Melanie Perkins, pendiri dan CEO Canva (Getty Image)
Beauty, tahukah kamu sosok Melanie Perkins? Perempuan itu merupakan pendiri dan CEO Canva. Bisa dibilang lewat inovasi, Melanie telah mengubah dunia desain grafis dengan aplikasi inovatif yang mempermudah jutaan orang.
Usut punya usut, sebelum sesukses sekarang, Melanie menjual syal di pasar pada usia 14 tahun hingga mendirikan Fusion Books yang berkembang menjadi Canva. Saat mendirikan Canva, perjuangan Melanie penuh dengan tantangan. Bahkan sempat ditolak oleh lebih dari 100 investor. Penasaran bagaimana dengan kisahnya? Cusss simak berikut ini seperti dikutip dari IDX Channe.
Melanie Perkins adalah pendiri dan CEO dari startup Canva. Seperti kita ketahui bersama jika Canva merupakan salah satu aplikasi desain yang memiliki lebih dari 60 juta pengguna Android dan iOS. Kini Canva memiliki nilai USD 55 miliar atau sekitar Rp 823 triliun, lho Beauty.
Usut punya usut sejak kecil,Melanie Perkins ini memang sudah pintar menjalankan bisnis. Bahkan nih di usianya yang menginjak 14 tahun, ia menjual syal buatan tangan di pasar Perth, Australia. Kemudian saat kuliah, ia aktif mengajar siswa desain komputer dasar. Saat itu ia mendapatkan inspirasi untuk mengembangkan Canva.
Tujuan Melanie mengembangkan Canva, yaitu ingin mengembangkan aplikasi desain grafis yang lebih mudah dan efisien. Itu karena Melanie sering melihat banyak murid-muridnya kesulitan menggunakan Adobe Photoshop dan platform desain kompleks lainnya.
Awalnya di tahun 2007, Melanie mendirikan Fusion Books, platform yang memungkinkan siswa mendesain buku tahunan sekolah mereka sendiri dan menampilkan berbagai template desain menarik. Saat itu Fusion Books terus berkembang sehingga menjadi perusahaan buku tahunan terbesar di seluruh Australia.
Melanie bersama Cliff Obrecht yang awalnya kekasih kini sudah jadi suaminaya mulai mencari investor untuk mengembangkan Fusion Books, tetapi sayangnya tak ada investor yang tertarik dengan ide mereka. Akhirnya Fusion Books berganti nama menjadi Canva Inc, tetapi masih ditolak oleh lebih dari 100 investor di Perth.
Melanie dan Cliff akhirnya mulai mengikuti kompetisi start-up, hingga ikut ke pertemuan kite-surfing dan beberapa pertemuan di Silicon Valley untuk mendapatkan tambahan dana. Hingga akhirnya di tahun 2012, mantan eksekutif Google, Cameron Adams, memberikan pendanaan awal kepada pasangan ini untuk mengembangkan Canva.
Di tahun pertama, Canva berhasil memiliki lebih dari 600 ribu pengguna. Namanya menjadi semakin besar saat Canva memperluas jangkauan ke Manila dan Beijing, hingga akhirnya nama Melanie menjadi populer di Silicon Valley dan bisnis teknologi di Amerika Serikat.
Di tahun 2016, Melanie dinobatkan jadi salah satu pengusaha muda sukses versi Forbes '30 Under 30' di Asia. Forbes juga mencatat kekayaan Melanie Perkins mencapai US$ 6,5 miliar atau setara dengan Rp 100,75 triliun (asumsi kurs 15.500). Kekayaannya membuat ia menjadi orang terkaya ke-386 di dunia.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.