Menu

Gak Selalu Jadi Cara Terbaik, Ini Dampak pada Korban Kekerasan Seksual saat Kasusnya Viral di Medsos...

23 Agustus 2022 20:20 WIB

Stop kekerasan seksual pada anak (Focus for Health)

HerStory, Yogyakarta —

Beauty, seperti yang kita tahu, kasus kekerasan seksual di Indonesia masih banyak terjadi, tapi masih banyak korban yang belum mendapatkan keadilan.

Makanya, sekarang banyak yang memviralkan kasus kekerasan seksual di media sosial supaya mendapatkan atensi dari masyarakat. Benar begitu kan, Beauty?

Setelah kasus kekerasan seksual tersebut viral, maka korban berharap pihak terkait bisa mengambil kebijakan dan menyelesaikan kasus secepatnya.

Namun, ternyata ada beberapa bahaya bagi korban kekerasan seksual ketika kasusnya viral di media sosial. Jika enggak hati-hati, maka kasus kekerasan seksual tersebut justru menjadi bumerang bagi korban.

Dalam acara Media Training and Pre Conference ICIFPRH 2022, Head of Program Rutgers Indonesia Nancy Sunarno memaparkan beberapa dampak viralnya kasus kekerasan seksual. Apa saja? Yuk, simak baik-baik, ya!

Keamanan korban dan keluarga korban

Saat kasus kekerasan seksual viral, bisa jadi keamanan korban dan keluarga korban jadi enggak aman. Sebab, akan banyak orang yang tahu dan mengulik informasi korban kekerasan seksual.

"Dampaknya keamanan korban dan keluarga korban. Walaupun korban memberikan persetujuan, consent untuk diceritakan kasusnya, tetapi belum tentu dia bisa siap menghadapi respons yang begitu banyak dan kebanyakan responsnya orang Indonesia apalagi di medsos itu jahat," kata Nancy Sunarno.

Gak siap kasusnya diketahui banyak orang

Ketika kasus kekerasan seksual viral di media sosial, mungkin saja korban belum siap, apalagi kalau harus menjawab banyak pertanyaan yang masuk ke jalur komunikasi pribadi atau keluarga terdekat.

"Banyak yang hanya ingin kepo, menasihati korban, dan enggak jarang hanya ingin menyalahkan korban kekerasan seksual," tutur Nancy Sunarno.

Korban butuh proses untuk pemulihan

Jika kasus kekerasan seksual viral di media sosial hingga membeberkan identitas korban, maka akan berdampak buruk ketika netizen melemparkan komentar buruk yang menyudutkan korban. 

Kalau sudah begitu, korban semakin banyak membutuhkan waktu untuk proses pemulihan. Padahal, korban sudah membutuhkan banyak waktu untuk pulih dari trauma kekerasan seksual.

"Kenapa? Kebanyakan berasal dari akun-akun anonimus. Dia nggak pakai nama beneran, dia asal ngomong langsung aja begitu bisa pakai istilah yang kasar-kasar," lanjutnya.

Selain itu, ketika informasi pribadi diketahui, korban kekerasan seksual terancam akan mengalami dampak buruk lain, misalnya dikeluarkan dari sekolahnya atau dikucilkan dari lingkungannya.

Alih-alih memviralkan kasus kekerasan seksual di media sosial, ada cara yang lebih aman untuk dilakukan. Terpenting, bisa berpihak pada korban kekerasan seksual.

Salah satu cara yang direkomendasikan Nancy Sunarno adalah melaporkannya ke Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA).

"Cari UPTD di kabupaten/kota, kalau enggak ada cari di provinsi, karena mereka lah yang seharusnya punya tanggung jawab pertama," jelas Nancy.

Namun enggak hanya sampai di situ saja. Kamu juga perlu mengawasi perkembangan penanganan kasus kekerasan seksual tersebut.

Selain itu, kalau di daerah tempat tinggal korban enggak ada UPTD PPA, maka bisa meminta bantuan kepada layanan pendamping dan organisasi masyarakat yang fokus menyediakan bantuan untuk para korban kekerasan seksual.

"Cari layanan pendamping dari organisasi masyarakat seperti Women Crisis Center, LBH, atau organisasi-organisasi lainnya," sebut Nancy.

Jadi, sebenarnya memviralkan kasus kekerasan seksual di media sosial enggak selalu jadi cara terbaik untuk korban. Ada dampak-dampak yang perlu dipertimbangkan dengan korban atau keluarga korban.

Sebaiknya, kamu meminta bantuan kepada lembaga terkait yang memang memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk membantu para korban kekerasan seksual.

Dengan begitu, harapannya enggak akan ada lagi kasus kekerasan seksual yang terjadi di tengah masyarakat.

Artikel Pilihan