Menu

Sempat 'Memaksa' Karyawannya Menikah, Perusahaan di China Batalkan Kebijakannya

28 Februari 2025 21:59 WIB
Sempat 'Memaksa' Karyawannya Menikah, Perusahaan di China Batalkan Kebijakannya

Perusahaan China Shuntian Chemical Group (sumber: Shuntian Chemical Group)

HerStory, Jakarta —

Baru-baru ini, kebijakan yang sempat menghebohkan publik di China akhirnya dicabut setelah menuai banyak kecaman, apa itu?

Fyi nih Beauty, hal itu berkaitan dengan aksi Shuntian Chemical Group, sebuah perusahaan kimia besar yang berlokasi di China mengeluarkan peraturan yang mengharuskan seluruh karyawan lajang berusia 28 hingga 58 tahun untuk segera menikah, atau mereka bisa dipecat jika tidak menuruti perintah tersebut.

Kebijakan ini, yang awalnya dirancang untuk mendukung inisiatif pemerintah China dalam meningkatkan angka kelahiran, justru mengundang protes keras dari masyarakat dan berujung pada pencabutan kebijakan tersebut.

Perusahaan yang memiliki sekitar 1.200 karyawan ini menetapkan bahwa karyawan yang belum menikah, termasuk mereka yang sudah bercerai harus menemukan pasangan hidup dan melangsungkan pernikahan sebelum 30 September 2025. Jika mereka menolak untuk menikah, mereka akan menghadapi konsekuensi serius berupa pemecatan. Sebagai bagian dari upaya untuk memaksa perubahan, Shuntian Chemical Group memberikan tenggat waktu dan sistem evaluasi yang ketat. Setiap tiga bulan akan dilakukan evaluasi, para karyawan yang belum menikah di quartal 1 maka diharuskan menulis refleksi diri mengenai alasan mereka belum menikah. Pada evaluasi berikutnya di quartal 2, perusahaan akan memutuskan apakah mereka masih memenuhi syarat untuk tetap bekerja. Lalu, jika di quartal 3 masih belum menikah, maka bisa saja karyawan tersebut segera dipecat.

“Jika Anda tidak dapat menikah dan membentuk keluarga pada kuartal ketiga, perusahaan akan mengakhiri kontrak kerja Anda. Mohon diperhatikan,” tulis pengumuman Shuntian Chemical Group dikutip dari Sky News melalui Kompas.com, Jumat (28/2/2025).

Kebijakan ini, meski berlandaskan pada tujuan yang dipandang baik oleh pemerintah China, yakni untuk mendorong generasi muda agar menikah dan memiliki anak guna mengatasi penurunan angka kelahiran, tetap saja mengundang kritik luas. Banyak pihak menilai bahwa kebijakan ini terlalu jauh melanggar hak pribadi dan kebebasan individu, terutama terkait keputusan pribadi yang seharusnya tidak diatur oleh perusahaan.

Setelah kebijakan ini diterapkan, protes dari berbagai pihak, baik dalam negeri maupun luar negeri, tidak bisa diabaikan. Media sosial, sebagai salah satu ruang bebas ekspresi publik, dipenuhi dengan kecaman terhadap kebijakan yang dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan kebebasan pribadi. Banyak yang merasa kebijakan ini terlalu mengintervensi aspek pribadi hidup karyawan, yang seharusnya tidak menjadi urusan perusahaan.

Menanggapi kecaman tersebut, pihak berwenang di China, termasuk pejabat dari biro Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial, akhirnya turun tangan. Mereka melakukan penyelidikan terhadap kebijakan tersebut dan memutuskan bahwa kewajiban menikah yang diterapkan oleh Shuntian Chemical Group melanggar undang-undang ketenagakerjaan China. Sebagai hasil dari temuan tersebut, kebijakan ini akhirnya dicabut pada pertengahan Februari 2025.

“Pengumuman ini telah ditarik karena beberapa kata yang digunakan tidak pantas,” tutur seseorang yang bekerja di perusahaan tersebut namun menolak menyebutkan identitasnya.

Baca Juga: Pilih Dea Sahirah Jadi Istri, Chand Kelvin Ungkap Alasan Pinang Sang Kekasih! Apa Itu?

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Share Artikel:

Oleh: Ida Umy Rasyidah

Artikel Pilihan