Menu

Didukung Danone Indonesia, IGC Deklarasikan Konsensus Nutrisi dan Hidrasi Berbasis Makanan Tradisional untuk Pencegahan Stunting

17 Oktober 2022 17:24 WIB

(Ki-ka) Dewan Pakar IGC, Hindah Muaris; Ketua Umum Indonesian Gastronomy Community (IGC), Ria Musiawan; dan Medical Science Director Danone Indonesia Dr. dr. Ray Basrowi, MKK. (Riana/HerStory)

HerStory, Jakarta —

Moms, saat ini Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia yakni stunting. Meskipun angka prevalensi stunting di Indonesia telah menurun menjadi 24,4 persen pada tahun 2021 (dari 26,92 persen di tahun 2020). Namun, angka tersebut masih dinilai tinggi jika dibanding standar dari WHO, yaitu tidak lebih 20 persen. 

Akses terhadap makanan dan minuman sangat erat kaitannya dengan permasalahan gizi. Beberapa penelitian dan kajian ilmiah di berbagai daerah menunjukkan bahwa pangan, hidrasi, dan kuliner berbasis kearifan lokal dapat menjadi salah satu faktor sukses penanggulangan stunting di Indonesia. 

Berangkat dari hal tersebut dan dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada tanggal 16 Oktober, Indonesian Gastronomy Community (IGC) mendeklarasikan konsensus dari para ahli di multi-bidang yaitu bidang pangan, budaya, sosio-antropologi, dan kesehatan tentang peran nutrisi dan hidrasi melalui makanan tradisional untuk pencegahanstunting yang yang didukung oleh Danone Indonesia. 

Adapun, hasil konsensus akan diserahkan kepada pemangku kebijakan sebagai bentuk tindak lanjut komitmen dan dukungan IGC serta Danone Indonesia terhadap pencegahanstunting di Indonesia. Inisiatif ini juga akan menjadi sebuah gerakan atau program kerja untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memanfaatkan pangan lokal diberbagai wilayah di Indonesia.   

“Sebagai komunitas yang memiliki misi sebagai pelestari makanan dan minuman Indonesia untuk memajukan dan menyejahterakan masyarakat dan bangsa Indonesia, serta bentuk komitmen dan dukungan IGC terhadap usaha penanggulangan stunting di Indonesia maka disusunlah konsensus dari para ahli. Kami memfasilitasi konsensus ahli melalui pendekatan gastronomi untuk menghasilkan suatu sikap dan kebijakan bersama dalam penanganan stunting,” papar Ketua Umum IGC, Ria Musiawan, saat acara jumpa pers deklarasi konsensus, di Kembang Goela Restaurant, di bilangan Jakarta Selatan, Senin (17/10/2022).

Sebagaimana kita ketahui, Moms, stunting dan masalah gizi kronis menjadi isu prioritas negara, karena mengancam generasi masa depan Indonesia. Untuk itu, upaya peningkatan status gizi masyarakat menjadi prioritas pembangunan, dengan sasaran utama menurunkan angka stunting. Pemerintah menargetkan prevalensi stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024.  

Diketakan Medical Science Director Danone Indonesia, Dr. dr. Ray Basrowi, MKK, sebagai perusahaan makanan dan minuman, Danone Indonesia telah aktif berkontribusi mendukung upaya pemerintah dalam percepatan penurunan angka stunting.  Kata dr. Ray, stunting adalah masalah yang kompleks di Indonesia, bukan hanya tentang isu nutrisi dan makanan, namun juga ada aspek psikologis, ekonomi, budaya dan stabilitas.

"Untuk itu, masalah stunting harus menjadi perhatian bersama. Indonesia seharusnya tidak pantas menjadi negara dengan angka stunting yang tinggi, karena variasi makanan tradisional Indonesia luar biasa besar dan beragam, dimana pangan lokal dapat memenuhi hampir 60% protein. Selain itu, hidrasi sehat atau asupan air minum yang cukup dan berkualitas juga merupakan faktor penting untuk perkembangan kognitif yang optimal pada anak,” papar dr. Ray.

Nah, salah satu cara untuk meningkatkan gizi masyarakat adalah melalui makanan tradisional yang mungkin ditinggalkan karena ada yang lebih praktis. 

“Strategi gastronomi dengan menu gizi seimbang dari bahan pangan lokal yang diolah menjadi berbagai hidangan yang enak dan menyehatkan dapat memperbaiki gizi anak dan menurunkan stunting,” ungkap Dewan Pakar IGC, Hindah Muaris.

