Ilustrasi ibu hamil. (HerStory/Wafi)
Moms, kehamilan adalah momen yang penuh kebahagiaan, namun tak jarang juga dipenuhi dengan tantangan emosional. Ibu hamil sering kali merasakan berbagai perasaan, termasuk kesedihan, yang bisa muncul seiring perubahan hormon dalam tubuh.
Namun, tahukah Moms bahwa kesedihan yang mendalam bisa memberi dampak pada janin yang sedang berkembang, kok bisa?
Meski secara langsung janin tidak selalu merasakan emosi ibu, kesedihan ibu ternyata bisa memengaruhi janin melalui perubahan dalam sistem hormon tubuh. Ketika ibu merasa sedih dan menangis, tubuhnya melepaskan lebih banyak hormon stres seperti kortisol dan adrenalin. Pada saat yang sama, hormon yang berhubungan dengan kebahagiaan seperti dopamin dan serotonin justru menurun. Perubahan ini dapat berdampak langsung pada perkembangan janin, karena hormon-hormon tersebut berperan penting dalam proses pertumbuhan.
Sebagai contoh, peningkatan hormon stres dapat mengganggu aliran darah ke plasenta, yang berarti suplai oksigen dan nutrisi bagi janin dapat terhambat. Akibatnya, perkembangan otak dan organ lainnya pada janin bisa terhambat, yang meningkatkan risiko kelahiran prematur atau bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
"Kesedihan yang dirasakan ibu bisa memicu pelepasan hormon kortisol dan adrenalin lebih banyak dalam darahnya, sementara kadar hormon dopamin dan serotoninnya akan menurun. Hal inilah yang bisa berdampak pada janin, seperti menghambat pertumbuhan otak dan beragam organ lain dalam tubuhnya, menghambat aliran darah di plasenta, hingga meningkatkan risiko janin terlahir prematur atau dengan BBLR (berat bayi lahir rendah)," jelas dr. Nadia Nurotul Fuadah di laman Alodokter dikutip Minggu (9/2/2025).
Bahkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa ibu yang mengalami stres berlebihan selama kehamilan berisiko melahirkan bayi yang lebih sensitif, mudah cemas, atau kesulitan tidur setelah lahir.
"Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa stres berlebihan semasa hamil bisa mempengaruhi perilaku bayinya setelah dilahirkan kelak, seperti menjadi lebih sensitif, sulit ditenangkan, dan sulit tidur nyenyak," tutur dr. Nadia
"Sebab itulah, ibu hamil perlu menjaga dengan baik suasana hatinya. Hindari hal-hal yang memicu kesedihan berlebihan, misalnya dengan membangun pola pikir positif, bergaul dengan lingkungan yang baik, sempatkan melampiaskan hobi, rajin beribadah, dan belajar melakukan teknik relaksasi agar pikiran menjadi lebih tenang. Jika perlu, ibu hamil bisa juga berkonsultasi dengan psikiater atau psikolog ya," jelas dr. Nadia.
Seperti dijelaskan dr. Nadia, berikut beberapa langkah yang bisa dicoba:
Cobalah untuk selalu mencari sisi baik dalam setiap situasi. Mengubah cara pandang terhadap masalah akan membantu menjaga emosi tetap stabil.
Dikelilingi oleh orang-orang yang positif dan mendukung sangat penting untuk menjaga kesehatan mental. Hindari hubungan yang membuat hati semakin berat.
Luangkan waktu untuk melakukan kegiatan yang disukai, seperti membaca, berkebun, atau berolahraga ringan. Ini bisa membantu meredakan stres.
Bagi banyak ibu hamil, beribadah adalah salah satu cara terbaik untuk mendapatkan ketenangan batin dan mendekatkan diri pada Allah.
Cobalah teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga untuk ibu hamil. Teknik ini dapat membantu menenangkan pikiran dan tubuh.
Jika perasaan sedih dan stres terasa berlarut-larut, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan seorang psikolog atau psikiater. Dukungan profesional dapat membantu ibu hamil lebih mudah mengelola emosinya dan menjaga kesehatan mental selama kehamilan.
Kehamilan adalah perjalanan yang luar biasa, dan menjaga kesejahteraan emosional ibu hamil tidak hanya penting untuk kesehatan ibu, tetapi juga untuk kesehatan janin.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.