Menu

Moms, Hentikan Kebiasaan Buruk Ini! Perhatikan Tanda Anak yang Terlalu Ambisius dan Selalu Ingin Menang

13 Oktober 2020 08:15 WIB

Ilustrasi anak belajar di kelas (shutterstock/Edited by Herstory)

HerStory, Bogor —

Moms, anak terlalu ambisisus dan selalu ingin menang dalam setiap kompetisi? Baik dalam bidang pendidikan maupun olahraga. Rasanya anak belum puas kalau ada teman lain yang bisa mengalahkannya. Nah Moms, biasanya sikap ini ditanamkan dari orang-orang sekitar lho! 

Moms harus memberi pemahaman pada anak bahwa, ambisi yang sehat tumbuh dari dalam diri sendiri. Maka, ia akan percaya bahwa pencapaian dapat diraih karena kemampuan diri sendiri dan bukan dari hasil mengalahkan orang lain. Merangkum dari berbagai sumber, Selasa (13/10/2020) perhatikan tanda anak yang terlalu ambisius dan selalu ingin menang serta bagaimana cara mengatasinya.

1. Anak cenderung tak sabaran

Tak ada salahnya menjadi ambisius, asal ke arah yang baik. Namun, anak yang kelewat ambisius cenderung memiliki sifat menggebu-gebu alias tak sabaran. Tak jarang mereka juga sering mengabaikan hal-hal penting lainnya, dan hanya fokus pada tujuan saja. Terlalu berambisi tanpa sadar akan bikin anak jadi stres. Moms harus memberi pemahaman agar anak lebih rileks menikmati hidupnya, tapi tetap fokus dan berusaha yang terbaik dalam mewujudkan impian.

2. Anak jadi sombong dan suka berbohong

Anak sering sombong dan membual tentang kemampuan yang dimilikinya. Sebagai orangtua, Moms perlu mengingatkan si kecil bahwa banyak hal positif yang ia miliki tanpa harus menjadi juara dalam sebuah pertandingan. Moms pasti nggak mau kan kalau anak sampai dikucilkan oleh teman-temannya karena hobi berbohong? 

3. Menghalalkan segala cara untuk menang

Anak akan terobsesi untuk menang hingga berbuat curang atau mencontek dan melanggar aturan. Bahkan untuk hal sesederhana seperti bermain game, jangan biarkan anak terbiasa berbuat curang. Lama kelamaan hal ini bisa jadi kebiasaan buruk. Maka dari itu, ketika anak kalah dalam sebuah kompetisi, tekankan bahwa yang kita hargai adalah usahanya, bukan hasil akhirnya.

4. Frustasi ketika kalah

Saat anak merasa frustasi karena kalah, ia cenderung akan menyalahkan lawannya hingga menganggap dirinya tak mampu karena kalah. Maka dari itu Moms, ajak dia fokus pada kelebihan yang dimiliki. Daripada anak terlalu fokus pada kegiatan kompetisi, coba ubah fokusnya dari kompetisi ke skill building dan kerja sama dengan memilih kegiatan yang mendorong anak melakukan dua hal tersebut. 

5. Anak tak respek terhadap kompetitornya

Rasa ingin terlihat lebih baik dari kompetitor membuat anak cenderung menjelekkan lawannya, bahkan menghinanya bodoh, tak hebat atau tak mampu bermain. Sebaiknya orangtua mengajarkan si kecil untuk memiliki respek terhadap orang lain, entah itu yang lebih hebat darinya atau bukan. Tunjukkan kelebihan si kecil namun juga perlihatkan kepadanya bahwa anak-anak lain juga memiliki kelebihan serta kehebatannya masing-masing.