Lebih lanjut, Hindah memaparkan, misalnya dengan pendekatan gastronomi yang ‘smart’ kaum muda membantu akselerasi pencegahan stunting sejak dini dengan mengonsumsi beranekaragam jenis makanan tradisional, bergizi seimbang, berprotein tinggi.

"Mulai dari bubur kacang hijau dan telur rebus, juga ada bahan pangan lokal yang mudah ditemukan dan punya nilai gizi tinggi seperti umbi-umbian, jagung dan kacang-kacangan, serta memenuhi kecukupan minum air putih dua liter per hari," ujar Hindah.

Nah Moms, menu sehat untuk anak juga dapat disesuaikan dengan kearifan lokal masing-masing daerah. Potensi pangan Indonesia yang melimpah berasal dari pertanian, perkebunan, peternakan dan kelautan menjadi salah satu asupan nutrisi yang baik untuk anak.

Sekedar informasi, IGC merupakan komunitas non-profit, wadah berkumpul dan berkarya untuk memajukan Indonesia melalui kecintaan terhadap makanan dan minuman beserta nilai kebudayaannya, Moms.

IGC memiliki maksud dan tujuan untuk memberikan kontribusi nyata melalui pemberdayaan, penguatan, dan peningkatan nilai tambah serta daya saing makanan dan minuman Indonesia di kancah nasional maupun internasional.

Setidaknya, ada delapan ahli yang berperan dalam menyusun konsesus nutrisi dan hidrasi berbasis makanan tradisional untuk penanganan stunting yaitu, Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Dr. Bondan Kanumoyoso, M.Hum; Dokter Gizi dan juga President of Indonesian Nutrition Association, Dr.dr. Luciana B. Sutanto, MS, Sp.GK; Chef, Stefu Santoso; Dewan Pakar IGC, Hindah Muaris; Legislatif (DPR) Komisi 9, Abidin Fikri; Perwakilan GAPPMI selaku Pelaku Industri, Patricia Tobing; Pakar Sosio-Antropologi dan Psikologi Komunitas, Dr. Endang Mariani Rahayu, M.Psi; serta Pengamat Media dari Kompas Gramedia Group, Ninuk M Pambudy.

Dan untuk lebih detailnya, berikut isi deklarasi Perkumpulan Komunitas Pecinta Gastronomi Indonesia dalam mencegah stunting: 

1. Tantangan Eksistensial Bangsa 

Bahwa satu dari empat anak balita Indonesia menderita stunting yang ditandai tubuh kerdil, rawan kematian dini, dan rusak otak (cognitive impairment atau IQ rendah). Pada 2021 ada 24,44 balita terlahir dengan kondisi menyedihkan ini. Apabila tidak ada upaya pencegahan yang sistematis, terstruktur, dan masif, akan hilang satu generasi tunas bangsa yang sejatinya modal bagi Indonesia dalam meraih bonus demografi. 

2. Problem Multidimensi

Bahwa masalah stunting bukan hanya persoalan nutrisi, kesehatan balita, atau akses ke makanan/hidrasi yang sehat saja, tetapi juga menyangkut pendidikan, informasi, penghasilan keluarga, domisili, karakteristik komunitas, norma setempat, dan dimensi kebudayaan secara umum. Cara pandang dan upaya menanggulangi masalah stunting ini tak bisa hanya business as usual tetapi harus ada sense of crisis dan mindset yang perlu perubahan radikal. 

3. Dari Sadar Menuju Gerakan 

Bahwa perubahan hanya akan terjadi apabila muncul kesadaran bahwasanya perbaikan signifikan tidak bisa dilakukan sendirian tapi harus bersama-sama. Lintas instansi dan multisektoral pada lingkup pemerintahan serta dari komunitas terkecil di pedesaan hingga pucuk pimpinan tertinggi di level negara. Muaranya haruslah pada gerakan masyarakat peduli pencegahan stunting seantero Nusantara. 

4. Strategi Gastronomi Cegah Stunting 

Bahwa pemantapan asupan nutrisi berbasis pangan lokal memperbaiki status gizi dan kesehatan keluarga sehingga terhindar dari stunting. Pangan, hidrasi, dan kuliner tradisional berbasis kearifan lokal bisa menjadi faktor kunci sukses atau the game changer dalam upaya bangsa menanggulangi dan mencegah stunting dari bumi Indonesia.

Artikel Pilihan