Menu

Dokter Imbau Bahaya Kerokan yang Sering Diabaikan: Itu Bunuh Diri Namanya!

14 Juli 2022 14:30 WIB

Ilustrasi kerokan. (The Washinton Post)

HerStory, Medan —

Masyarakat Indonesia tentunya tak asing lagi dengan kerokan yang dianggap sebagai terapi yang baik bagi kesehatan. Namun, Dokter Spesialis Akupuntur RSUP Persahabatan, dr. Stefanus Agung Budianto, Sp. AK menjelaskan dampak negatif yang mungkin terjadi jika terlalu sering melakukan terapi ini.

Banyak anggapan bahwa tanda kemerahan membuktikan bahwa ada ‘angin’ bersarang di tubuh. Namun, dr. Stefanus menegaskan bahwa kemerahan disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah.

"Tapi jangan lupa, artinya ketika dikerok itu ada pembuluh darah yang pecah gitu. Nah, artinya jarak antara kerokannya itu nggak bisa setiap hari," ujarnya.

Jika kamu merasakan gejala seperti masuk angin dalam jangka waktu panjang, ada baiknya jika segera berkonsultasi ke dokter spesialis jantung. Pasalnya masyarakat masih kesulitan membedakan antara masuk angin dengan penyakit jantung.

"Kalau sampai ada keluhan seperti itu, lebih baik konsultasi ke dokter untuk memastikan penyakit underlying diseasenya itu apa, penyebab utamanya itu apa, sampai timbul keluhannya terus menerus hingga setiap hari," terang dr. Stefanus.

Ia menjelaskan bahwa area punggung banyak terdapat titik saraf pusat organ. Tentunya setiap saraf tersebut memiliki fungsi masing-masing.

"Ketika dilakukan di punggung, memang untuk persarafan organ-organ memang banyak, masing masing dermatom artinya masing masing segmen dari itu jelas ada manfaatnya," jelas dr. Stefanus.

Oleh karena itu, melakukan kerokan juga tak boleh sembarangan. Bahkan, jika terdapat benjolan perlu diwaspadai sebab bisa saja hal tersebut termasuk sebagai gejala tumor.

"Banyak yang salah kaprah bahwa, wah ada benjolan nih, benjolan harus dipijet sampai pecah, sampe ilang. Padahal ternyata itu ada sebuah keganasan, nah tentu hal itukan bunuh diri namanya," tutupnya.

Artikel Pilihan