Pandemi Covid-19 banyak memberi dampak besar di segala sektor. Mengingat banyak hari libur dan cuti bersama di tahun ini yang 'menghilang' dan direncanakan untuk berpindah tanggal ke akhir tahun demi mencegah penyebaran virus corona. Tetapi karena kasus Covid-19 yang semakin hari makin tinggi, mengakibatkan cuti bersama di akhir tahun terancam dipangkas juga.

Presiden Jokowi meminta cuti bersama pada akhir tahun 2020 dipangkas. Hal tersebut disampaikannya saat memimpin rapat penanganan virus corona dan cuti bersama akhir tahun.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani mendukung penuh keputusan Presiden. Menurutnya, perekonomian enggak akan membaik saat libur panjang, yang ada malah menambah kasus positif Covid-19 saja.

“Berarti ini harus hati-hati melihatnya, apakah dengan adanya libur panjang, masyarakat melakukan aktivitas, mobilitasnya tinggi namun tidak menimbulkan belanja dan menimbulkan tambahan kasus Covid-19," katanya.

Berkaca pada libur panjang di bulan Oktober. Di bulan sebelumnya terdapat libur di mana hanya menyisakan 19 hari kerja. Berbeda dengan tahun sebelumnya di bulan yang sama, 23 hari kerja.

Di bulan tersebut kiranya mengakibatkan konsumsi listrik dan manufaktur menurun. Yang mana kasus penurunan ini berdampak ke sektor produksi juga sektor konsumsi yang enggak mengalami kenaikan.

Belum lagi ditambah kasus Covid-19 yang kian naik, perekonomian semakin turun.

“Ini yang dimaksudkan oleh Bapak Presiden, apakah jumlah hari kerja, atau cuti bersama ini dalam suasana COVID-19 menimbulkan dampak yang justru unintended, yang tidak kita kehendaki, yakni jumlah kasus meningkat namun jumlah aktivitas ekonominya tidak terjadi kenaikan,” tandas Ibu Menteri Keuangan Republik Indonesia.

Baca Juga: Moms dan Keluarga Gak Mudik Tahun Ini? Ini Rekomendasi Indoor Theme Park di Trans Studio Cibubur, Ada Banyak Wahana Lho!

Baca Juga: Karakter Gemes dari Museum of Toys Carten dan Senza Hadir di Mall Carstensz, Kepoin Yuk Lokasinya