Menu

Dr. Magdalena Lenny Situmorang Ungkap Suka Duka Meniti Karier Sebagai Peneliti Wanita, Seperti Apa?

15 November 2021 09:45 WIB
Dr. Magdalena Lenny Situmorang Ungkap Suka Duka Meniti Karier Sebagai Peneliti Wanita, Seperti Apa?

Dr. Magdalena Lenny Situmorang, salah satu dari 4 empat wanita peneliti Indonesia yang mendapatkan award L'ORÉAL-UNESCO FOR WOMEN IN SCIENCE NATIONAL FELLOWSHIP 2021. (Riana/HerStory)

HerStory, Jakarta —

Dr. Magdalena Lenny Situmorang, nama sosok vanita satu ini mungkin tak setenar para selebriti atau pejabat yang sering menghiasi layar kaca, meski begitu Beauty, kita perlu berbangga lho memiliki peneliti wanita seperti dirinya.

Lenny, begitu ia akrab disapa, adalah Dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia ahli dalam ilmu bioteknologi mikroba, salah satu ilmu yang jarang dikuasai oleh wanita. Dan kini, Lenny jadi salah satu dari 4 empat wanita peneliti Indonesia yang mendapatkan award L'ORÉAL-UNESCO FOR WOMEN IN SCIENCE NATIONAL FELLOWSHIP 2021.

Menilik rekam jejak akademisnya, Lenny mendapatkan gelar Sarjana Biologi dari Departemen Biologi Institut Teknologi Bandung pada tahun 2006, kemudian melanjutkan studi S2-nya di bidang Akuakultur dan mendapatkan gelar pada tahun 2008.

Seakan tak puas dengan gelar akademisnya itu, Lenny pun melanjutkan studi S3 dan mendapatkan gelar Ph.D. di bidang Applied Biological Sciences pada tahun 2015. Adapun, kedua gelar tersebut ia selesaikan di Ghent University, Belgia.

Yang bikin bangga, ternyata pada tahun 2017, Lenny mendapatkan penghargaan Carolina MacGillavry Award: Best Application for Collaborative Research yang dianugerahkan oleh International Foundation for Science (IFS) dan The Southeast Asian Regional Center for Graduate Study and Research in Agriculture (SEARCA).

Lantas, apa sih yang menginspirasi Lenny hingga menjadi salah satu dosen dan peneliti wanita yang membanggakan Indonesia?

Lenny mengaku, ia tumbuh besar dengan didikan oleh sang ibu yang bekerja sebagai ilmuwan. Lenny bilang, ia pun ikut tertarik dengan dunia sains sejak ia kecil, di mana ia sudah sangat terekspos dengan pekerjaan ibunya dan terdorong untuk mempunyai cita-cita yang sama.

“Saya lebih terbuka lagi dengan dunia sains pada saat sekolah hingga melanjutkan kuliah di jurusan Biologi, yang kemudian membuka banyak kesempatan untuk mewujudkan cita-cita saya sebagai ilmuwan,” terang Lenny, saat acara L'ORÉAL-UNESCO FOR WOMEN IN SCIENCE NATIONAL FELLOWSHIP 2021, baru-baru ini.

Seiring waktu, lanjut Lenny, ia pun mendapatkan beasiswa S2 VLIR-UOS untuk mempelajari ilmu Akuakultur ke Belgia. Seusai studi S2-nya, pembimbingnya semasa kuliah S1 di ITB, yakni Prof. Dr. Gede Suantika, yang juga membawanya untuk mempelajari dunia akuakultur, meyakinkan dirinya untuk menjadi Asisten Akademik di ITB.

“Setelah satu tahun menjadi Asisten Akademik, saya kemudian mendapatkan beasiswa S3 dari The World Bank untuk melanjutkan kuliah dan lebih mendalami ilmu Akuakultur ke Belgia,” imbuh Lenny.

