Simbol pita peduli kanker. (pinterest/freepik)
Penyakit kanker adalah salah satu penyakit berat yang memerlukan penanganan khusus. Di Indonesia, penyakit kanker menempati urutan ketiga penyakit paling mematikan setelah penyakit jantung dan saluran darah.
Dr. Rita Rogayah, Sp.P(K)., M.A.R.S mengungkapkan, ada lima jenis kanker terbanyak di Indonesia. Di antaranya adalah kanker payudara, kanker leher rahim, kanker paru, kanker kolorektal, dan kanker hati. Hal ini ia ungkapkan dalam peluncuran Kemitraan Project ECHO: Tele-Health, Selasa (23/02/2021).
Salah satu yang butuh perhatian lebih adalah pengobatan kanker bagi masyarakat di daerah. Untuk itu, perlu dilakukan pengembangan layanan kanker di Indonesia agar bisa menjangkau daerah-daerah.
Pasalnya, masyarakat Indonesia memiliki hak yang sama untuk mendapatkan akses dan kualitas pelayanan kanker. Maka itu, sebaran tenaga dan fasilitas kesehatan untuk pengobatan kanker harus merata.
"RS yang mampu memberikan pelayanan kanker masih terbatas di kota-kota besar," ujar dr. Rita.
Kementerian Kesehatan bersama dengan Pusat Kanker Nasional Dharmais dan Roche Indonesia meluncurkan program telementoring pertama menggunakan model ECHO (Extension for Community Health Outcomes), yang bertujuan meningkatkan akses untuk pencegahan, deteksi, dan penanganan kanker di daerah yang sulit mendapatkan pelayanan kanker.
Dengan tantangan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan, ditambah dengan terbatasnya fasilitas pelayanan kanker dan dokter spesialis kanker (onkolog), semakin mendorong kesenjangan dalam hal angka kejadian, kematian, dan angka ketahanan hidup pasien kanker di daerah-daerah terpencil.
"Kami berharap dengan mengimplementasikan model ECHO, kami akan dapat memperluas pelayanan dan penanganan kanker yang berkualitas ke lebih banyak wilayah, terutama di wilayah-wilayah di mana pelayanan kanker masih terbatas," ujar dr. R. Soeko W. Nindito D., MARS, Direktur Utama Pusat Kanker Nasional Dharmais.
Model ECHO menggunakan pendekatan berbagi-pengetahuan (knowledge sharing) antara para ahli di rumah sakit pengampu (hub) dan klinisi di daerah yang diampu (spoke), di mana para tim ahli akan memberikan pendampingan klinis secara virtual, untuk mengamplifikasi kapasitas penyedia pelayanan kesehatan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat yang belum terlayani di wilayah atau komunitas masing-masing.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.