Menu

Bisa Pulang ke Indonesia, Begini Kisah Dua Buruh Migran Wanita yang Jadi Korban Perdagangan Orang

14 Oktober 2021 14:30 WIB
Bisa Pulang ke Indonesia, Begini Kisah Dua Buruh Migran Wanita yang Jadi Korban Perdagangan Orang

Satria sedang menceritakan kisahnya mengalami diskriminasi saat menjadi buruh migran. (Jasmine Rahmanizahra/Edited by HerStory)

HerStory, Bandung —

Dalam rangka mendesak Kementerian Tenaga Kerja mencabut Kepmenaker No. 260 Tahun 2015, Solidaritas Perempuan dan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) mengadakan Konferensi Pers yang diselenggarkan secara virtual untuk mencabut keputusan tersebut, Kamis (14/10/2021).

Kebijakan ini dianggap berdampak pada wanita buruh migran yang semakin mengalami kasus eksploitasi dan bahkan menjadi tindak pidana perdagangan orang.

Acara konferensi pers ini diawali dengan kisah dua mantan tenaga kerja wanita yang mengalami ketidakadilan saat bekerja.

Satria, salah satu tenaga kerja Indonesia yang dulunya bekerja di Madinah pun menceritakan kisahnya diawali dari perjalanan ke Arab Saudi, hingga dapat kembali dipulangkan ke Indonesia.

“Dulu saya direkrut dari sponsor di Palu, saya langsung dikirim tiket ke Jakarta. Setelah itu Setelah itu saya dijemput sepasang suami istri dan ditempatkan di rumahnya selama hampir 20 hari,” ujar Satria secara virtual, Kamis (14/10/2021)

Satria menceritakan bahwa ketika ia mulai menunggu pembuatan paspor serta visa, semua dokumen tersebut berbahasa Arab dan tidak memiliki terjemahan. Namun, setelah penandatanganan dokumen tersebut, ia langsung diberangkatkan ke Arab Saudi.

“Waktu itu setelah saya sampai di Riyadh, saya malah ditinggal dengan tiket hangus,” tambahnya.

Satria pun akhirnya menunggu beberapa hari hingga ada yang menjemputnya untuk bisa sampai ke Madinah. Namun, karena beban pekerjaan yang cukup berat, Satria memutuskan untuk kembali ke Indonesia menggunakan bantuan agen.

Tetapi, ia malah menerima tindakan diskriminatif dengan bentuk kekerasan yang dilakukan oleh agen tersebut.

“Ketika saya lapor ke agen untuk minta bantuan agar dapat dipulangkan, saya malah didorong dari pintu pagar hingga dapur. Tapi saya tetap bertahan disana sampai dua bulan hingga akhirnya mereka memberikan surat perjanjian,”

Namun, akhirnya dengan bantuan instansi terkait, Satria dapat kembali pulang ke Indonesia.

Kisah yang sama pun terjadi pada Martini yang dijanjikan untuk bisa bekerja di Turki. Namun, ia justru malah diterbangkan ke Libya dengan alasan yang tidak jelas.

“Saat saya sampai di Libya, saya lapor KBRI tapi tanggapannya tidak baik. Lalu, saya lapor ke Serikat Buruh Migran supaya bisa pulang kembali ke Indonesia,” kata Martini.

Ia mengaku perjuangannya untuk bisa pulang ke Indonesia tidak mudah karena dirinya sempat mengalami kekerasan seperti dipukul hingga berdarah. 

“Saya sih tetap sabar ketika dipukulin. Daripada enggak bisa pulang kembali ke Indonesia,” ucapnya.

Namun, setelah melalui beberapa proses, akhirnya Martini bisa kembali pulang ke Indonesia.

Ia pun langsung melaporkannya ke pihak berwajib, yakni Bareskrim Polri untuk segera menindak agen yang telah menipu dirinya.

Martini berharap bahwa kasus seperti ini seharusnya dapat ditangani dengan serius oleh pemerintah.

Baca Juga: Atasi Permasalahan Estetika Wanita Indonesia, Pyfaesthetic Hadir di Acara IMCAS World Congress di Paris, Kepoin Yuk Moms!

Baca Juga: Bikin Tampilan Makin Kece, Converse Ajak Kaum Wanita Temukan 'Edge of Style' dengan Koleksi Ikonik Chuck Taylor! Kamu Suka yang Mana Nih?

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.