Ilustrasi wanita sedang merenung. (unsplash/Ben White)
Industri kreatif merajalela di era globalisasi 4.0. Tentu saja di balik industri kreatif yang bisa terus maju, ada pekerja-pekerja hebat di balik perusahaannya. Pemikiran maju yang dibutuhkan oleh pekerja di industri kreatif salah satunya adalah Lateral Thinking.
Bagi Beauty yang bekerja di dunia industri kreatif, seperti media, periklanan dan pemasaran, mungkin sudah tahu apa itu Lateral Thinking, atau mungkin hanya sekadar tahu dan belum mendalami pola pikir tersebut. Nah, kalau gitu, kita bahas yuk di artikel ini, yang HerStory lansir dari finansialku.com.
Lateral Thinking adalah sebuah cara untuk menemukan solusi dalam memecahkan masalah. Lateral Thinking wajib dimiliki oleh industri kreatif untuk bertindak dengan cara yang unik dalam bekerja.
Lateral Thinking hadir menyempurnakan pola pemikiran yang sudah ada sebelumnya. Cara ini melibatkan ide-ide out of the box yang enggak bisa diperoleh hanya dengan logika dan cara konvensional.
Berkaitan dengan memandang dari nilai sebenarnya, berdasarkan pernyataan dan mencari titik lemah, pemikiran lateral berfokus pada 'nilai efek' pernyataan suatu ide. Istilah Lateral Thinking ini pertama kali digunakan oleh Edward de Bono pada tahun 1967. Waktu penemuan yang cukup lama untuk jadi trend di era globalisasi 4.0 saat ini.
Edward de Bono mendefinisikan empat jenis alat berpikir:
Keterampilan dalam berpikir kreatif Lateral Thinking sangat dibutuhkan oleh pekerja sebagai nilai plus dalam memecahkan masalah yang ada dalam dunia kerja dengan pendekatan yang 'berbeda'. Berbeda di sini dapat diartikan dengan metode kreatif.
Manusia memiliki lima (panca) indra, yaitu, penglihatan, peraba, pendengaran, penciuman dan pengecap. Kelima indra tersebut dapat aktif digunakan untuk mengingkatkan keterampilan Lateral Thinking.
Biasanya, indra yang jarang digunakan sehari-hari akan memberikan efek yang luar biasa. Seperti mengingat biasanya dengan indra visual menjadi indra pendengaran.
Jika terjebak dalam suatu pekerjaan yang membuat stuck, Beauty bisa berpikir dengan cara terbalik. Bekerja dengan cara mundur dari akhir.
Misalnya, mencari titik masalah di depan untuk bisa memikirkan solusi agar masalah tersebut enggak terjadi.
Pemetaan pikiran atau mind mapping sudah sering diajarkan sejak bangku sekolah dasar. Terkadang orang dewasa enggak menyadari betapa pentingnya sebuah mind mapping dibuat.
Pemetaan pikiran dibuat untuk mencurahkan segala ide-ide yang lewat di otak agar enggak hanya dipikiran, namun juga bisa terealisasikan. Dari mind mapping, biasanya orang akan menemukan jawaban-jawaban enggak terduga.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.