Menu

Polycrisis Belum Henti Melanda Dunia, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Leading Economic Forum 2023

14 Maret 2023 15:40 WIB
Polycrisis Belum Henti Melanda Dunia, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Leading Economic Forum 2023

Indonesia Leading Economic Forum 2023 Warta Ekonomi. (Ummu Hani/HerStory)

HerStory, Jakarta —

Krisis tumpang tindih (polycrisis) mulai dari pandemi Covid-19 hingga perang geopolitik antara Ukraina dan Rusia berdampak besar terhadap kondisi perekonomian dunia.

Gangguan rantai pasokan global, perubahan iklim yang sangat cepat, pengingkatan biaya hidup dan lainnya kini dialami hampir semua negara. 

Melihat masalah itu, Warta Ekonomi menggelar Indonesia Leading Economic Forum 2023: Strengthening the Economic Climate Amid the Global POLYCRISIS Era.

Acara ini bertujuan menjadi forum bagi pemangku kepentingan global dan domestik untuk berdiskusi, berkolaborasi, dan menetapkan kebijakan-kebijakan kunci memperkuat iklim ekonomi di tengah era polikrisis global saat ini.

Adapun, misi acara ini adalah untuk melibatkan para ekonom terkemuka, pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, dan pemangku kepentingan lainnya untuk membentuk serta memberikan wawasan di tengah dampak polikrisis.

Forum ini juga memberikan kesempatan bagi para pemangku kepentingan untuk mengatasi isu-isu terkini, paling relevan, dan vital serta menemukan cara yang tepat memitigasinya dengan sukses.

Sebagai informasi, terminologi polycrisis menjadi sebuah buzzword yang dibahas dalam diskusi panel World Economic Forum Annual Meeting di Davos, Swiss, dipopulerkan oleh sejarawan ekonomi, Adam Tooze pada 2022.

Fragmentasi geoekonomi (geoeconomic fragmentation) juga menjadi sebuah isu. Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) pun memperingatkan terkait hal ini. Adanya disintegrasi pergadangan dan perubahan teknologi telah merugikan beberapa pihak.

Dukungan masyarakat kepada keterbukaan ekonomi menurun di beberapa negara, arus barang dan modal juga mendatar. Ini diperparah ketegangan perdagangan antara dua negara ekonomi besar China dan Amerika Serikat sehingga risiko pembatasan perdagangan baru meningkat.

Bergantung pada asumsi dalam model, biaya keluaran global dari fragmentasi perdagangan bervariasi. Ini bisa berkisar dari 0,2i PDB (dalam skenario fragmentasi terbatas atau penyesuaian biaya rendah) hingga 7i PDB dalam skenario fragmentasi parah atau skenario penyesuaian biaya tinggi. 

Jika "decoupling teknologi" diperhitungkan, kerugian output diperkirakan mencapai 8%-12% di beberapa negara. IMF memproyeksikan pertumbuhan global pada tahun 2023 sebesar 2,9% atau turun dari perkiraan 3,4% di tahun 2022, kendati demikian, meningkat menjadi 3,1% pada tahun 2024. 

Proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2023 adalah 0,2 percentage points lebih tinggi dari prediksi dalam laporan Oktober. Namun ini masih di bawah rata-rata pertumbuhan historis (2009-2019) yang sebesar 3,8%.

Inflasi global diproyeksikan turun ke 6,6% di 2023 dari 8,8% di 2022. Namun, nilainya masih di atas level sebelum pandemi (2017-2019) yaitu sekitar 3,5% Inflasi tahun 2024 diprediksi 4,3%.

The Global Risks Report 2023 mencatat beberapa bencana global berdasarkan tingkat keparahannya selama 10 tahun ke depan. Mayoritas risiko berasal dari kategori lingkungan, yaitu kegagalan mitigasi perubahan iklim (peringkat 1), kegagalan adaptasi perubahan iklim (peringkat 2), bencana alam dan peristiwa cuaca ekstrem (peringkat 3), hilangnya keanekaragaman hayati dan keruntuhan ekosistem (ke-4), krisis sumber daya alam (ke-6), dan insiden kerusakan lingkungan berskala besar (ke-10). 

Pada peringkat ke-5 dan ke-7 adalah migrasi palksa skala besar dan erosi kohesi sosial dan polarisasi masyarakat (kategori masvarakat). Bencana lainnya adalah kejahatan dunia maya dan ketidakamanan dunia maya yang meluas (ke-8) dan konfrontasi geoekonomi (ke-9).

Acara ini dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Selain itu, beberapa keynote speakers yang hadir antara lain Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Dody Widodo; Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga; dan, Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Abdurohman.

Adapun, pembicara dalam Panel 1 acara ini antara lain James P. Walsh (Senior Resident Representative of the International Monetary Fund), Hendra Purnama (Investment Director/Chief Investment Officer of PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk), Wael Mansour (Senior Economist at The World Bank), Wianto Chen (President Director of PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk.).

Sementara, pembicara Panel 2 adalah Jiro Tominaga (Country Director Asian Development Bank for Indonesia), Vera Eve Lim (Managing Director and Chief Financial Officer at PT Bank Central Asia Tbk.), Avina Sugiarto (Partner at East Venture), Salil Dutt (Chief Technical Adviser of UNIDO Indonesia) dan, Eric Buntoro (Associate Partner at McKinsey & Company).

Acara ini disponsori oleh Pertamina, BNI, Indihome, BCA, Bank Mayapada, Sinarmas MSIG Life, Harita, dan Mitratel.

Baca Juga: Industri Kelapa Sawit Ditekan dari Berbagai Arah, Pengusaha, Petani dan Industri Perlu Berembug Cari Solusi

Baca Juga: Perhelatan Indonesia Best Digital Finance Awards 2024 Digelar Warta Ekonomi Demi Apresiasi Pembangun Sektor Keuangan Digital

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Share Artikel:

Oleh: Ummu Hani

Artikel Pilihan