Menu

Stop Suicide! 3 Langkah Jaga Kesehatan Mental, Berhenti Lakukan Ini Mulai dari Sekarang

30 Oktober 2022 11:28 WIB

Emotional Health for All (EHFA) dan Gushcloud bertajuk Indonesia Mental Health & Suicide Prevention Movement: It Start and Ends with Us (Liputan/Ida Umy Rasyidah)

HerStory, Jakarta —

Saat ini kesehatan mental bukan lagi hal yang tabu dibicarakan, sudah seharusnya setiap orang memiliki kesadaran mental dirinya sendiri dan orang-orang disekitar agar fenomena bunuh diri di lingkungan kita bisa dicegah.

Melalui acara yang diselenggarakan oleh Emotional Health for All (EHFA) dan Gushcloud bertajuk Indonesia Mental Health  & Suicide Prevention Movement: It Start and Ends with Us membantu memberikan pengarahan bagaimana kamu bisa memulai langkah dan menghentikan penyebab dari kesehatan mental yang sebenarnya di Indonesia itu masih tabu untuk dibicarakan.

Menurut penuturan dari dr. Ashara Vina Daswin dari World Health Organization (WHO) Indonesia dalam acara tersebut, disebutkan jika 1 dari 8 orang itu memiliki kesehatan mental, oleh karena itu bisa dikira-kirakan ada sekitar empat kali penduduk di Indonesia jika orang yang mengalami kesehatan mental di seluruh dunia dikumpulkan.

Dalam momen itu pun wanita yang kerap disapa dr. Acha itu menuturkan soal makna dari kesehatan mental yang harus diperhatikan. Menurutnya hal itu berkaitan dengan perasaan dalam diri.

“Kesehatan mental merupakan semua perasaan yang ada dalam diri kita, bagaimana kita mengkomunikasikan dan menyampaikan hal itu pada orang lain, termasuk dalam bagaimana berhubungan di dunia kerja, berkomunikasi dengan sesama, dan bagaimana kita bisa memaafkan dan melepaskan orang lain pergi. Selain itu bagaimana pengalaman di masa kecil, jadi kesimpulannya bagaimana kita merasakan perasaan tersebut dan menyampaikannya pada orang lain,” tutur dr. Acha dalam acara Indonesia Mental Health  & Suicide Prevention Movement: It Start and Ends with Us, Sabtu (30/10/2022)

Selaras dengan hal itu, dr. Sandersan Onie dari Black Dog Institute Australia memaparkan soal  orang yang bunuh diri di Indonesia itu ternyata jumlahnya bisa lebih dari empat kali lipat dari jumlah yang dilaporkan, sedangkan untuk angka percobaan banyaknya itu bisa mencapai 7-4 kali lipat dari jumlah yang dilaporkan meninggal dunia akibat dari bunuh diri.

“Angka bunuh diri di Indonesia 4 kali lipat dari yang dilaporkan, maka dari itu jumlah yang diketahui saat ini kurang dari yang sebenarnya terjadi. Selain itu, angka untuk percobaan bunuh diri bisa mencapai 24 kali lipat dari jumlah kematian yang dilaporkan,” tutur dr. Sandersan Onie dari Black Dog Institute dalam momen yang sama.

Namun sayangnya menurut dr. Sandersan banyaknya jumlah kematian akibat bunuh diri dan percobaan bunuh diri itu tak sebanding dengan jumlah tenaga psikolog yang bisa bantu menangani masalah tersebut, bisa dikatakan di Indonesia sendiri hanya memiliki kurang dari 5000 tenaga kesehatan mental tersebut.

Menanggapi permasalahan tersebut, keresahan soal kesehatan mental yang dirasakan oleh dr. Sandersan Onie dan dr. Acha membuat keduanya merangkum pencegahan bunuh diri bertajuk It Start and Ends with Us.

Pencegahan bunuh diri yang dirangkum oleh dr.Acha pun menjelaskan bagaimana kita bisa memulai mencegah kesehatan mental terjadi di dalam diri kita masing-masing, hal itu ternyata ada tiga, pertama kesadaran, gak ragu meminta bantuan, dan memulai percakapan jika memiliki masalah.

1.Awareness (Kesadaran)

Kamu harus menerapkan dalam diri soal ‘It’s Okay To Be Not Okay’ jika memang ada masalah yang sedang dihadapi dan itu sangat mengganggu pikiran, hal ini lantaran sangat wajar bagaimana manusia memiliki permasalahan sendiri.

Maka dari itu setelah sadar diri kamu sedang tak baik-baik saja, kamu bisa melipir sejenak untuk sekadar mengisi daya semangatmu, tubuhmu kembali sebelum balik ke rutinitas semula.

Kendati demikian seberapapun kita berusaha untuk menjaga kesehatan jiwa, hal itu tak mudah karena begitu banyak hal-hal yang tak bisa dikontrol oleh diri sendiri karena banyak persepsi, penilaian dari orang lain yang tak bisa dikontrol, meskipun demikian kita masih kontrol tindakan yang bakal kita lakukan terhadap orang lain.

