Menu

Gak Dipungkiri Rasa Lelah Pasti Terasa, Apakah Jika Ibu Menyusui Ingin Me Time Termasuk Tindakan Egois? Simak Moms Penjelasannya!

08 November 2022 12:45 WIB

Ilustrasi ibu menyusui. (Freepik/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Ada beberapa orang yang mungkin tak bisa beradaptasi dengan sesuatu secara cepat dan pada akhirnya bisa menimbulkan stres.

Hal ini bisa terjadi juga pada seorang ibu khususnya para ibu baru lho Moms. Bisa jadi, setelah melahirkan rasa stres akan memuncak dan keinginan untuk memiliki waktu sendiri terbesit di benak.

Namun, apakah ketika seorang ibu ingin me time adalah hal yang egois? Yuk simak jawaban psikolog Moms!

Ada kalanya ibu menyusui lelah atau jenuh dengan rutinitas baru. Bila sudah begitu, ibu sebenarnya tak hanya butuh istirahat secara fisik tapi juga psikis. Tak ada salahnya, lho, ibu lakukan me time untuk menyegarkan fisik juga pikirannya lagi.

Tak perlu merasa bersalah atau egois karena meninggalkan anak. Psikolog anak dan keluarga Saskhya Aulia Prima, M.Psi., mengatakan bahwa me time justru bermanfaat untuk ibu. Selengkapnya pada artikel tanya ahli di bawah ini.

Apa ibu yang lakukan me time tanda egois kepada anak?

Kita harus tahu limit kita di mana. Stres managemen itu penting. Kita pasti ingin berikan yang terbaik untuk anak agar dia tumbuh berkembang secara baik. Tapi itu juga perlu ibu yang management emosinya baik. Kalau pikiran kita gak jernih, pasti tindakan yang diambil jadi amburadul juga. Jadi pahami batas kita sampai mana. Siapa saja atau barang apa yang mungkin bisa membantu jadi support.

Jangan lupa juga buat self care. Untuk recharge diri supaya bisa berperan jadi ibu yang baik lagi. Jadi ketika ketemu anak lagi kita akan tersenyum karena gelas kasihnya itu sudah penuh. Self care bukan berarti egois, tapi justru smart karena gak semua bisa dikerjakan sendiri.

Apa pengaruhnya perasaan stres pada ibu terhadap kondisi dan tumbuh kembang anak?

Kebanyakan pasti ngaruh. Karena kecemasan itu mempengaruhi cara berpikir. Dan biasanya kalau kita ada sesuatu itu akan tertransfer ke apa yang kita rasakan dan apa yang kita lakukan. Jadi kalau pikiran gak nyaman penuh kekhawatiran, kita jadi deg-degan. Dan mungkin kalau anaknya nangis, ibu juga jadi ikutan nangis.

Karena cemas itu perlu sesekali untuk kita memberikan yang terbaik kepada anak. Tapi harus bisa dikelola. Ketika cemas bisa kita kelola dengan baik, secara emosional juga kita lebih kalem, lebih gampang berinteraksi dengan anak. Anak itu tumbuh dari interaksi orang tua, yang bila semakin positif, maka serabut otaknya semakin bertumbuh dengan baik.

Jadi perasaan emas atau stres itu sebenarnya normal?

Normal dan harus. Kalau gak ada perasaan itu mungkin kita bakalan kayak terserah mau ngapain. Jadi memang harus ada, kita dalam motivasi ngapa-ngapain nyala karena si cemas itu. Tapi juga nggak boleh berlebihan.

Apa tanda cemas berlebihan yang perlu diketahui?

Ibu yang anaknya masih bayi, ketika ibu ini pikirannya selalu negatif, nggak bisa punya motivasi untuk melakukan hal yang menyenangkan, self care-nya drop semua, jadi nggak mau makan, gak mandi, marah-marah sama semua orang, kemudian juga kehilangan rasa Bahagia ketika berinteraksi atau bonding dengan anak, bila itu terjadi dalam waktu 2 minggu lebih berarti butuh bantuan profesional.

Tapi kalau kadang-kadang nangis, kadang-kadang marah, namanya Ibu pasti itu pernah terjadi di hari-hari kita.

Ciri-ciri cemas masing-masing orang beda. Ada yang bisa rasakan di badan, misalnya deg-degan, kuping panas, kaki bergetar, pusing, perut sakit. Yang penting, kalau itu terjadi kita langsung aware kalau kita cemas.

Seperti apa definisi ibu yang baik dari kacamata psikologi?

Jawabannya sebetulnya tak ada di teks book. Hanya saja tantangannya, kalau dulu zaman orang tua kita dibandingkan dengan tetangga sebelah, saudara. Kalau sekarang, bangun lagi sudah bisa lihat ponsel membandingkan dengan orang lain. Memang tantangan terbesar ibu zaman sekarang adalah menahan rasa ingin sempurna. Kita sering merasa rumput tetangga lebih hijau.

Jadi ibu yang baik itu buka berarti yang semua parentingnya perfect ya Moms. Justru kita dikasih anak untuk men-develop diri kita seperti apa. Jadi ibu yang baik bukan yang sempurna. Tapi fokus kita adalah kembangkan diri, keluarga, dan anak.