Menu

Keren Abis! Kini Ada Inovasi Baru Deteksi Preeklamsia Buat Bumil Moms, Dijamin Akurat!

12 Oktober 2021 17:30 WIB
Keren Abis! Kini Ada Inovasi Baru Deteksi Preeklamsia Buat Bumil Moms, Dijamin Akurat!

Ibu hamil. (Freepik/lookstudio)

HerStory, Bogor —

Moms, kesehatan kandungan jadi hal yang perlu diperhatikan ibu hamil alias bumil agar bayi yang dilahirkan sehat. Meski begitu, jangan kaget lho Moms kalau ternyata bumil pun bisa kena preeklamsia, lho!

Dokter Spesialis Kandungan RSIA Bunda, dr. Aditya Kusuma, SpOG., menuturkan, preeklamsia atau kelainan kehamilan ini bisa membahayakan ibu hamil sekaligus janin dalam kandungannya.  

Umumnya, gejala preeklamsia bisa terlihat saat memasuki usia kehamilan 20 minggu. Dan kendati tak terlalu umum, preeklamsia bisa dialami sekitar 5 sampai 8 persen kehamilan.

"80 persen wanita dengan preeklamsia itu gak memiliki gejala. Ini yang seringkali menjadi silent killer untuk wanita. Adapun, beberapa resiko preeklamsia yakni persalinan prematur, kematian janin, berat badan lahir rendah, plasenta terlepas sebelum waktunya dan kejang," papar dr. Aditya, saat  konferensi pers ‘Deteksi Dini Preeklamsia untuk Cegah Risiko Kematian Ibu dan Janin’, sebagaimana dipantau HerStory, Selasa (12/10/2021).

dr. Aditya mengatakan, kini preeklamsia dapat dideteksi lebih dini dengan menggunakan Biomarker sFlt-1 dan PIGF. Menurutnya, pemeriksaan USG sekalipun 4D juga belum cukup untuk mendeteksi preeklamsia. Karena ada ibu hamil yang gak ada riwayat keluarga penyakit tersebut, namun terkena juga.

“Perubahan kadar protein angiogenik seperti sFlt-1 dan PIGF dapat dideteksi sebelum gejala preeklamsia terjadi. Lalu, sFlt-1 dan PIGF dan rasiao sFlt-1/PIGF juga dapat digunakan untuk memprediksi dan mendiganoisi preeklamsia. Dan, sasio sFlt-1/PIGF ini telah terbukti memiliki kinerja tes yang lebih tinggi daripada standar saat ini, yakni menggunakan tekanan darah dan proteinuria,” papar dr. Aditya.

dr. Aditya bilang, pengukuran sFlt-1/PIGF ini penting dilakukan untuk memenuhi celah yang belum terpenuhi untuk prediksi preeklamsia, yakni dari standar pemeriksaan saat ini dipakai, yaitu menggunakan tekanan darah dan proteinuria

“Saat ini, ‘standar emas’ untuk mendiagnosis preeklamsia bergantung pada proteinuria dan pengukuran tekanan darah, namun keduanya bisa tidak spesifik. jadi kalau pasien hanya melakukan tes protein dalam urin, itu gak spesifik. Belum tentu dia preeklamsia. Bisa jadi dia punya penyakit ISK. Itu bisa positif proteinnya. Begitu juga sebaliknya, jika gak ada protein dalam urin berarti bukan preeklamsia? Tidak. Karena ada beberapa keadaan yang menyebabkan seseorang tensinya sudah tinggi, sebenarnya dia udah preeklamsia tapi proteinnya negatif. Dari sini terlihat bahwa ada suatu kebutuhan untuk bisa mengenali preeklamsia. Hal ini menyebabkan manajemen pasien yang tidak tepat, menyebabkan rawat inap yang tidak perlu dan diagnosis yang tidak terjawab atau salah. Dan menurut saya, sFlt-1/PIGF adalah metode yang andal untuk prediksi dan diagnosis dini preeklamsia,” terangnya.

"Kalau melihat negara-negara tetangga, seperti Singapura dan Eropa sebenarnya metode ini bukan hal baru. Kenapa dilakukan pada trimester pertama, karena kita bicara soal pencegahan dan pengobatan seperti pemberian aspirin. Aspirin ini bisa menurunkan kejadian preeklamsia yang muncul hingga 90 persen, kalau kita bisa melakukan upaya skrining, ujung-ujungnya kita bisa menurunkan biaya kesehatan seperti biaya rawat inap yang tidak perlu atau perawatan khusus untuk bayi prematur," pungkas dr. Aditya.

Di kesempatan yang sama, Director, Country Manager Diagnostics, Roche Indonesia, Ahmed Hassan, pun menuturkan, kehadiran Biomarker sFlt-1/PIGF ini merupakan salah satu komitmen Roche Indonesia untuk menjaga kesehatan para ibu dan calon buah hati mereka melalui inovasi dan penelitian yang berkelanjutan.

“Bersama mitra kami di rumah sakit, klinik, dan laboratorium, Roche Indonesia berkomitmen untuk menjaga kesehatan para ibu dan calon buah hati mereka melalui inovasi dan penelitian yang berkelanjutan. Sesi diskusi ini merupakan bentuk komitmen kami untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan bersama-sama memberikan peluang hidup yang lebih tinggi bagi ibu dan bayinya serta mengurangi risiko kematian dengan deteksi dini preeklamsia,” kata Ahmed.

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Artikel Pilihan