Menu

Jangan Keliru Moms! Yuk Kenali Penyebab, Gejala, dan Jenis Alergi Pada Si Kecil

25 Agustus 2021 14:45 WIB
Jangan Keliru Moms! Yuk Kenali Penyebab, Gejala, dan Jenis Alergi Pada Si Kecil

Dokter Spesialis Anak dari RS MMC, Jakarta, dr. Cindy Diana Christie, Sp.A, saat menjadi pembicara dalam webinar ‘Mengenal Berbagai Alergi yang Sering Timbul pada Anak’, sebagaimana dipantau HerStory, Rabu (25/8/2021). (HerStory/Riana)

HerStory, Bogor —

Prevalensi penyakit alergi saat ini memang meningkat selama 2 dekade terakhir, terutama di Asia Tenggara dikarenakan adanya peningkatan dan perubahan gaya hidup dan polusi yang semakin tinggi.

Dokter Spesialis Anak dari RS MMC, Jakarta, dr. Cindy Diana Christie, Sp.A, pun menyebut, penyakit alergi ini merupakan penyakit kronis terbanyak pada anak dan dewasa yang nanti ke depannya bisa mengganggu kualitas hidup dan tumbuh kembang anak, kemudian menyebabkan gangguan tidur, bisa menyebabkan gangguan emosi maupun penurunan performa di sekolah.

“Dan untuk penyakit kronis itu bahkan lebih dari 60 juta orang di dunia bisa mengalami asma maupun penyakit alergi lainnya,” tutur dr. Cindy, saat menjadi pembicara dalam webinar ‘Mengenal Berbagai Alergi yang Sering Timbul pada Anak’, sebagaimana dipantau HerStory, Rabu (25/8/2021). 

Disebutkan dr Cindy, alergi sendiri merupakan reaksi berlebihan atau hipersensitivitas sistem kekebalan tubuh terhadap zat asing yang masuk ke dalam tubuh yang dinamakan alergen, yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan.

Alergen tersebut kemudian bisa menginduksi immunoglobulin atau antibodi pada tubuh manusia, tak terkecuali ke anak, melalui paparan yang dihirup atau ditelan, kontak, ataupun melalui injeksi.

Adapun beberapa jenis alergen yang bisa masuk ke dalam tubuh, kata dr Cindy, antara lain racun tanaman, bulu binatang, serbuk, latex. Kemudian, alergen yang bisa masuk melalui injeksi misalnya sengatan lebah, obat-obatan.

“Lalu, alergen yang bisa ditelan itu seperti obat-obatan dan makanan, seperti kacang-kacanga, dan seafood. Dan terakhir, alergen yang dapat dihirup contohnya debu, serbuk bunga, jamur, bulu binantang,” terang dr Cindy.

Lalu, kapan seorang anak dikatakan memiliki resiko alergi?

Terkait hal itu, dr Cindy mengatakan bahwa untuk mengetahui anak memiliki resiko alergi atauntidak, langkah pertama adalahharus tahu dulu apa anak tersebut punya riwayat atopi di keluarganya atau tidak, seperti eksim, asma, maupun berupa rhinitis alergi seperti pilek karena alergi.

“Jika kedua orang tua si anak memiliki riwayat alergi maka 40-60% anaknya pasti memiliki riwayat alergi juga. Apalagi jika kedua orangtuanya memiliki manifestasi alergi yang sama, misalnya bapak ibunya sama-sama miliki alergi seafood, itu 60-80% itu pasti anaknya alergi seafood juga,” ujar dr Cindy.

Nah kemudian, bila salah satu orang tuanya memiliki riwayat alergi, kata dr Cindy, maka 20-30% anaknya beresiko memiliki alergi. Lalu, apabila salah satu saudara kandungnya memiliki riwayat alergi, maka 25-30% anak tersebut juga akan memiliki riwayat alergi.

“Dan apabila kedua orang tuanya memiliki riwayat alergi, maka 5-15% anak tersebut masih mungkin memiliki resiko alergi,” sambung dr Cindy.

Dr Cindy melanjutkan, gejala alergi ini bisa mengenai berbagai jenis organ. Seperti kulit, saluran nafas, maupun saluran cerna.

