Menu

Si Kecil Menunjukan Gejala Asma? Simak 3 Metode Diagnosis Menurut Dokter Ahli yang Bisa Dilakukan, Hasilnya Akurat!

14 Juli 2023 14:10 WIB
Si Kecil Menunjukan Gejala Asma? Simak 3 Metode Diagnosis Menurut Dokter Ahli yang Bisa Dilakukan, Hasilnya Akurat!

Ilustrasi penyakit asma (Freepik/EditedByHerstory)

HerStory, Jakarta —

Moms, asma terjadi karena inflamasi kronik, hiperresponsif dan perubahan struktur akibat penebalan dinding bronkus (remodelling) saluran respiratori yang berlangsung kronik bahkan sudah ada sebelum munculnya gejala awal asma.

"Penyempitan dan obstruksi pada saluran respiratori terjadi akibat penebalan dinding bronkus, kontraksi otot polos, edema mukosa, hipersekresi mukus," jelas dr. Irene Melinda Louis, Sp.A. dalam siaran persnya, Jumat ( 14/7/2023).

Gejala klinis pada asma berupa batuk, wheezing (mengigil), sesak napas, dada terasa tertekan yang timbul secara kronik dan atau berulang, reversibel, cenderung memberat pada malam atau dini hari, dan biasanya timbul jika ada penyebabnya.

Diagnosis asma pada anak bisa dilakukan dengan beberapa metode, yaitu anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang.

Anamnesis memegang peranan sangat penting mengingat diagnosis asma pada anak sebagian besar ditegakkan secara klinis, antara lain:

1. Anamnesis

Keluhan wheezing  dan atau batuk berulang merupakan gejala klinis yang diterima luas sebagai titik awal diagnosis asma.

Dokter perlu melihat karakteristik dari gejala yang dirasakan oleh anak. Hal ini juga dapat menentukan tingkat keparahan asma yang dirasakan oleh si kecil. Karakteristik tersebut yaitu:

  • Gejala timbul secara episodik atau berulang.
  • Variabilitas, yaitu intensitas gejala bervariasi dari waktu ke waktu, bahkan dalam 24 jam. Biasanya gejala lebih berat pada malam hari (nokturnal).
  • Reversibilitas, yaitu gejala dapat membaik secara spontan atau dengan pemberian obat pereda asma.
  • Timbul bila ada faktor pencetus.
  • Iritan: rokok, asap bakaran sampah, asap obat nyamuk, suhu dingin, udara kering, makanan minuman dingin, penyedap rasa, pengawet makanan, pewarna makanan.
  • Alergen: debu, tungau debu rumah, rontokan hewan, serbuk sari.
  • Infeksi respiratori akut karena virus
  • Aktivitas fisis: berlarian, berteriak, menangis, atau tertawa berlebihan.
  • Adanya riwayat alergi pada pasien atau keluarganya.

2. Pemeriksaan fisik

Dalam keadaan stabil tanpa gejala, pada pemeriksaan fisik pasien biasanya tidak ditemukan kelainan.

Namun jika sedang bergejala batuk atau sesak, dapat terdengar wheezing, baik yang terdengar langsung (audible wheeze) atau yang terdengar dengan stetoskop.

Selain itu, perlu dicari gejala alergi lain pada pasien seperti dermatitis atopi atau rinitis alergi, dan dapat pula dijumpai tanda alergi seperti allergic shiners atau geographic tongue.

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan ini untuk menunjukkan variabilitas gangguan aliran napas akibat obstruksi, hiperaktivitas, dan inflamasi saluran respiratori, atau adanya atopi pada pasien. Meliputi:

  • Uji fungsi paru dengan spirometri sekaligus uji reversibilitas dan untuk menilai variabilitas. Pada fasilitas terbatas dapat dilakukan pemeriksaan dengan peak flow meter.
  • Uji cukit kulit (skin prick test), eosinofil total darah, pemeriksaan IgE spesifik.
  • Uji inflamasi saluran respiratori: FeNO (fractional exhaled nitric oxide), eosinofil sputum.
  • Uji provokasi bronkus dengan exercise, metakolin, atau larutan salin hipertonik.

Setelah anak mendapatkan diagnosa pasti, dokter kemudian dapat memulai merencanakan penanganan tepat untuk menangani asma pada anak.

Baca Juga: Kenali 5 Gejala Asma pada Si Kecil yang Perlu Diwaspadai, Ini Pertolongan Pertama yang Bisa Moms Lakukan saat Si Kecil Terserang

Baca Juga: Efek Samping Obatnya Bisa Jadi Bahaya, Yuk Moms Tangani Asma Sejak Kecil, Simak Manfaat Lainnya!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.