Menu

Jadi Pembunuh Nomor 1, Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre Kenalkan Penanganan yang Tepat untuk Kanker Payudara

21 Oktober 2022 06:15 WIB

Media & Corporate Gathering Rumah Sakit Metropolitan Centre Jakarta (HerStory-Ida Umy Rasyidah)

HerStory, Jakarta —

Beauty tahukah kamu jika salah satu pembunuh wanita di Indonesia bahkan di dunia itu adalah penyakit kanker payudara. Lalu bagaimanakah manajemen penanganan kanker payudara di Indonesia yang menjadi pembunuh nomor 1 ini?

Melalui acara yang digelar oleh Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre Jakarta yang mengadakan Media dan Corporate Gathering untuk mengenalkan penanganan kanker payudara dengan Minimally Invasive: VABB & Core Biopsy dan Rekonstruksi & Lymphedema, RS MMC berkomitmen untuk selalu menginformasikan seluruh kepada seluruh wanita di Indonesia soal cara tepat menangani kanker payudara yang sesuai dengan prosedur medis agar bisa ditangani dengan baik.

“harapannya acara ini diadakan agar masyarakat dapat tahu tentang penanganan tumor dan kanker payudara yang tepat dengan bertujuan untuk membuat kualitas hidup pasien tetap baik setelah tindakan penanganan kanker payudara,” tutur Dr. Kharisma Ersha Mufti, MARS sebagai Direktur Utama RS MMC.

Dalam momen tersebut pun, Dr.dr.Farida Briani, Sp.B(K)Onk sebagai Dokter Spesialis bedah Onkologi di Rumah Sakit MMC menyebutkan penangan kanker payudara di Indonesia masih buruk, hal itu lantaran karena banyaknya kasus yang terlambat  didiagnosis sehingga sulit untuk ditangani dan angka kematian penderitanya pun semakin meningkat.

“Pasien datang di stadium yang lanjut sehingga kemungkinan hidup sangat kecil,” ungkap Dr.dr.Farida Briani, Sp.B(K)Onk, pada Kamis (20/10/2022) dalam acara Gathering penanganan pasien dan penyintas kanker.

Selain itu, tak hanya deteksi yang terlambat, hal tersebut pun diperparah karena pelayanan kesehatan yang tak memadai di seluruh Indonesia, kemudian masalah biaya pun kerap jadi kendala karena tak seluruhnya asuransi mengcover biaya untuk kanker payudara secara layak.

Tak ayal karena hal itu lah angka ketahanan hidup para penderita kanker payudara itu semakin menurun.

Padahal sebenarnya jika kanker terdeteksi dengan cepat di stadium awal, angka ketahanan si penderita pun akan lebih tinggi dibandingkan dengan yang terdeteksi di stadium tinggi.

Maka dari itu, agar angka ketahanan hidup para penderita kanker payudara semakin tinggi, para wanita harus melakukan deteksi kanker secara dini agar bisa mencegah kematian bagi para penderitanya.

Menurut Dr.dr Farida, Sp.B(K)Onk untuk bisa mengobati kanker payudara secara tepat harus melalui empat langkah, yaitu prevensi, skrining, diagnosis dini, dan pengobatan yang sesuai standar.

Dr.dr.Farida Briani, Sp.B(K)Onk awalnya mengingatkan agar para wanita mendeteksi kanker payudara secara diri agar kanker bisa diatasi dengan penangan yang tepat sebelum terlambat dan angkat kemungkinan hidup masih tinggi.

Kemudian, jika memang terdeteksi ada benjolan, Beauty harus segera periksa agar bisa diklasifikasikan soal jenis tumornya apakah jinak maupun ganas, tapi disisi lain jika memang ada benjolan ternyata operasi bukan satu-satunya jalan untuk mengetahui kanker tersebut jinak atau ganas.

Sejatinya banyak orang Indonesia menganggap kanker hanya bisa diselesaikan dengan cara operasi, tapi ternyata ada cara lain yang lebih efisien, efektif dan lebih ekonomis dari sisi nominal biaya pengobatannya.

“kalau ada benjolan yang dicurigai sebagai kanker, gak harus dilakukan penanganan dengan cara operasi,” jelas Dokter Farida.

Usut punya usut metode lain yang bisa dilakukan selain pengangkatan sel kanker dengan cara biopsi operasi terbuka, untuk mendeteksi kanker tersebut jenisnya jinak atau ganas bisa juga dengan metode core biopsy

Menurut Dokter Farida, metode Core Biopsy dengan panduan USG ini sudah menjadi standar dunia dalam pengobatan kanker, kenapa metode ini sangat dianjurkan daripada operasi, hal ini lantaran karena lebih efektif dan efisien karena tak melakukan pembedahan tapi tetap akurat dalam mendiagnosa.

"Dapat mencegah pembedahan yang tidak diperlukan, menurunkan biaya, dan merupakan tindakan diagnostik yang dapat dilakukan pada 90% kasus kelainan payudara," tutur Dokter Farida.

Tak hanya itu, dalam metode biopsi operasi terbuka memiliki begitu banyak kekurangan, mulai dari anastesinya yang umum, lalu persiapan yang rumit, risiko infeksi pun tinggi, pendarahan juga tak bisa dihindari dan pastinya waktu penyembuhan yang relatif lama.

Berbeda dengan metode core biopsy yang bisa dilakukan dengan lebih singkat dan simpel, luka yang dihasilkan pun sangat mini tapi akurasi tetap tinggi hasilnya.

Kemudian jika sudah bisa terdeteksi dengan jelas, maka kanker payudara bisa dilakukan penanganan dengan cara yang tepat.

Menurut Dokter Farida, salah satu penganan untuk para pengidap kanker bisa dilakukan dengan cara terapi, namun tujuannya tak hanya bagaimana tumor yang ada di payudara bisa diangkat tapi juga harus mementingkan aspek kualitas hidup para penyintas kanker.

"Terapi kanker payudara bukan semata mengangkat tumor di payudara dan mengobati kanker," tutur Dokter Farida.

"Terapi kanker payudara yang berhasil harus mempertimbangkan kualitas hidup penyintas kanker pasca terapi agar mampu berfungsi dengan baik," tambahnya lagi.

Sementara itu, melalui acara ini pun Dokter Farida meminta agar para wanita waspada dengan kanker payudara, caranya bisa dengan melakukan  sadanis, yaitu periksa payudara klinis dan jangan sampai menunggu sakit baru sadar akan bahaya dari Kanker payudara yang bisa mematikan.

Artikel Pilihan