Untuk alergi yang terjadi pada saluran cerna, contohnya adalah alergi makanan. Alergi ini merupakan alergi simpang terhadap makanan yang sering ditemukan pada anak terutama 3 tahun pertama kehidupannya.

“Dan alergi makanan ini merupakan proses imunologi, jadi ada hubungannya dengan antibodi, proses imun dalam tubuh kita. Beda dengan intoleransi makanan yang bukan merupakan suatu proses inumologi. Dia bisa bereaksi cepat maupun lambat. Misalnya muntah, diare, bentol, mata bengkak setelah mengkonsumsi makanan tertentu dalam waktu 30 menit s.d 1 jam. Sampai gejala berat seperti sesak nafas maupun pingsan,” jelas dr Cindy.

Kemudian, lanjut dr Cindy, gejala alergi pada kulit yang sering terjadi pada anak biasanya adalah urtikaria atau yang kenal dengan biduran.

“Lalu, gejala bengkak, bibir bengkak. Ini biasanya reaksinya timbul cepat ya, dalam hitungan menit atau 2 jam setelah terpapar alergen. Biasanya karena makanan, obat, atau sengatan lebah juga,” ujar dr Cindy.

Kemudian terakhir, adalah gejala alergi pada saluran nafas. Kata dr Cindy, gejala yang sering menyerang saluran nafas itu asma dan rhinitis alergi, seperti pilek-pilek, hidung mampet, meler, bersin, gatal, yang paling sering diperparah oleh dingin.

Lalu, makanan apa yang paling sering memicu alergi. Dr Cindy bilang, ada sedikitnya 8 makanan paling sering memicu alergi, yaitu susu sapi, telur, ikan, kacang, seafood, gandum, maupun kedelai.

“Bila dilihat dari usia, biasanya 1 tahun pertama kehidupan itu alergi yang paling sering muncul adalah karena susu sapi, telur, dan soya. Lalu, usia 2 tahun lebih itu biasanya pemicunya adalah buah polong, sayur. Dan usia lebih dari 3 tahun itu biasanya serbuk bunga, maupun buah-buahan,” imbuhnya.

Lantas, bagaimana seorang anak dicurigai alergi?

“Menyoal itu, harus mencari tahu jenis makanan yang diduga pencetus alerginya apa, kemudian jarak waktu antara makanan pencetus alergi dan timbulnya alergi berapa lama kejadiannya, jumlah makanan yang dikonsumsi sampai timbul alergi, apakah makanannya mentah atau makan saat dikonsumsi, kemudian kita lihat manifestasi yang timbul, apakah ada gatal, eksim, sesak, asma, bengkak, nyeri perut, dan sebagainya. Kemudian dilakukan pencatatan makanan harian,” terang dr Cindy.

Dr Cindy melanjutkan, untuk melihat kecurigaan alergi itu, pada umumnya dokter akan melakukan uji kulit atau melihat evaluasi pemeriksaan Imunoglobulin E Spesifik dalam darah dan kemudian melakukan eliminasi atau penghindaran jenis makanan yang dianggap alergi untuk beberapa waktu sekitar 2-3 minggu. Kemudian dokterpun akan mengujinya kembali (provokasi), yaitu untuk mengetahui makanan ini benar tidak penyebab alergi.

“Orang tua juga harus diedukasi membaca lebel makanan, kira-kira kalau misalnya anak alergi susu sapi maka orang tua harus mengecek label makanan apakah ada terkandung susu sapi atau tidak. Kemudian dilakukan penangkalan gejala dan menanggulangi, pemberian obat-obatan sesuai dengan indikasi misalnya antialergi, dan evaluasi berkala setiap 6 bulan apakah pasien sudah toleran apa sudah bisa mengkonsumsi makanan tersebut,” tandas dr Cindy.

Baca Juga: Dokter Spesialis Anak Spill Cara Efektif untuk Cegah Meningitis pada Si Kecil, Moms Harus Tahu!

Baca Juga: Komitmen Tekan Angka Kematian Ibu dan Anak, Rumah Sakit St. Carolus Summarecon Serpong Dapat Penghargaan dari Pemerintah, Intip Gerakannya!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Artikel Pilihan