Menu

Moms, Berhentilah Meneriaki Anak karena Bisa Berdampak Buruk bagi Mentalnya

20 November 2020 18:10 WIB
Moms, Berhentilah Meneriaki Anak karena Bisa Berdampak Buruk bagi Mentalnya

ilustrasi seorang anak yang sedang dimarahi ibunya. (Parenting.firstcry.com/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

mengurus banyak anak dengan karakter yang berbeda, pastinya bikin pusing. Ada momen di mana si bungsu sedang manja dan ini diperhatikan, lalu malah jadi drama saat si sulung datang untuk menggoda adiknya. Akhirnya mereka bertengkar dan meneriakki satu sama lain. Moms, jika itu terjadi, lerailah mereka dan jangan ikut teriak.

Melerai anak seperti uji nyali. Mengasah kesabaran dan menghindari makian dari mereka. Maka dari itu, terkadang mulut ini memberi respon otomatis untuk ikut teriak lalu ikut marah kepada anak-anak.

Mungkin berteriak bisa menjadi olahraga jantung bagi anak, mereka akan kaget dan berhenti. Tetapi yang tidak kamu sadari adalah bahwa sebenarnya itu enggak efektif, efeknya hanya sementara.

Jika anak-anakmu diam karena suara teriakkanmu, ini bukan karena mereka benar-benar diam untuk memperbaiki perilaku mereka. Faktanya, meneriaki anak-anak dapat menurunkan harga diri mereka dan meningkatkan kecemasan, stres, dan masalah mental.

Sebuah studi tahun 2003 yang diterbitkan dalam 'Journal of Marriage and Family' menemukan bahwa hampir 90 persen dari seribu orang tua yang disurvei melakukan tindakan berteriak-teriak dengan anak-anak mereka. Terlebih lagi, untuk keluarga dengan anak di atas tujuh tahun, hampir 100 persen orang tua mengaku berteriak.

Moms, inilah alasan penting mengapa kamu perlu mengontrol teriakan yang terjadi di rumah.

1. Hubungan orang tua-anak bisa menjadi enggak stabil

Anak-anak dapat menjadi agresif secara fisik dan verbal jika kamu menggunakan teriakan untuk berkomunikasi dengan mereka. Jika kamu enggak bisa berbicara dengan anakmu secara halus, ada kemungkinan hubunganmu dengan mereka akan gak stabil. 

Mereka mungkin meniru tindakanmu dengan berteriak padamu saat berbicara. Mereka juga bisa kehilangan kepercayaan dalam berkomunikasi denganmu karena enggak ingin diteriaki saat mereka sedang bercerita.

2. Berteriak bisa merusak harga diri

Disiplin verbal yang keras juga meningkatkan depresi karena anak percaya bahwa mereka gak berguna, gak berharga, atau direndahkan, seperti yang mungkin dikritik oleh orang tua mereka. 

Lain waktu, seorang anak dapat menjadi terlalu kritis terhadap diri sendiri, mengalami insecurity, dan menunjukkan pola pilihan yang buruk mengenai teman sebaya dan perilaku. 

Berteriak juga buruk bagi harga diri orang tua karena biasanya diikuti oleh perasaan bersalah dan malu.

3. Berteriak memperburuk masalah perilaku

Berteriak menciptakan siklus yang terus berlanjut, semakin sering orang tua berteriak, semakin buruk perilaku anak. Selain itu, anak-anak menjadi peka terhadap volume teriakan yang keras.

Saat pertama kali kamu meneriaki seorang anak, hal itu kemungkinan besar akan menarik perhatiannya. Namun, semakin banyak Anda berteriak, semakin kurang efektif suara teriakan tersebut. Sederhananya, mereka sudah terbiasa. 

Dan terakhir, anak-anak mulai bertanya-tanya bagaimana kamu akan dapat mengontrol perilaku mereka jika orang tuanya sendiri enggak bisa mengontrol perilakunya. 

Akibatnya, mereka cenderung enggak mau menyenangkanmu dan mereka cenderung tidak menghargai pendapatmu.

Cara menghindari membentak anak:

1. Berikan peringatan dan pengingat tanpa ancaman: “Saat kamu menyelesaikan pekerjaan rumah, maka kamu bisa pergi keluar bersama teman-temanmu.”

2. Jika anakmu enggan mendengarkan saat pertama kali kamu berkata, dapatkan perhatiannya dengan melakukan kontak mata, dan bicaralah dengan tegas namun lembut.

3. Menjauh dari situasi sebelum lepas kendali.

Terkadang bisa menjadi hal yang paling produktif untuk dilakukan, ini akan memberi kamu kesempatan untuk berkumpul kembali  sesudah mendapatkan kembali kesabaran sebelum semuanya hilang.

4. Tetapkan aturan yang jelas.

Kamu akan cenderung enggak berteriak jika sudah menetapkan aturan rumah tangga yang jelas. Buat daftar tertulis dari aturan-aturan ini, dan ditampilkan dengan jelas untuk dilihat semua orang.

5. Jelaskan konsekuensi negatif dari pelanggaran aturan kepada anak sebelumnya.

Tindak lanjuti dengan konsekuensi untuk menunjukkan bahwa kamu bersungguh-sungguh dengan apa yang kamu katakan.

Baca Juga: Bikin Hari Ibu Makin Penuh Makna, Parenting Bash 2023 Hadir untuk Rayakan Proses Para Moms Jadi Ibu Hebat

Baca Juga: MY BABY Momversity ke-5 Beri Edukasi Tentang Parenting untuk Para Moms: Ciptakan Generasi Alfa yang Tangguh di Masa Depan!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.