Ilustrasi mengatur uang. (Istimewa/Edited By HerStory)
Setiap tahun, harga barang dan jasa terus mengalami kenaikan. Hal ini sering kali membuat banyak orang khawatir terhadap kondisi finansial mereka, terutama dalam menjaga daya beli. Inflasi yang tak terkendali dapat menggerus nilai uang kamu, sehingga tabungan yang disimpan dalam bentuk tunai bisa kehilangan daya belinya. Namun, jangan panik! Salah satu cara terbaik untuk menghadapi inflasi adalah dengan mulai berinvestasi, salah satunya melalui investasi deposito.
4 Indikator Inflasi
Sebelum memahami bagaimana deposito bisa membantu menghadapi inflasi, kamu perlu tahu bagaimana inflasi diukur. Inflasi bukan sekadar kenaikan harga satu atau dua barang, tetapi merupakan kenaikan harga secara umum dalam suatu periode waktu tertentu. Berikut beberapa indikator utama inflasi yang perlu kamu pahami:
1. Indeks Harga Konsumen (IHK)
IHK merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengukur inflasi. IHK membandingkan harga sekelompok barang dan jasa yang biasa dikonsumsi masyarakat dalam periode tertentu. Jika indeks ini naik, artinya inflasi sedang terjadi.
2. Indeks Harga Produsen (IHP)
Berbeda dengan IHK, IHP mengukur perubahan harga di tingkat produsen sebelum barang sampai ke konsumen. Kenaikan IHP sering kali menjadi indikator awal bahwa harga barang untuk konsumen juga akan meningkat.
3. Laju Inflasi Tahunan
Menghitung persentase kenaikan harga dari tahun ke tahun. Jika laju inflasi tahunan terlalu tinggi, daya beli masyarakat akan semakin melemah.
4. Kenaikan Upah Minimum
Ketika inflasi tinggi, pemerintah biasanya akan menyesuaikan upah minimum agar masyarakat tetap mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Memahami indikator inflasi dan dampaknya terhadap investasi deposito sangat penting bagi para investor.
Dengan memantau inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan pertumbuhan ekonomi, investor dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam mengelola portofolio mereka.
Meskipun deposito menawarkan keamanan dan stabilitas, penting untuk diingat bahwa inflasi dapat mengurangi nilai riil dari pengembalian investasi.
Oleh karena itu, diversifikasi investasi dan pertimbangan instrumen investasi lain yang dapat memberikan imbal hasil lebih tinggi dari inflasi adalah langkah bijak.
Dengan demikian, investor dapat melindungi dan mengembangkan kekayaan mereka dalam jangka panjang.
Penyebab Inflasi
Inflasi bisa terjadi karena berbagai faktor, baik dari sisi permintaan, produksi, maupun peredaran uang. Dengan memahami penyebabnya, kamu bisa mengambil langkah yang tepat untuk melindungi keuangan kamu.
1. Meningkatnya Jumlah Permintaan
Ketika banyak orang memiliki daya beli tinggi dan permintaan barang meningkat drastis, sementara jumlah barang terbatas, harga otomatis naik. Fenomena ini dikenal sebagai demand-pull inflation. Contohnya, saat liburan panjang, harga tiket pesawat atau hotel sering melonjak karena permintaan tinggi.
2. Meningkatnya Biaya Produksi
Kenaikan harga bahan baku, biaya tenaga kerja, atau pajak produksi bisa membuat harga barang dan jasa ikut naik. Inflasi jenis ini disebut cost-push inflation. Misalnya, jika harga minyak dunia naik, maka biaya transportasi dan produksi barang juga akan meningkat, sehingga harga barang di pasaran menjadi lebih mahal. Dalam situasi seperti ini, investasi deposito menjadi solusi untuk menjaga nilai uang kamu tetap stabil.
3. Peredaran Uang
Semakin banyak uang yang beredar di masyarakat, sementara jumlah barang dan jasa tetap, maka nilai uang akan menurun, menyebabkan inflasi. Hal ini bisa terjadi jika bank sentral mencetak uang terlalu banyak atau kebijakan moneter yang terlalu longgar.
Dampak Inflasi
Inflasi tidak hanya berdampak pada harga barang, tetapi juga pada berbagai aspek kehidupan ekonomi. Jika tidak dikendalikan, inflasi bisa menyebabkan ketidakstabilan ekonomi yang lebih luas.
1. Menurunkan Daya Beli Masyarakat
Ketika harga naik, daya beli masyarakat otomatis menurun. Jika penghasilan kamu tetap, tetapi harga kebutuhan pokok terus meningkat, maka kamu akan bisa membeli lebih sedikit barang dibanding sebelumnya.
2. Memburuknya Distribusi Pendapatan
Inflasi cenderung menguntungkan mereka yang memiliki aset, seperti properti dan saham, karena nilai aset mereka naik. Namun, bagi mereka yang mengandalkan gaji tetap, inflasi bisa menjadi ancaman karena penghasilan mereka tidak tumbuh secepat kenaikan harga barang.
3. Meningkatkan Suku Bunga
Untuk menekan inflasi, bank sentral sering kali menaikkan suku bunga. Hal ini membuat pinjaman menjadi lebih mahal, tetapi di sisi lain, deposito menjadi lebih menguntungkan karena suku bunga deposito juga ikut naik.
4. Distribusi Pendapatan Akan Memburuk
Inflasi tinggi sering kali memperlebar kesenjangan ekonomi. Kelompok berpenghasilan rendah yang tidak memiliki aset investasi akan semakin kesulitan memenuhi kebutuhan hidup mereka.
5. Ketidakpastian Ekonomi
Inflasi yang tidak terkendali bisa membuat dunia usaha enggan berinvestasi karena ketidakpastian harga di masa depan. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi bisa melambat dan tingkat pengangguran meningkat.
Yuk, Mulailah Investasi Deposito Sekarang!
Menghadapi inflasi, kamu perlu strategi keuangan yang tepat. Salah satu cara yang bisa kamu lakukan adalah dengan investasi deposito. Deposito menawarkan keuntungan stabil tanpa risiko besar seperti di instrumen investasi lainnya.
1. Suku Bunga Tetap
Deposito memiliki suku bunga tetap yang memberikan kepastian keuntungan. Kamu tidak perlu khawatir dengan fluktuasi pasar seperti pada saham atau reksa dana.
2. Risiko Rendah
Karena dijamin oleh LPS, deposito sangat aman. Bahkan jika terjadi gejolak ekonomi, dana kamu tetap terlindungi.
3. Melawan Inflasi
Dengan memilih deposito dengan suku bunga lebih tinggi dari inflasi, kamu bisa tetap menjaga daya beli uang kamu di masa depan.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.
Share Artikel:
Lihat Sumber Artikel di Warta Ekonomi
Konten Sindikasi: Artikel ini merupakan kerja sama HerStory dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel yang tayang di website ini menjadi tanggung jawab HerStory.