Menu

Peneliti Wanita Masih 'Langka' di Indonesia, Apa Penyebabnya?

11 November 2021 14:02 WIB
Peneliti Wanita Masih 'Langka' di Indonesia, Apa Penyebabnya?

Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Dr. Itje Chodidjah, MA (Riana/HerStory)

HerStory, Bogor —

Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Dr. Itje Chodidjah, MA, mengungkapkan bahwa jumlah wanita yang terjun dalam dunia sains dan berkarier sebagai peneliti di Indonesia bisa dibilang masih sangat sedikit dibanding pria.

Itje bilang, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kemenristekdikti pada tahun 2020, setidaknya ada 44,2 persen dosen wanita dan dari penelitian yang didanai Menristek Dikti terdapat 46,5 persen peneliti wanita,

“Memang secara kasat mata kita juga bisa menebak bahwa jumlah peneliti wanita masih relatif lebihsedkit dibanding Pria. Data yang dikeluarkan Kemenristek Dikti, pada tahun 2020 terhitung ada 44,2 persen dosen wanita, dan dari peneltian yang didanai Kemenristek Dikti, itu ada 46,5% peneliti yang terdanai oleh Kemenristek Dikti. Artinya jumlahnya memang masih di bawah jumlah peneliti pria. Walaupun menurut saya jumlah ini gak terlalu beda banget, gak terlalu domplang, namun demikian disampaikan juga, makin ke sini jumlahnya makin banyak,” kata Itje, saat sesi webinar L’ORÉAL-UNESCO FOR WOMEN IN SCIENCE NATIONAL FELLOWSHIP 2021, sebagaimana dipantau HerStory, kemarin.

Dikatakan Itje, penyebab masih sediktinya peneliti wanita tersebut disebabkan karena dalam waktu yang lama, ‘seolah-olah’ dunia penelitian terutama di bidang sains ini adalah dunia pria.

“Kenapa jumlahnya sedikit? Mungkin karena dalam waktu yang lama, ‘seolah-olah’ dunia penelitian sains ini dunianya pria. Sehingga saya katakan sekali lagi, ‘seolah-olah’ wanita itu belum cukup percaya diri untuk masuk ke dalam penelitian riset ini. Namun saat ini terutama dengan adanya program seperti yang digelar L’ORÉAL ini, diharapkan jumlahnya meningkat, dan jadi inspirasi agar lebih banyak lagi peneliti-peneliti wanita. Jadi, saya rasa penyebabnya gak ada yang signifikan, karena semua punya hak untuk melakukan riset. Baik pria maupun wanita punya hak yang sama, hanya dari sejarah awalnya wanita itu adalah ‘orang di rumah’ dan itu lambat laun berkembang sampai sekarang ini, makanya jumlahnya masih relatif sedikit,” terang Itje.

Lebih lanjut, Itje pun optimis, ke depannya kontribusi wanita di bidang riset ini akan meningkat. Seiring dengan banyaknya kemudahan-kemudahan, tak terkecuali dalam bidang sains dan teknologi.

“Ya, saya optimis bahwa ke depannya jumlah peneliti wanita akan semakin banyak dan dengan kemudahan-kemudhan teknologi, wanita bisa berperan ganda ketika dia memutuskan untuk menjadi scientist,” paparnya.

Terakhir, Itje pun berharap, semua orang dapat berjuang untuk melepas sekat-sekat yang ada. Dia pun mengajak semua orang bersama-sama untuk memberikan persamaan hak kepada wanita untuk menyelenggarakan penelitian. 

“Saya pikir banyak sekali kesempatan bagi wanita untuk meneliti untuk kesejahteraannya di masa yang akan datang. Karenanya, saat ini harusnya kita berjuang untuk melepas ‘sekat-sekat’ itu. Mari kita berjuang untuk melakukan persamaan hak kepada wanita untuk melakukan penelitian,” tuntas Itje.

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Artikel Pilihan