Menu

Waspada Penyakit Tifus Moms! Ikuti Tips Dokter Ini untuk Melindungi si Kecil dari Infeksi

10 November 2022 07:35 WIB

Ilustrasi anak sedang sakit. (Pinterest/Freepik)

HerStory, Bogor —

Moms, demam tifoid atau tifus adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Salmonella typhi, yang dapat mempengaruhi banyak organ tubuh. Jika tak diobati, tipus bahkan bisa berakibat fatal.

Nah, anak-anak lebih mungkin tertular infeksi tifoid karena sistem kekebalan mereka yang masih berkembang, Moms. Mereka juga dapat tertular infeksi dengan mudah jika mereka tak menyadari tindakan pencegahan yang diperlukan untuk diikuti.

Bagaimana anak bisa terkena demam tifoid?

Surakshit TK, Konsultan Gastroenterologi dan Ilmu Hepatobiliary di Fortis Escorts, Okhla, New Delhi menjelaskan bahwa demam tifoid adalah salah satu penyebab keracunan makanan yang paling umum.

“Ini menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi. Di tempat-tempat dengan sanitasi yang buruk dan sedikit akses ke air minum yang aman, tifus sering diamati,” kata Dr. Surakshit TK.

Sementara itu, Rajesh Kumar, Konsultan Penyakit Dalam di Rumah Sakit Paras, Gurugram, menambahkan bahwa penyakit ini dapat dengan mudah menyebar dari orang yang terinfeksi ke orang yang tidak terinfeksi melalui sumber yang terkontaminasi seperti air dan peralatan yang tidak dicuci, kurangnya kebersihan yang layak, dan makanan yang tak dimasak.

“Anak-anak tak boleh mengonsumsi makanan jajanan yang disiapkan dan disajikan di tempat terbuka dengan alternatif yang murah dan bahan yang tak higienis. Beri tahu mereka untuk menghindari air keran dan barang-barang berbasis sakarin seperti perme, es loli, dll, ” kata Dr. Rajesh Kumar memperingatkan.

Tanda-tanda anak menderita tifus

Lebih lanjut, dokter pun memaparkan beberapa gejala umum yang terkait dengan demam tifoid yang dapat membuat pasien lemah.

Ini termasuk demam berkepanjangan, kelelahan, sakit kepala, mual, sakit perut, sembelit, diare, ruam, muntah, dan kehilangan selera makan.

Tindakan pencegahan untuk melindungi anak dari penyakit tipus

Dr. Surakshit TK membagikan beberapa tips penting dan tindakan pencegahan yang harus diikuti serta mengajari anak-anak untuk mencegah infeksi tifoid sejak awal, Moms.

  • Pertama, pastikan makanan dimasak dengan benar dan masih panas saat disajikan.
  • Kedua, cuci tangan secara menyeluruh dan sering menggunakan sabun, setelah kontak dengan hewan peliharaan, atau setelah dari toilet.
  • Ketiga, cuci buah dan sayuran dengan hati-hati, terutama jika dimakan mentah. Jika memungkinkan, sayuran dan buah-buahan harus dikupas.
  • Keempat, hindari susu mentah dan produk yang terbuat dari susu mentah. Minum hanya susu pasteurisasi.
  • Kelima, hindari es kecuali terbuat dari air yang aman.
  • Keenam, ketika keamanan air minum dipertanyakan, rebuslah atau jika tak memungkinkan, disinfeksi

Dr Mala Kaneria menambahkan, untuk menghindari menyajikan makanan basi untuk anak, serta makanan pinggir jalan, maka selalu tutupi makanan untuk mencegah lalat rumah dan serangga duduk di atasnya karena mereka mungkin membawa kuman tifus.

Merawat anak penderita tifus

Rajesh Kumar berbagi bahwa jika anak menderita demam tifoid tinggi, jangan berikan mereka makanan bersama anggota keluarga lainnya. 

“Pisahkan barang-barang pribadi seperti handuk, sprei, dan peralatan makan, lalu cuci dengan air panas dan sabun. Menjaga kebersihan dan pola makan yang sehat untuk anak sangat penting untuk mencegah mereka dari banyak penyakit parah atau setidaknya membantu mereka melawannya. Jangan biarkan sampah, popok atau sisa makanan berlama-lama di dalam rumah,” tambahnya.

Poin penting tentang pengobatan dan vaksinasi

Dr Surakshit TK mengatakan, demam tifoid dapat diobati dengan antibiotik, meskipun resistensi yang meningkat terhadap berbagai jenis antibiotik membuat pengobatan menjadi lebih rumit.

Pastikan juga anak mengonsumsi antibiotik yang diresepkan selama yang diresepkan dokter, ya Moms.

Berbicara tentang vaksinasi, Dr. Mala Kaneria menjelaskan bahwa anak-anak dapat divaksinasi terhadap demam tifoid, dengan vaksin yang tersedia dalam dua bentuk – vaksin intramuskular yang tak aktif dan vaksin oral yang hidup.

Namun, penting untuk diingat bahwa perlindungan dari vaksinasi hanya berlangsung sekitar 5 tahun dan tidak 100%. Oleh karena itu, tindakan pencegahan harus diambil bahkan setelah vaksinasi.

Share Artikel:

Oleh: Riana Agustian