Menu

Salah Besar! Gula Bukannya Bikin Happy Tapi Bisa Sebabkan Overthinking, Ini Alasannya...

13 November 2024 08:55 WIB
Salah Besar! Gula Bukannya Bikin Happy Tapi Bisa Sebabkan Overthinking, Ini Alasannya...

Ilustrasi seorang wanita yang kecanduan makanan manis. (Pinterest/Freepik)

HerStory, Jakarta —

Beauty, siapa di sini yang bisa menolak godaan makanan manis? Dari cokelat hingga minuman manis, gula seringkali dianggap sebagai penyelamat untuk mencerahkan hari atau memberi semangat saat sedang lelah. Tak heran sih Beauty sering mendengar ungkapan, "Makan cokelat, deh, biar mood-nya enak!" Atau mungkin kamu sendiri pernah merasa seakan-akan gula bisa menjadi solusi instan untuk meredakan stres dan meningkatkan suasana hati?

Namun, tahukah Beauty, ternyata kebiasaan makan gula bisa picu overthinking. Sebenarnya, ada alasan ilmiah di balik hal ini. Meskipun saat pertama makan makanan manis bisa bikin kamu happy, efeknya tidak bertahan lama. Ketika Beauty konsumsi makanan atau minuman manis, tubuh akan cepat mengubah gula menjadi glukosa, yang kemudian digunakan sebagai sumber energi utama. Awalnya, Beauty mungkin merasa lebih berenergi dan lebih bahagia. Namun, perasaan ini tidak bertahan lama.

Setelah lonjakan energi yang cepat itu, tubuh akan mengalami penurunan gula darah yang drastis, yang sering disebut dengan "sugar crash." Akibatnya, kamu bisa merasa sangat lelah, bahkan cemas atau gelisah. Bagi sebagian orang, penurunan gula darah yang tajam ini bisa mengarah pada perasaan cemas yang berlebihan, yang akhirnya berujung pada overthinking. Pikiran yang tadinya terasa ringan bisa dengan cepat berubah menjadi berlarut-larut, bahkan tentang hal-hal kecil dan sepele.

"Ternyata gula itu signifikan meningkatkan kortisol dan menurunkan dopamin sehingga gula itu terbukti membuat lo menjadi lebih overthinking, terbukti itu ada jurnalnya, ada risetnya, jadi semakin banyak lu makan itu boba semakin lama lu di atas bantal lu untuk mikirin gua nanti mikirin udah gede mau jadi apa," tutur dr. Frenos, M. Biomed Dokter Spesialis Biomedical dikutip dari postingan Instagram @sahabatbicara_id.

Selain itu, gula yang  dikonsumsi juga bisa memicu peningkatan produksi hormon stres dalam tubuh, yaitu kortisol. Ketika kamu makan makanan tinggi gula, tubuh akan merespons dengan melepaskan kortisol, yang secara alami meningkatkan rasa cemas. Ini adalah cara tubuh  mengatasi stres, tetapi jika kadar kortisol tetap tinggi dalam jangka panjang,  akan lebih rentan terhadap gangguan kecemasan. Rasa gelisah dan perasaan terjepit dalam pemikiran yang tak kunjung selesai pun akan semakin sering muncul.

Tidak hanya itu, gula juga bisa mempengaruhi keseimbangan neurotransmitter di otak . Neurotransmitter, seperti serotonin, berperan besar dalam mengatur suasana hati kita. Serotonin sering disebut sebagai hormon kebahagiaan karena kemampuannya untuk membuat kita merasa tenang dan bahagia. Namun, konsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan kadar serotonin. Saat kadar serotonin menurun setelah efek gula hilang, kita bisa merasa cemas, tertekan, dan lebih rentan terhadap pemikiran negatif yang berlarut-larut.

Satu lagi dampak gula terhadap mental yang sering diabaikan adalah pengaruhnya terhadap kualitas tidur. Ketika  mengonsumsi gula, tubuh harus bekerja lebih keras untuk mengatur lonjakan dan penurunan gula darah yang cepat. Akibatnya, kualitas tidur  bisa terganggu. Kurang tidur atau tidur yang tidak nyenyak berhubungan erat dengan gangguan kecemasan dan overthinking. Tanpa tidur yang cukup, tubuh dan pikiran  menjadi lebih sensitif terhadap stres, dan  cenderung lebih mudah merasa tertekan, gelisah, dan berpikir berlebihan.

"Ternyata gula itu mengganggu kimia otak lo banget. Please stop lah," saran sang dokter.

Mengonsumsi gula berlebihan dalam jangka panjang juga bisa menimbulkan kecanduan. Gula memicu pelepasan dopamin yang memberi rasa senang. Ketika terus-menerus mencari kebahagiaan lewat makanan manis, kamu bisa terjebak dalam siklus kecanduan gula. 

"Karena untuk anak kecil saja, kalau lo kasih dia banyak sugar dia akan moodnya itu luar biasa mood swing, apalagi anak dengan special needs kayak ADHD mereka nggak boleh makan gula sama sekali," tutur dokter yang akrab disapa Dokter Mutan tersebut.

Ironisnya, makanan yang anggap sebagai sumber kebahagiaan ini justru bisa menambah beban mental . Ketika gula tidak lagi memberikan efek positif dalam jangka panjang, kita sering kali merasa bingung dan cemas tanpa tahu penyebabnya. Perasaan tersebutlah yang kemudian bisa memicu overthinking.

Namun sayangnya, dr. Frenos merasa jika saat ini Beauty akan sulit untuk cutting gula dalam kehidupan sehari-sehari. Itu karena di sekitar kita banyak tersedia makanan dan minuman gula yang bisa dibeli kapan saja.

"Sedangkan lo mau cutting gula, masalahnya bukan ada di lu, tapi ada di sekeliling lo, industrinya sudah begini, lo ke mall kanan kiri depan belakang lu ada gula, jadi gak heran juga ketika anak zaman sekarang kenapa lebih overthinking dibandingkan sama orang zaman dulu , karena dari kecil udah dicekokin sama gula-gula," tutur dr. Frenos.

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Share Artikel:

Oleh: Ida Umy Rasyidah

Artikel Pilihan