Menu

Waspada Dampak Rekaman Tragedi Kanjuruhan pada Kesehatan Mental, Ibu dan Anak jadi Golongan Paling Rentan

06 Oktober 2022 22:56 WIB

Ilustrasi wanita sedang mengalami gangguan mental. (Freepik/Racool_studio)

HerStory, Jakarta —

Media sosial menjadi salah satu platform untuk menyebarkan berbagai konten tanpa adanya penyaringan yang ketat. Hal ini menyebabkan banyak konten sensitif yang diunggah ke dalamnya, termasuk tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang.

Seperti yang diketahui, beberapa waktu lalu terjadi tragedi yang kerusuhan penonton sepakbola di Kanjuruhan. Banyak video beredar di media sosial yang menunjukkan suasana mencekam saat itu.

Konten tersebut tersebar secara luas dan tak menutup kemungkinan ditonton oleh khalayak di berbagai kalangan dan usia. Selain menimbulkan rasa simpati dan duka mendalam, ternyata ada dampak kesehatan mental jika terlalu sering mengonsumsi video tragis.

Melansir PsychologyToday, seorang spesialis konseling anak dan remaja, Stephanie Sarkis, menyebutkan bahwa konten bermuatan kekerasan dapat meningkatkan risiko kecemasan, depresi, hingga stres pascatrauma (PTSD).

Hal ini sejalan dengan laporan The Journal of Anxiety Disorder yang mana dijelaskan bahwa menonton konten sensitif atau tragis secara berulang akan meningkatkan risiko PTSD. Sebagaian besar korbannya adalah ibu dan anak-anak.

"68 persen ibu dan 48 persen anak-anak dilaporkan mengalami PTSD karena menonton video tragis terkait kejadian," tertulis dalam laporan tersebut.

Oleh karena itu, setiap konten sensitif di media sosial mulai memberikan peringatan atau trigger warning sebelum diputar. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan penonton bahwa konten tersebut bermuatan hal yang sensitif atau tragis.