Menu

Jangan Nyangkal! Ini 3 Fase KDRT yang Harus Moms Ketahui, Tiati Kalau Terlambat 'Ditangani' Bisa Susah Lepas!

07 Oktober 2022 11:25 WIB

Ilustrasi KDRT. (Pixabay/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Kini kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT sedang marak diperbincangkan karena rumah tangga Lesti Kejora dan Rizky Billar yang sangat mengagetkan.

Ternyata, KDRT gak cuma perlakuan kekerasan fisik saja lho Moms! Penyerangan secara psikis, emosional, dan tindakan lainnya yang bias mempengaruhi mental juga bisa disebut sebagai tindak KDRT yang tak patut untuk dinormalisasikan.

Perilaku KDRT tak hanya bisa terjadi pada wanita, namun juga bisa terjadi pada pria, anak-anak bahkan orang tua. Sayangnya, korban KDRT seringkali tak bisa keluar dari lingkaran pelaku kekerasan. 

Berikut 3 fase yang terjadi dalam KDRT hingga membuat korbannya sulit keluar dari lingkaran kekerasan dalam rumah tangga Moms!

 1. Fase ketegangan

Pada fase ketegangan, mulai menumpuk banyak permasalahan yang dapat membuat pelaku kekerasan merasa stres dan frustasi. Fase ini akan berlanjut pada hilangnya pengendalian diri serta emosi pelaku.

Pada fase tersebut, biasanya korban KDRT akan mencoba untuk meredam ketegangan yang terjadi. Korban juga akan merasakan cemas yang berlebih karena takut membuat pasangannya menjadi marah.

 2. Fase kekerasan

Demi melepaskan ketegangan yang terjadi, pelaku KDRT akan mulai menghilangkan kendali diri mereka dengan meluapkan segala amarah seperti membanting barang-barang, mengancam akan menyakiti, hingga melakukan kekerasan mental bahkan fisik kepada korbannya.

Pelaku kekerasan akan mengalihkan kesalahan yang diperbuatnya dengan menyalahkan korbannya karena telah menyulut emosinya hingga membuatnya merasa sangat marah.

 3. Fase penyelesaian atau bulan madu

Setelah insiden kekerasan tersebut, pelaku akan mulai memperbaiki keadaan agar korban merasa tak tersakiti oleh perilakunya. Dia akan menawarkan hadiah, bersikap sangat baik, dan selalu penuh kasih sayang serta perhatian.

Fase yang terjadi tersebut serupa fase awal sebuah hubungan di mana terdapat perasaan yang meluap-luap di dalamnya. Sehingga, korban KDRT pun kembali memiliki perasaan cinta yang positif kepada pelakuk kekerasan, seolah-olah semuanya kembali normal.

Fase ketiga tersebut adalah fase yang membuat korban KDRT terjebak dalam lingkaran yang sama secara terus-menerus tanpa bisa keluar darinya. Karena, setelah fase ketiga usai, maka akan mulai muncul alasan-alasan yang dibuat oleh pelaku KDRT tentang mengapa ia sampai bertindak terlalu jauh yang akhirnya juga akan diterima oleh korban.