Selama masa studinya, Lenny mempelajari lebih dalam akan aspek-aspek mikrobiologi, yang semakin membuatnya yakin bahwa mikroba mempunyai peranan yang krusial bagi habitat ekosistem akuatik.

Dan kali ini, dalam penelitiannya, ia pun berfokus pada manajemen mikroba pada udang maupun pada perairan di mana udang itu hidup. Tujuannya, untuk mengembangkan pakan fungsional dengan suplementasi sinbiotik yang berguna untuk ketahanan tubuh udang.

“Penelitian ini diharapkan jangka panjang. Adapun, target utamanya karena memang sekarang ini di Indonesia produksi udangnya itu sudah sangat tinggi, kita jadi produsen kedua di dunia, tapi tetap saja wabah penyakit udang itu masih tinggi. Nah tingginya risiko wabah penyakit masih membawa kerugian pada industri udang. Tak hanya itu, keberadaan bakteri patogen pada produk perikanan, terlebih penyebab zoonosis seperti Vibrio parahaemolyticus, dapat mengancam kesehatan pengonsumsinya,” beber Lenny kepada HerStory.

Lebih lanjut, Lenny berharap, penelitiannya ini dapat memberikan alternatif sistem produksi udang yang lebih tangguh tanpa penggunaan antibiotik ataupun senyawa kimia berbahaya lainnya, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan profitabilitas budidaya udang, dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan, serta secara sinergis menghasilkan produk udang dengan mutu dan tingkat keamanan yang tinggi untuk perlindungan kesehatan manusia.

“Harapannya, dengan penelitian kali ini, selain juga dapat meningkatkan produktivitas udang, juga udangnya yang kita makan itu juga aman dari sumber-sumber penyakit. Karena penyakit yang menyerang udang itu mengancam manusia juga, kalau kita mengonsumsinya. Ini yang harus kita perhatikan, jangan sampai produk perikanan kita terkontaminasi. Harapannya jadi selain ekonomi kita lebih kencang dan kuat dengan budidaya udang, tapi juga kita tetap concern ke lingkungan, dan manusia juga aman saat mengonsumsi udang,” tutur Lenny

Ia pun bertekad untuk terus berkontribusi untuk industri budidaya udang yang berkelanjutan dengan mengutamakan pendekatan One-Health, yang tak hanya memprioritaskan kesehatan hewan, tetapi juga kesehatan lingkungan dan manusia.

Lebih lanjut, Lenny pun mengungkapkan soal tantangan dan suka dukanya menjadi peneliti wanita. Menurutnya juga, semua tantangan dalam hidupnya tentu gak akan berjalan dengan mudah tanpa adanya dukungan dari keluarga.

“Kalau soal suka duka, karena saya kerjaannya banyak di lapangan, jadi memang yang kaitannya dengan pekerjaan lapangan, kita dituntut harus selalu ada 2 pilar yang harus kita jaga, karir dan keluarga, itu bukan duka sih tapi tantangan ya. Dan saya bersyukur keluarga itu jadi support system yang betul-betul menopang. Jadi saya berharap para peneliti wanita lainnya juga dapat support system yang sama seperti yang saya dapatkan. Untuk sukanya, selain kita berada di tim yang ada prianya, pastinya kita bangga karena peneltiian ini dari sektor yang aplikatif, dan harapannya itu bisa diaplikasikan semuanya untuk manusia dan juga untuk bumi. Sukanya tentu jika kita bisa melihat secara rill, itu betul-betul sukanya yang paling akan membuat kita happy, apa yang kita teliti itu berguna untuk masyarakat,” pungkas Lenny.

Ia pun kemudian berpesan bagi seluruh wanita muda yang ingin menjadi peneliti agar mereka tak mudah menyerah. Apapun yang dilakukan, tantangan akan tetap ada. Selama ada kemauan, menurutnya, pasti semuanya bisa dilalui.

Nah, semoga kisah Dr. Lenny ini bisa menginspirasimu ya, Beauty!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.