Berkaitan dengan hal itu, jika sudah sadar akan kesehatan jiwanya, carilah bantuan profesional seperti psikolog untuk menceritakan seluruh perasaan yang sedang dihadapi, yakin deh mereka akan menyimak tanpa menjatuhkan apa yang dirasakan.

2. Help Seeking (Mencari Bantuan)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, setelah kamu menyadari memiliki masalah mental dalam diri kamu, sebaiknya kamu lekas mencari bantuan. Tapi perlu diingat, bantuan tak hanya datang dari tenaga profesional, kamu bisa cari bantuan itu dari orang-orang yang di sekitar, sebut saja sahabat, orang tua, teman, pacar dan siapapun yang bisa mendengarkan tanpa menilai dengan sepihak.

Apalagi orang Indonesia sendiri lekat dengan budaya gotong royongnya yang bisa membantu permasalahan kita, maka dari itu kamu tak perlu menutup diri akan kesehatan mental yang dirasakan, membuka diri dan mencari bantuan itu sedikit bisa membuatmu mendapatkan bantuan yang paling tepat.

3. Conversation (Memulai percakapan)

Setelah kamu membuka diri untuk mencari bantuan, kamu bisa memulai percakapan dengan orang yang sudah kamu percaya, ceritakanlah semua yang membuatmu terganggu pada orang tersebut.

Kamu bisa ceritakan bagaimana hari-hari kamu yang dirasa tak menyenangkan, bagaimana kamu malas keluar rumah, bagaimana kamu malas berteman,karena harus ingat masalah mental pun sama dengan masalah fisik yang memiliki gejala sehingga harus waspada terkait hal tersebut, dan kamu pun wajib memulai percakapan agar tak merasa sendiri.

Bagi kamu yang dipercaya oleh teman, pasangan, atau keluarga sebagai sosok ‘safe place-nya’ tolong untuk tak menganggap tabu masalah kesehatan mental sebagai hal yang tabu karena banyak sekali orang yang memiliki masalah hal ini jadi harus dibantu.

Setelah tahu apa yang harus dimulai, dr. Sandersan Onie menjelaskan bagaimana bisa menghentikan bunuh diri terjadi di sekitar kita, dirinya menyebut hal pertama yang harus dihindari adalah mitos yang menyeret kesehatan jiwa dan bunuh diri hal itu lantaran banyaknya stigma yang menyebutkan bahwa para penderita masalah kesehatan mental itu karena kurang beriman.

1.Stigma dan Diskriminasi.

Di Indonesia pasti kamu tak asing dengan pernyataan yang menyebutkan jika seseorang yang memiliki masalah kesehatan mental itu merupakan orang yang kurang beriman.

Hal itu jelas sebuah kekeliruan yang sangat fatal karena mengakibatkan orang-orang yang memiliki gangguan kesehatan mental menjadi takut mencari bantuan karena stiga yang sudah melekat dalam masyarakat Indonesia.

"Karena kepercayaan yang keliru, orang dengan gangguan kesehatan mental menjadi takut mencari bantuan," kata Dr. Sandersan.

Stigamanya tak hanya soal agama, bahkan terkadan para lelaki yang menderita gangguan kesehatan mental itu mendapatkan diskriminasi akibat dari stigma 'lelaki harus kuat' sehingga para penderita lelaki jadi sungkan untuk meminta bantuan. Hal ini jelas harus dihentikan, karena kesehatan mental karena kurangnya iman, atau kuatnya orang tersebut, tapi bisa menyerang siapapun, jadi semua orang harus peduli terkait kesehatan mentalnya sendiri dan orang-orang di sekitarnya sehingga keinginan untuk bunuh diri itu bisa ditekan.

2. Isu Lintas Generasi

dr. Shandy mengungkapkan jika kesehatan mental itu bisa diwariskan kepada keturunannya, seperti contohnya seorang ibu yang memiliki kesehatan mental karena pasangan bisa menurunkan hal itu pada anaknya karena trauma yang dirasakan sang ibu bisa berpengaruh terhadap pola asuh sang anak.

"Jika ada seorang perempuan, dia begitu disakiti oleh lelaki, kemungkinan jadi ibu dia akan mengajak anaknya melalui mindset untuk menjauhi lelaki, dan anak itu pun akan mendapatkan isu tanpa dekat dengan lelaki," jelas dr. Shandy.

Maka dari itu, jika trauma pada orangtua tak segera diatasi, dampaknya tak hanya dirasakan oleh dirinya sendiri, melainkan pada keturunanya juga.

3. Loneliness (Kesepian)

Masalah kesepian yang dirasakan oleh setiap orang bisa memicu masalah pada kesehatan mentalnya karena tak terbuka terhadap yang yang dirasakannya, maka penting bagi kamu untuk menghentikan kesepian tersebut.

"Kita tidak sendiri, kita bisa membagikan perasaan pada orang lain. Ingat, kita punya kekuatan, otoritas, dan kapasitas untuk itu," ujar Dr. Sandersan.

Itulah tiga hal yang harus dimulai untuk mencegah masalah kesehatan mental yang bisa saja berujung keinginan untuk bunuh diri dan juga tantangan yang harus segera diatasi agar angka bunuh diri bisa terus di tekan, semangat beauty jangan lupa untuk peduli pada kesehatan mental diri sendiri dan orang sekitar!