Menu

Saran Dokter Anak soal Sekolah Tatap Muka yang Aman dan Sehat

29 September 2021 12:30 WIB
Saran Dokter Anak soal Sekolah Tatap Muka yang Aman dan Sehat

Dokter Spesialis Anak dari RS Carolus Jakarta, dr. Ria Yoanita, Sp. A (Instagram/riayoanita)

HerStory, Bogor —

Sekolah kembali dibuka! Apakah Moms sudah siap melepas si kecil sekolah tatap muka? Ya, mau tak mau, kita akan segera berhadapan dengan hal ini ya, Moms. Beberapa sekolah pun sudah memberlakukan sistem tatap muka ini.

Lantas, amankah jika sekolah tatap muka dilakukan, terutama untuk si kecil yang berusia di bawah 12 tahun dan belum mendapatkan vaksinasi?

Terkait hal itu, Dokter Spesialis Anak dari RS Carolus Jakarta, dr. Ria Yoanita, Sp. A, mengatakan, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sendiri mempertimbangkan proses dibukanya sekolah ini lumayan lama.

Petimbangan IDAI itu, yakni sekolah tatap muka baru bisa dimulai jika transmisi lokal terkendali, yang ditandai dengan tingkat positive rate kurang dari 5 persen dan tingkat kematian menurun.

Soal aman atau gak ya, apalagi buat anak yang belum divaksin, semuanya itu tergantung dari orang tuanya sendiri, dari anaknya sendiri, dan dari pihak sekolahnya itu sendiri. Jadi itu sebenarnya individual, dan dari IDAI gak memaksakan kok, kalau dari orang tuanya sendiri gak yakin anaknya nanti akan melakukan prokes dengan baik, kita enggak memaksakan,” kata dr. Ria saat sesi Instalive dengan tema ‘Saat Anak Kembali Sekolah Tatap Muka’, sebagaimana dipantau HerStory belum lama ini.

dr. Ria melanjutkan, banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk memulai sekolah tatap muka. Pertama adalah komitmen seluruh pihak untuk memutus rantai penularan. Pemerintah khususnya pemerintah daerah juga harus menyiapkan aturan protokol kesehatan (prokes) yang ketat untuk sekolah.

“Jika tingkat pendidikan seperti SMA dan Universitas mungkin bisa diterapkan aturan dengan baik. Justru yang mengkhawatirkan adalah jika dibukanya tatap muka untuk tingkat TK, SD dan SMP,” tuturnya.

Karenanya, dr. Ria juga bilang, untuk melepas anak ke sekolah, terutama di jenjang TK, SD, dan SMP, ada sederet persiapan yang perlu dilakukan orang tua.

"Pertama, berikan pemahaman dahulu terhadap anak. Apa sih Covid-19 itu, kira-kira apa saja yang dihadapi di masa Covid ini, dampaknya bagaimana, sebelum anak pergi ke sekolah kita bisa briefing anak, jadi dia benar-benar paham. Kedua, tentunya kita harus memberikan teladan atau contoh gimana sih harus ber-prokes, jangan sekedar teori, tapi juga orang tua harus menunjukan. Anak kan peniru ulung. Maka dia dengan sendirinya mengikuti. Selanjutnya, kita berikan pemahaman bahwa virus Covid-19  ini bahayanya seperti ini, kalau kena bisa sakit seperti ini, dan seterusnya. Bisa menggunakan media apapun sesuia dg usia anak agar mudah dimengerti. Dan kita tanamkan juga kenapa sih harus melakukan prokes, jadi anak harus tahu. Selain itu, kita juga harus siapkan alat kesehatannya, misalnya hand sanitizer, masker, face shiled, dll,” beber dr. Ria.

Selain itu, dr. Ria bilang, sekolah juga perlu menyiapkan aturan dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap. Selain screening protokol kesehatan dari mulai suhu tubuh hingga menerapkan 3M, sekolah juga perlu mengatur jumlah siswa yang akan masuk di dalam kelas.

“Untuk persiapan sekolah sendiri sudah diberikan juknisnya oleh Dinas Pendidikan. Persiapannya berupa infrastruktur. Yakni seperti Tim Satgas Covid-19 Sekolah harus ada, SOP-nya juga harus ada, fasilitas yang memperhatikan ventilasi juga ada dan harus benar, kalau bisa outdoor lebih baik lagi. Selain itu juga harus memperhatikan jarak antar bangku. Kemudian menyiapkan thermo gun, tempat cuci tangan dan sabun, hand sanitizer. Kemudian juga diatur jumlah muridnya, karena tetap ya harus dibatasi 50 persen tiap kelasnya. Lalu ada pendataan juga dari Dinas Kesehatan baik pendidik, dan tentunya persiapan dari orang tuanya sendiri,” paparnya.

Tak hanya itu, lanjut dr. Ria, dari segi pelaksanaannya, selain menerapkan screening, sekolah juga harus memperhatikan waktu atau durasi belajarnya. Di DKI Jakarta sendiri, kata dr. Ria, rekomendasi durasi belajar itu 175 menit per minggu, dan maksimal 1 sesi itu sekitar 35 menit.

“Kemudian juga ada pembatasan lain seperti kantin ditiadakan, kegiatan ekskul juga ditiadakan, kegiatan orang tua dan guru intinya juga jangan dilakukan langsung dulu. Lalu, sekolah harus meniadakan  jam istirahat, termasuk makan di sekolah. Dan Ketiga, adalah monitoring. Ini penting banget. Sekolah juga hrs ada maintenance-nya, harus ada disinfeksi sebelum dan sesudah sekolah. Screening berkala/PCR berkala terhadap guru dan pekerja di sekolah itu. Yang penting lagi kalau untuk tracing, kalau ada yg positif, maka alurnya harus ada dan disiapkan di sekolah itu,” tandasnya.

Lebih jauh, dr. Ria juga mengingatkan orang tua untuk mengedukasi ulang tentang prokes itu sendiri, serta soal penerapan 3M, yakni Memakai masker dengan benar, Mencuci tangan, dan Menghindari kerumunan.

“Merelakan anak sekolah saat situasi ini pertimbangannya memang A sampai Z, ya. Idealnya nanti anak pun harus dipakaikan masker 2 lapis. Face shield juga boleh banget, malah lebih dianjurkan. Yang lebih penting dari itu, orang tua pun harus memberikan asupan nutrisi seimbang, karena ini untuk menjaga imun tubuhnya. Selain tentunya menerapkan prokes, juga imunisasi di luar vaksinasi Covid-19,” tuntas dr. Ria

Baca Juga: Usai Libur Panjang, Ini Tips Siapkan Anak Kembali Sekolah Agar Makin Rajin dan Produktif! Moms Sudah Tahu?

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Artikel Pilihan