Broken Heart (Unsplash/Kelly Sikkema)
Cinta adalah suatu emosi yang normal dimiliki oleh manusia. Cinta enggak harus selalu tentang mendambakan seseorang, lho! Kamu bisa saja jatuh cinta dengan suatu tempat, suatu makanan, atau apa pun yang membuat harimu bahagia.
Sebagai manusia biasa, tentunya kita pasti pernah merasakan yang namanya cinta. Cinta datang dalam berbagai bentuk, kadang dalam bentuk pelukan, perhatian, atau sebongkah cokelat yang si doi beri waktu hari Valentine.
Karena bulan Februari adalah bulan penuh cinta, yuk, tengok penjelasan ilmiah tentang cinta dan fenomena patah hati bersama-sama!
Dilansir dari kanal Youtube Kok Bisa, cinta bisa, lho, dijelaskan secara ilmiah! Cinta itu terbentuk karena adanya zat kimia yang membanjiri otak kita.
Saat sedang menyukai orang lain, sebuah bagian otak kita yang bernama Hypotalamus akan aktif memproduksi lebih banyak hormon Oxytocin yaitu hormon yang membuat perasaan stress berkurang dan hormon Vasopressin yang mengatur tekanan darah kita.
Kedua hormon ini kemudian mengalir dalam sirkulasi otak dan merangsang Hypotalamus untuk aktif memproduksi Dopamine. Dopamine sendiri adalah senyawa yang membuatmu bahagia dan membuat pikiran kita enggak bisa lepas dari orang yang kita suka.
Eits, kalau fenomena patah hati gimana tuh? Kok kita sedih ya ketika si doi memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang kita jalin sejak lama? Ini semua terjadi karena adanya konflik dalam otak kita.
Meskipun sebuah hubungan telah berakhir, oak kita terus aktif memproduksi senyawa Dopamine yang membuat kita enggak bisa lepas dari si doi. Di sisi lain, bagian otak kita yang bernama Orbital Frontal Cortex ikut teraktifkan. Ia berusaha mengambil kontrol otak kita untuk si doi.
Nah, konflik ini lah yang menyebabkan fenomena patah hati.
Kamu pernah mengalami keduanya? Jangan berlarut dalam kesedihan dan mari jelang hari Valentine dengan senyuman!
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.