Beauty, kamu harus tahu bahwa demam kini sudah enggak dapat dijadikan indikator seseorang terinfeksi virus corona. Hal tersebut bukan diputuskan tanpa alasan tetapi berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli kesehatan.

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Harvard Medical School ini meninjau 1000 pasien positif COVID-19 sejak Maret 2020 lalu. Hasilnya menunjukkan bahwa demam bukan lagi jadi indikator virus corona. Para peneliti justru melihat gejala-gejala baru yang harus diwaspadai.

Baca Juga: Penelitian: Terbaru! Angina Pektoris Jadi Gejala Virus Corona, Seperti Apa Ya?

"Demam bukan merupakan indikator COVID-19 yang dapat diandalkan," kata Pieter Cohen, seorang profesor kedokteran di Harvard dan seorang dokter dengan Aliansi Kesehatan Cambridge di Boston, yang memimpin tim dalam penelitian tersebut.

Menurut para ahli, virus corona memiliki banyak gejala yang berbeda-beda. Namun, mereka sepakat bahwa demam sudah enggak lagi efektif untuk dijadikan acuan.

"COVID-19 dapat berawal dengan berbagai gejala, seperti batuk tanpa demam, sakit tenggorokan, diare, sakit perut, sakit kepala, sakit tubuh, sakit punggung dan kelelahan. Itu juga dapat muncul dengan sakit dan tubuh merasa kelelahan yang parah," sambungnya.

Baca Juga: Waspada! Penelitian Mengungkap Hilangnya Indera Penciuman dan Perasa Jadi Salah Satu Gejala Corona

Para ahli mengatakan gejala yang kini harus perhatikan adalah hilangnya indera penciuman serta sesak napas yang parah. Peneliti menyebut hal ini karena gejala indera penciuman hilang serta sesak napas parah bukan sebagai pertanda penyakit influenza atau pernapasan lain.

"Dalam COVID-19 yang serius, sesak napas adalah pembeda penting dari penyakit umum lainnya," tambahnya.