Menu

Bumil Waspada! Kenali Apa Itu Aritmia: Penyakit yang Mengganggu Detak Jantung

27 September 2021 13:15 WIB
Bumil Waspada! Kenali Apa Itu Aritmia: Penyakit yang Mengganggu Detak Jantung

Ibu hamil. (Freepik/lookstudio)

HerStory, Bogor —

Moms, apakah kamu pernah merasakan jantung berdebar kencang tak seperti biasanya? Jika kamu pernah mengalaminya, terlebih saat ini sedang hamil, waspada ya Moms! Pasalnya bisa jadi kamu mengalami aritmia, lho!

Menurut dr. Muhammad Ikhsan, Sp.PD-KKV, FINASIM, selaku Internist Konsultan Kardio Vaskular dari OMNI Hospital Pulomas, aritmia adalah irama jantung yang tak teratur, frekuensi getar jantung kurang dari 60 kali/menit atau lebih dari 100 kali/menit, serta terdapat hambatan intraventrikular.

“Kalau kita bicara irama jantung kita merujuk dulu pada nilai yang dianggap normal atau baik dari segi frekuensi denyut jantungnya dalam satu menit, dan juga tak lupa keteraturan dari denyut jantung itu sendiri. Secara umum, denyut jantung yg dinyatakan normal itu berkisar antara 60 s.d 100 kali per menit. Dengan catatan bahwa denyut itu teratur dan disesuaikan dengan aktivitas. Dalam arti gini, kita katakan 60 s.d 100 kali per menit tapi misalnya abis jogging terus denyut nadinya jadi 120 atau 130 kali per menit. Itu bukan artimia. Jadi artimia itu dikondisikan aktivitas yang tak dalam kondisi olah raga/intensitas fisik yang berat. Jadi, kita harus bisa melihat satu per satu kondisi orang bisa berbeda, jadi ni sgt individual dan bukan sifatnya hitam putih,” tutur dr. Ikhsan, saat sesi instalive dengan tema ‘Bahayakah Aritmia pada Ibu Hamil?’, sebagaimana dipantau HerStory, belum lama ini.

Lebih lanjut, dr. Ikhsan mengatakan, faktor genetik tak selalu berperan dalam kasus aritmia. Yang umum terjadi adalah kasus kelainan jantung bawaan yang menyebabkan aritmia. Kelainan tersebut bisa terdeteksi sejak lahir, atau ketika remaja.

“Berbicara faktor genetik apakah berperan memicu aritmia, jawabannya bisa iya, tapi tidak selalu. Ada beberapa aritmia atau kelainan irama jantung yang disebabkan faktor gen, tapi ada juga aritmia yang disebabkan oleh faktor kondisi lingkungan atau penyebabnya penyakit penyerta lain, seperti diabetes, hipertensi, obesitas, yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur jantung sehingga aktivitas listrik jantungnya terganggu,” papar dr. Ikhsan.

Soal gejalanya sendiri, dr. Ikhsan menuturkan bahwa aritmia bisa bergejala atau bahkan tak bergejala sama sekali. Tak bergejala dalam arti ada suatu hal yang tak dirasakan secara subjektif.

“Yang paling umum yang dirasakan adalah sensasi seperti berdebar-debar, atau denyut jantung seperti ada yang ke-skip, gak teratur, atau gejala lain yang lebih berat yang perlu diwaspadai lagi adalah tiba-tiba ingin pingsan atau blackout, atau tiba-tiba pusing, lemas. Nah itu bisa jadi salah satu gejala aritmia. Jadi spektrumnya itu sangat bervariasi. Bahkan bisa gejala berat atau fatal sekalipun, yang bisa menyebabkan kematian mendadak juga ada. Jadi sebenarnya nanti yang terpenting adalah deteksi dini dan evaluasi terutama pada orang-orang yang memiliki faktor resiko,” jelas dr. Ikhsan.

Lantas, siapa sih yang rentan kena aritmia ini?

Menurut dr. Ikhsan, berdasarkan literatur dan kepustakaan, memang ibu hamil alias bumil menjadi salah satu yang memiliki faktor resiko terjadinya aritmia. Kata dia, berdasarkan laporan, jika misalnya bumil dilakukan pemeriksaan EKG atau rekam fisik jantung, mungkin 20-30 persennya bisa didapatkan adanya aritmia.

Namun kata dia, kondisi ini merupakan hal yang aman apabila tak disertai dengan adanya gejala dan penyakit penyerta lain, seperti adanya penyakit jantung sebelum kehamilan atau adanya penyakit tiroid, anemia, dan penyakit lainnya yang dapat memberatkan jantung.

“Ibu hamil memang jadi salah satu faktor yang mencetuskan aritmia, tapi jarang sekali yang fatal. Kita harus melihat bumil ini dia sebelum hamilnya sudah ada riwayat aritmia atau gak. Kalau iya, itu berisiko tinggi. Kedua kita lihat juga ada riwayat kelainan penyakit jantung bawaan atau gak. Lalu kita lihat, dia ada kelainan dari struktur jantung sebelumnya, ada pelebaran otot jantung, dll atau gak. Jadi itulah beberapa faktor resikonya,” terang dr. Ikhsan.

“Masalahnya juga bukan hanya jantung saja, tapi ada masalah-masalah lain, seperti bumil kan suka anemia, itu juga bisa mencetuskan denyut nandi yang seharusnya lebih cepat. Atau ada kelainan di kelenjar gondok atau hipertiroid, infeksi, kondisi diabetes, hipoglikimia, dll. Jadi bukan melulu pencetusnya itu di dalam jantung, tapi ada hal-hal di luar organ jantung yang bisa mencetuskan aritmia,” sambung dr. Ikhsan.

dr. Ikhsan melanjutkan, pada kehamilan umumnya denyut jantung memang cenderung menjadi sedikit lebih cepat dari biasanya karena beberapa faktor, seperti ketegangan psikis, emosi, dinamika hormon tubuh, meningkatnya adrenalin, serta peran sistem saraf simpatis. Jika hal ini memberikan pengaruh besar pada ibu, asupan makanan bagi janin pun akan terganggu. Karena itu, ibu hamil yang merasakan ketidakteraturan irama jantung sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter.

“Tentu harus punya awareness yang lebih tinggi. Yang pertama otomatis harus konsultasi dulu, baik ke dokter spesialis kandungannya maupun ke dokter spesialis jantungnya. Yang perlu dilakukan tentu nanti akan dievaluasi apakah sebelum hamil ada keluhan atau seberapa seringkah keluhan yang dirasakan yang diduga aritmia. Seperti kondisi blackout, lemas, terasa mau pingsan, dll. Nah selain dilakukan evaluasi tanya jawab, tentu perlu juga dilakukan pemeriksaan lanjutan, seperti pemeriksaan fisik, EKG, dan juga ekokardiografi atau USG jantung untuk melihat struktur jantungnya,” tuntas dr. Ikhsan.

Baca Juga: Gak Cuma Cegah Penyakit Jantung, Ini 3 Manfaat Konsumsi Udang Coklat untuk Kesehatan Tubuh, Moms Sudah Tahu Belum?

Baca Juga: Waspada Aritmia, Jadi Penyebab Seseorang Alami Kematian Mendadak, Yuk Kenali Gejala dan Cara Mengatasinya Moms!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.