada supply chain seperti itu. jadi barang yang mereka produksi yang perlu jual itu gak perlu mereka, tapi orang lain. Kan banyak ya yang jago marketing,” papar Diah Yusuf.

“Jadi ekosistem inilah yang harus dikuatkan, termasuk ekosistem pendanaannya, mentorship-nya, business advisory-nya. Jadi memang gak bisa dilakukan sendiri. Nah sementara ini yang aku lihat pemerintah itu mengharapkan satu orang itu melakukan semuanya. Dengan kita melihat pelatihan-pelatihan yang mereka lakukan, itu sepertinya semua orang harus bisa marketing, semua orang harus tahu tentang digitalisasi, sementara di daerah itu gak mungkin (mengerti tentang digitalisasi),” lanjut Diah Yusuf.

Kemudian, lanjut Diah Yusuf, gender equality juga menjadi penting karena ini sangat berkontribusi terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi, produktifitas, dan inovasi. Ia menilai, wanita tak boleh tertinggal, karena Tuhan menciptakan wanita dan pria untuk saling melengkapi dan saling mendukung. Begitu juga di negara ini, keberadaan wanita dan pria menjadi satu instrumen penting, bukan hanya pria saja yang maju tapi juga wanita harus ikut maju agar akselerasi pembangunan di negeri ini akan lebih baik lagi. 

“Nah sebenarnya masalah gender equality, wanita dan pria itu punya tugas masing-masing, wanita gak harus jadi pria, begitupun sebaliknya. Karena udah punya fitrah masing-masing. Keduanya punya peranan sendiri-sendiri. Jadi menguatkan apa yang harus kita kuatkan itu jauh lebih penting, dan harus ada supporting community, kemudian open mindset,” imbuhnya.

Dilanjutkan Diah Yusuf, gender equality ini pun menjadi penting karena sangat berkontribusi terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi, produktifitas, dan inovasi. Hanya saja, berdasarkan pengamatannya sendiri, saat ini wanita Indonesia masih banyak yang kurang punya passionate terhadap dunia usahanya sendiri.

“Cuma ya kita melihat juga bahwa kadang-kadang wanita itu maunya dimanja. Aku lihat dari dirinya sendiri kurang ‘jreng’, maksudnya kurang punya satu passionate, mereka memilih insecure daripada confident, mereka memilih untuk mengasihani diri mereka sendiri. Padahal kan pemikiran-pemikiran yang gak perlu sebenarnya. Dan aku lihat itu banyak terjadi. Jadi mereka meng-create barrier-nya sendiri. Padahal di sisi lain banyak wanita-wanita Indonesia yang sukses, hebat, ada Ibu Sri Mulyani, Ibu Susi Pudjiastuti yang bisa jadi role model ya. Jadi, kenapa kita gak bisa kayak mereka, harusnya kan bisa,” tandas Diah Yusuf

Lebih lanjut, salah satu langkah konkrit yang dilakukan WIN sebagai dukungan untuk para pelaku UMKM wanita, seperti diungkap Diah Yusuf, adalah dengan mengintregasikan penyediaan fasilitas bagi pelaku usaha wanita untuk meningkatkan kapabilitasnya, seperti yang belum lama direalisasikan bertepatan dengan peringatan Hari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Internasional yang jatuh pada 27 Juni. Dimana, saat itu, WIN meluncurkan Win Store dan Win Kitchen di Sulawesi Utara. Acara ini pun diresmikan langsung oleh Menteri PPPA, Bintang Puspayoga.

“Karena infrastruktur fisik harus digabungkan dengan pembangunan sumber daya manusianya agar bisa memberikan hasil yang optimal dalam jangka panjang bagi pemberdayaan wanita pengusaha di Indonesia,” tutur Diah Yusuf.

Tak hanya itu, kata Diah Yusuf, WIN pun rajin menggelar event-event webinar, talkshow inspiratif, serta terbaru menggelar womanpreneur gathering dengan menggandeng G100, yang beberapa waktu lalu diisi oleh pakar dari India, Dr. Harbeen Arora Rai, selaku Founder & President G100.