Ilustrasi anak laki-laki menangis. (Unsplash/Marcos Paulo Prado)
Gender dipandang sebagai bentuk budaya yang dipakai untuk membedakan karakteristik emosional wanita dan pria mengenai peran, perilaku dan mentalitas yang berkembang dalam masyarakat.
Hal ini sudah melekat dibenak masyarakat yang akhirnya menjadi stereotip sejak jaman dulu.
Sebagai contoh, kita pasti kerap mendengar perkataan kalau anak laki-laki enggak boleh nangis yang akhirnya si anak mendapatkan julukan anak mami.
Sebab peran laki-laki yang harus perkasa dan maskulin, membuat kesan ini menjadi turun temurun hingga saat ini.
Fiona Forman, MSc., fasilitator psikologi positif terapan mengatakan, stereotip seperti ini bisa membuat perkembangan emosional mereka menjadi terhambat. Bahkan bisa menyebabkan harga diri mereka rusak dan meremehkan citra diri mereka.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.