Menu

Kanker Serviks Masih Jadi Momok Menakutkan Bagi Wanita, Bumil Juga Bisa Kena! Kenali Bahayanya Moms

20 September 2021 16:05 WIB
Kanker Serviks Masih Jadi Momok Menakutkan Bagi Wanita, Bumil Juga Bisa Kena! Kenali Bahayanya Moms

Ilustrasi kanker serviks (Freepik/Edited By HerStory)

HerStory, Bogor —

Beauty, mendengar kata ‘kanker’ pasti bakal membuat kita bergidik. Hal ini tentu bukan tanpa alasan. Pasalnya, penyakit kanker masih menjadi salah satu penyebab kematian utama di dunia, tak terkecuali di Indonesia.

Dokter spesialis Kebidanan dan kandungan konsultan onkologi di RS Kanker Dharmais, dr. Muhammad Yusuf, SpOG (K) Onk., menuturkan, siapapun bisa terkena kanker, tak terkecuali wanita, bahkan ibu hamil (bumil) sekalipun.

“Karena kita tahu sendiri bahwa kanker itu gak memilih siapa dan usia-usia tertentu, mulai dari bayi sampai usia tua, mulai laki-laki sampai wanita itu berpotensi untuk menderita kanker. Terutama dari top five kanker yang bisa diidap oleh wanita, yang mana pasien-pasien itu pada umumnya dia gak tau dia hamil, namun di saat bersamaan dia menderita kanker,” tutur dr. Yusuf, belum lama ini.

Dikatakan dr. Yusuf, jenis-jenis kanker yang kerap terjadi pada wanita, tak terkecuali menyasar wanita hamil, diantaranya adalah kanker serviks, kanker indung terlur, dan kanker vulva atau vagina.

“Ini seringnya terjadi pada wanita di usia reproduktif. Sementara kalau kanker rahim, mostly terjadi pada wanita di atas usia 50 tahun, atau di usia yang tak reproduktif lagi,” imbuhnya.

Menurut dr. Yusuf, kanker serviks menjadi salah satu momok yang menakutkan bagi para wanita. Kanker serviks ini Bahkan di Indonesia, kanker serviks menempati peringkat kedua yang paling banyak setelah kanker payudara.

Kanker serviks sendiri menyerang serviks atau leher rahim. Serviks berfungsi untuk memproduksi lendir atau mukus yang bisa mengarahkan sperma dari vagina ke rahim.

“Di bidang ginekologi sendiri itu paling banyak kasus kanker serviks. Ini bisa dibilang beban di negara kita juga, karena setiap jam wanita di Indonesia itu ada yang meninggal satu orang karena kanker serviks, artinya ini (penyakit) luar biasa,” imbuhnya.

Menurut dr. Yusuf, kebanyakan penderita kanker serviks tak mengalami gejala signifikan, namun biasanya wanita dengan kanker serviks datang dengan keluhan nyeri panggul, pendarahan, pendarahan pasca-aktivitas seksual, dan keputihan.

"Dengan kondisi keluhan seperti ini, biasanya pasien datang dengan stadium yang sudah lanjut," ujar dr. Yusuf.

dr. Yusuf menjelaskan, penyebab mayoritas kasus kanker serviks adalah virus human papilloma virus (HPV). Adapun, HPV adalah virus yang ditularkan melalui hubungan seks, terlebih jika hubungan seksnya dilakukan dengan pasangan yang berganti-ganti. Seseoranhg bisa terkena HPV dari seks anal, oral atau vaginal.

Namun kata dia, kanker serviks sebenarnya dapat dideteksi secara dini. Dan, semakin dini kamu menemukan kanker ini, maka akan dapat memberikan keberhasilan terapi yang lebih baik.

“Meski kasusnya luar biasa, kanker serviks ini paling gampang kita cegah. Karena kita tahu penyebabnya. Yaitu virus humanpapilloma virus (HPV). Gimana biar gak terkena? Pertama, bilangin jangan nakal-nakal gitu si bapaknya, jadi gak bawa virus jahat ke istinya. Itu dari sisi si suami. Nah lalu apa yang bisa dilakukan pihak si isri, karena mereka kan gak bisa memastikan pasangannya ‘bersih’. Yang bisa mereka lakukan adalah kontrol ke dokter, bagaimana caranya? Ada 3 cara yang bisa dikerjakan, cara itu saya sebut ‘rules of 3’. Pertama, vaksin HVP. Itu penting sekali. Kedua, lakukan screening salah satunya adalah pap smear 3 tahun sekali. Dan yang ketiga adalah pemeriksaan SVP DNA-nya, jadi kalau misalkan ini dikerjakan semua, maka akan terhindar dari kanker serviks almost 97 persen,” tegasnya.

Dikatakan dr. Yusuf, kanker serviks yang dialami di tengah kehamilan memang bukan kasus yang mudah, baik dari sisi dokter yang menangani maupun ibu hamil yang menjalaninya. Karena itu, kondisi ini mengharuskan pemantauan secara intensif dan menyeluruh sepanjang kehamilan agar ibu mendapatkan pengobatan yang tepat, serta janin dapat berkembang dan lahir dengan selamat.

“Untuk penanganannya sendiri kita sebagai dokter akan menyerahkannya kembali kepada pasien. Kalau kondisi tersebut ada di stadium awal, kita akan melihat dari evaluasi usia kehamilannya. Kalau usia kehamilan awal, mungkin kita akan approach pasien memberikan edukasi, risk and benefit kalau misalkan kita delay penanganan setelah persalinan. Mungkin nanti pasien akan punya pertimbangan-pertimbangan sendiri. Namun kita akan memberikan opsi-opsi itu dengan risiko dan manfaatnya. Terkait dengan survival, terkait dengan masa residifnya (masa yang kambuh lagi setelah dinyatakan sembuh) berapa lama, terkait dengan survival janinnya ketika kita lahirkan. Jadi dengan memberikan opsi-opsi itu tadi pasien mungkin akan punya referensi untuk melakukan atau mendesain apa yang akan perlu diambil,” jelas dr. Yusuf.

Baca Juga: Jadi Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia, MSD Gandeng Kemenkes Berikan Edukasi untuk Cegah Kanker Serviks dengan Imunisasi HPV

Baca Juga: 5 Tanda Kalau Kamu Alami Kanker Serviks, Salah Satunya Keputihan dengan Bau Tak Sedap!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.