Menu

'Ibu' dari Anak-Anak Kos di Indonesia, Begini Cerita Maria Regina Anggit Merintis Karier dan Kembangkan Mamikos

12 Januari 2021 20:20 WIB
'Ibu' dari Anak-Anak Kos di Indonesia, Begini Cerita Maria Regina Anggit Merintis Karier dan Kembangkan Mamikos

Co-Founder & CEO Mamikos Maria Regina Anggit (Dokumen Pribadi Mamiteam/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Maria Regina Anggit, tak memiliki background pendidikan yang berhubungan dengan teknologi. Namun, lantaran kerja keras dan segala usahanya, ia mampu merintis karier dan mengembangkan Mamikos. Beauty, sudah tahu apa itu Mamikos? Dan bagaimana cerina perjalanan Anggit mengembangkan Mamikos? Simak terus cerita perjalanannya berikut ini!

Mamikos merupakan salah satu platform pencari kos yang ada di Indonesia. Startup ini sudah berdiri sejak tahun 2015 silam dan menjadi pertama di Tanah Air. Bahkan, startup yang dikembangkan Anggit ini kental dengan julukan, 'ibu' dari anak-anak kos di seluruh dunia. 

Dalam kesempatan berbincang dalam program HerTalk, Anggit menceritakan perjalanan kariernya merintis dan mengembangkan Mamikos. Diakui Anggit, ia tak memiliki basic dalam bidang IT. Namun, ia tergiur mengembangkan suatu usaha yang bergerak dalam bidang teknologi.

Jatuh bangun mengembangkan beragam bisnis yang berkaitan dengan teknologi, Anggit akhirnya berhasil mengembangkan platform Mamikos yang ia rintis dulu bersama kedua temannya.

"Dulu, awalnya saya tahu di Facebook itu orang bisa jualan, dari situ coba saya ulik, bahwa dari media sosial itu banyak pengembangan bisnis yang bisa dilakukan dan itu meliputi beragam industri. Sebenarnya, Mamikos ini bukan yang pertama. Kita mencoba beberapa bisnis awalnya, sampai menemukan Mamikos ini," ujar Anggit dalam program HerTalk, seperti dikutip, Selasa (11/1/2021).

Kala itu, Anggit melihat pasar kos-kosan begitu besar dan tersebar di setiap penjuru daerah di Indonesia. Namun sayang, tak ada yang memanej hal tersebut, sehingga banyak orang yang kesulitan mencari tempat kos yang sesuai dan banyak waktu yang terbuang lantaran terlalu lama mengunjungi tempat-tempat kos.

"Kita lihat pasar kos-kosan itu besar sekali. Waktu itu, kami riset-riset sederhana di antara temen-temen kami di Jogja, kita lihat kayak setengah dari kami itu anak kos. Kita lihat market kosan ini, pada saat itu kita berdiri tahun 2015, marketnya itu sangat keos," tutur Anggit.

"Orang cari kosan itu susah, banyak waktu yang terbuang. Aku pikir teknologi bisa membantu. Waktu itu belum ada aplikasi yang mencoba megang pasar kosan di Indonesia, hanya membantu industri kosan secara personal," sambungnya.

Sejak saat itulah, Anggit memutuskan untuk mengembangkan platform Mamikos. Tak hanya berfokus membantu para pencari kos, Mamikos mulai berkembang menjadi aplikasi paetner bagi para pemilik kos di Indonesia.

"Jadi, enggak cuma membantu menemukan aja, tapi juga membantu sampai pemilik kos mengelola bisnisnya, kita mengelola kebutuhan sehari-harinya sebagai pemilik," terang Anggit.

Nama Mamikos sendiri terpilih mengikuti gaya frasa zaman yang semakin berkembang. Nama tersebut dipilihnya, agar mudah diingat oleh banyak orang, terutama para pencari dan pemilik kos di Tanah Air.

"Untuk filosofi, nama Mamikos itu kita ambil dari 'ibu kos' cuma kita cari frasa yang catchy. Kalau 'ibu kos' kan terlalu umum ya. Jadi, menggambarkan seorang ibu agar mudah diingat dan kita pilih Mamikos. Nah filosfinya sendiri kenapa pilih Mamikos, sebagai platform kita ingin menaungi seluruh kosan dan anak kosan yang ada di Indonesia," jelasnya.

Di awal perjalanan kariernya merintis Mamikos, Anggit mengaku kerap melibatkan mahasiswa yang ada di Yogyakarta untuk mengumpulkan data.

"Waktu itu, kami melakukan riset kecil-kecilan dulu. Setelah itu, kita bikin aplikasi yang simpel kita bikin dalam waktu dua mingguan. Saat itu kita libatkan beberapa teman mahasiswa Jogja buat ngebantu ngumpulin data, setelah itu baru kita rilis aplikasinya," cerita Anggit. 

Dalam waktu dua minggu, Anggit bersama tim pun mencoba merilis aplikasi Mamikos yang telah dibuatnya tersebut. Kerja keras dan usaha Anggit ternayar sudah, saat dirilis, aplikasi yang dibuatnya tersebut mendapat banyak respon positif di pasaran.

"Setelah dua minggu kita rilis itu, respon pasarnya lumayan positif gitu. Ketika rilis di sosial media, ternyata peningkatannya lumayan. Dari situ kemudian kita pelan-pelan rintis," sambungnya.

Membangun startup bukanlah suatu hal yang mudah. Banyak duka dan rintangan yang perlu dihadapi oleh Anggit bersama tim. Namun, dalam setiap rintangan yang dihadapi, banyak pembelajaran berharga yang Anggit petik untuk menjadikan platformnya tersebut menjadi terbaik.

"Suka dukanya banyak terutama saat pengumpulan data tersebut, pas awal mulai kan belum banyak yang tahu Mamikos itu apa, terkadang stigmanya jadi aneh-aneh.  Di perjalanan itu, kita juga belajar buat mengelola orang, dari yang cuma bertiga rintis sampai banyak," pungkas Anggit.

Lihat postingan ini di Instagram

Sebuah kiriman dibagikan oleh HerStorycoid (@herstory.coid)

Baca Juga: Keren! Lewat Perluas Jejaring, Mamikos Bagikan Trik Kembangkan Bisnis Kos di Era Digital

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.